Jumat, H / 12 September 2025

Ary Ginanjar Paparkan Indonesian Corporate Culture Review Report dan Jelaskan TalentDNA Sebagai Solusi

Jumat 28 Jul 2023 10:21 WIB

Reporter :EDQP

Tangkapan Layar

Foto: dok. ESQ

ESQNews.id, JAKARTA - Intipesan bersama ACT Consulting International menggelar Indonesia Corporate Culture Day pertama kali di Hotel JS Luwansa, Jakarta dengan 13 pembicara ahli dalam bidang budaya perusahaan pada hari Rabu, 26 Juli 2023.

Kus Heryuwono, President Director Intipesan membuka acara sekaligus menyambut Founder ACT Consulting International Ary Ginanjar Agustian. Tak lupa, Kus menyapa para peserta yang hadir, dari berbagai perusahaan swasta, BUMN dan rumah sakit, juga peserta yang hadir secara pribadi.



Dengan menguatkan tagline acara the power of workplace culture to increase company performance, Ary Ginanjar mengisi pada sesi pertama dengan tajuk The Rule of Corporate Culture dimoderatori oleh Saka Abadi.

Seperti yang telah diketahui bersama bahwasannya saat ini perusahaan menghadapi tantangan VUCA era (Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity) dimana segala hal terasa banyak ambigu, belum lagi ditambah dengan fenomena marak saat ini yaitu Artificial Intelligence (AI) yang memberikan dampak kepada sumber daya manusia di Indonesia.

Di antara dampak negatif yang terjadi mengenai AI ini memunculkan cikal pengangguran dengan perkiraan 83 juta orang akan kehilangan pekerjaannya, munculnya manipulasi untuk mempengaruhi opini publik, dan ketidakpastian kinerja.

“Bagaimana supaya korporasi bisa tetap bertahan di tengah gempuran ini? Kuncinya core values dan core purpose. Dua kombinasi itu ditambahkan lagi dengan personal values.” Founder ACT Consulting International memberikan kombinasi spesial mengenai kunci ketahanan perusahaan.



Pada kesempatan itu, Ary memaparkan hasil riset ESQ Business School berdasarkan pengukuran budaya organisasi yang dilakukan oleh ACT Consulting International dalam kurun waktu Januari 2020-Desember 2022. Riset ini mencakup 664 organisasi dan lebih dari 1,3 juta responden melalui 3 pertanyaan survei yaitu 10 nilai perilaku yang menggambarkan diri responden, yang kedua 10 nilai perilaku yang menggambarkan budaya organisasi saat ini, dan 10 nilai perilaku yang diharapkan pada budaya organisasi ke depan.

Respon terhadap tiga pertanyaan tersebut kemudian dianalisa berdasarkan enam fokus area organisasi yaitu sustainability: dimana hal ini berhubungan dengan fokus terhadap pemenuhan kebutuhan dasar, relationship: mengenai fokus hubungan baik, performance: fokus terhadap kinerja unggul, growth: memfokuskan pada pengembangan berkelanjutan, common goals: mengenai hal-hal yang fokus terhadap kesamaan visi misi dan nilai seluruh anggota organisasi untuk mencapai tujuan bersama.

Pada fokus yang terakhir yakni meaning dan purpose, hal yang berhubungan dengan fokus dengan kontribusi bagi masyarakat dan lingkungan untuk kesejahteraan jangka panjang dengan makna bekerja bagi seluruh anggota organisasi. 



Ary Ginanjar menyampaikan kesimpulan penting dari riset tersebut bahwa "43% organisasi kurang fokus membangun makna bekerja dan responden dari 87% organisasi bekerja dengan motivasi transaksional.”

“Dengan tantangan yang semakin berat, banyak pegawai yang akhirnya hanya berpikir pada fokus pertama saja yakni sustainabilitas, bukan apakah perusahaan ini memiliki dampak kontribusinya.”

Pendiri Menara 165 juga membacakan hasil survei yang dinyatakan penting bagi responden ada tiga poin yakni continuous improvement, learning development dan employee recognition. 

Sehingga dengan melihat permasalahan yang terjadi melalui hasil survei tersebut, ACT Consulting International bersama dengan ESQ Business School memberikan solusinya.

Ary Ginanjar melanjutkan, “Ada dua strategi dalam menghadapi ini, membangun meaning purpose dan memilih talent sesuai dengan DNA-nya untuk berada dalam posisi yang tepat. Karena tiap orang memiliki passion dan kelebihan masing-masing.
 
Jadi, organisasi tersebut punya culture yang hebat, serta personil yang hebat juga, yang bekerja sesuai dengan passion-nya."



Mencontek dari banyaknya perusahaan raksasa yang sudah berdiri dalam usia panjang, Founder ACT Consulting International menyebut PT. KAI sebagai salah satu bentuk perusahaan dengan meaning dan purpose kuat, berada dalam fokus tertinggi. 

