Dari 365 hari dalam setahun, ia menghabiskan waktu 250 hari di dalam perjalanan kuliner ke berbagai penjuru dunia. Mencicipi hidangan dari berbagai sudut dunia, perjalanan petualangan kuliner Bourdain diabadikan dalam sejumlah acara televisi yang ditayangkan oleh CNN dan Discovery Channel.
Parts Unknown, adalah salah satu acara televisi yang dipandu
oleh orang yang dinamai sebagai “story teller terbaik” dan Chef paling
berpengaruh di dunia ini. Bourdain, tak pernah merasa takut untuk mengungkapkan
pendapatnya.
Bourdain bahkan terkenal karena sikapnya yang tidak mau
makan di Restoran milik Trump. Ia juga pernah mengkritik kawannya sesama Chef,
Borgognone yang memindahkan restoran Sushi yang dimilikinya, masuk ke dalam
jaringan hotel milik Donald Trump. Ia menyebut Borgognone sebagai orang yang “tega
mendeportasi hampir dari separuh orang yang pernah bekerja untuknya”.
Bourdain hanya bisa menjumpai putrinya, Ariane Bourdain