Bukan lagi sekedar sustainability yang fokus pada sekedar pemenuhan kebutuhan pegawai, namun mencapai visi untuk memberikan dampak kontribusi kepada masyarakat Indonesia melalui berbagai perbaikan tiap masa.

“Getting customer is not the most important, select people to fulfill a dream and serve a purpose. (mendapatkan pelanggan bukan yang paling penting, namun memilih orang untuk memenuhi impian dan melayani tujuan)” warisan kata oleh Horst Schulze sosok co-founder Ritz Carlton yang mencerminkan bagaimana ini menjadi salah satu petuah tepat.

Sehingga perlu untuk melanjutkan pada strategi kedua setelah meaning dan purpose, yakni memilih talent sesuai DNA-nya untuk berada dalam posisi yang tepat.



Dilansir dari Harvard Business Review, akan membuat frustasi jika pegawai tidak mengambil inisiatif melakukan hal lebih dengan talenta mereka.

Ary menjelaskan bahwa hal ini banyak disebabkan dengan mereka tidak mengetahui potensi diri dan hidup sesuai dengan potensinya, serta bekerja dalam kesadaran diri yang minim.
 
"Sehingga banyak juga yang salah paham satu dengan yang lain akhirnya menciptakan konflik karena perbedaan perspektif dan motif, serta kurang menghargai keunikan seseorang hanya karena memiliki banyak perbedaan daripada kesamaan," tuturnya.
 
Lebih lanjut, "Bahayanya ketika potensi tertutup bisa membutakan hingga mematikan asa. Maka, perlu dari tiap organisasi mengetahui potensi diri atau DNA personal value dari masing-masing anggota untuk menciptakan organisasi yang solid mencapai target."

<more>
 
Sebab itu, ACT Consulting International bersama ESQ Business School memperkenalkan kepada para peserta yang hadir dalam Intipesan Conference mengenai Talent DNA.

Talent DNA adalah sebuah alat penilaian talenta dengan metode pengukuran ESQ untuk mengungkap potensi paling bersinar jauh di dalam hati. Untuk membawa kepada mentalitas tak tergoyahkan, stabilitas emosi, dan kehidupan yang jauh lebih bahagia.

"Sehingga ini menjadi tugas bagi para leader utamanya untuk mengajak pegawai untuk mengetahui diri dan potensinya masing-masing sehingga dapat diberikan tempat yang tepat," ucap Ary.

Disampaikan olehnya, dengan menempatkan orang dalam posisi yang tepat sesuai dengan talenta yang dimilikinya, muncul growth formula yang berisikan [talent + fit] x investment = growth.

"Yang diartikan bahwa talent pada posisi yang fit barulah diberikan berbagai investasi oleh korporasi maka akan menghasilkan pertumbuhan yang luar biasa.

Perusahaan akan mencapai target bahkan melebihinya karena semua bekerja dengan passion-nya, sesuai dengan talenta-nya, tidak dalam tekanan yang hanya mencari kepastian untuk diri sendiri."

Semua sudah bisa bicara tentang kontribusi terhadap kemajuan perusahaan bahkan Indonesia Emas 2045.

Menutup dari sesi pemaparan materi, Ary Ginanjar berharap, “Mudah-mudahan SDM di Indonesia mampu menemukan talentanya masing-masing. Tidak ada talenta yang tidak berprestasi, temukan talenta dan keluarkan potensi dengan semaksimal mungkin.”



Pengenalan Talent DNA yang merupakan kolaborasi ACT Consulting International dan ESQ Business School disambut baik oleh para peserta di antaranya peserta yang hadir dari PT. Otsuka, Ade dan Dewi.

“Talent DNA ini betul-betul menarik buat kami karena di Otsuka juga kami ingin melaksanakan pemetaan talenta yang tadinya kita ga begitu profiling terhadap karyawan sendiri. Luar biasa, ini bisa kami implementasikan di perusahaan nanti dan semoga bisa mengundang Pak Ary dan tim ESQ untuk dapat mengisi di Otsuka.”



Permasalahan mengenai profiling karyawan yang berujung pada kualitas performa perusahaan tidak hanya dirasakan oleh PT. Otsuka, Lisa dari PAM Jaya sebagai manajer transformasi dan change management juga merasakan manfaat dari pemaparan materi serta pengenalan Talent DNA.

“Betul sekali apa yang disampaikan Pak Ary secara global informasi dari culture terjadi dan valid menggambarkan apa yang menjadi generasi dan pekerja saat ini.

Talent DNA juga saya rasa menggali personal untuk cocok dengan culture fit perusahaan untuk menjadi tepat. Tiap orang kan ada kelebihan dan kekurangan, dengan TalentDNA ini kita jadi bisa fokus pada strength people untuk ditempatkan di posisi tepat, sehingga nanti akan menemukan culture fit dan kita bisa mengukur culture fix index dalam suatu perusahaan itu seperti apa.

Pastinya itu akan berkontribusi kepada performance, productivity untuk mencapai strategi objektif perusahaan.”

Cek videonya di sini!

Dapatkan Update Berita

BERITA LAINNYA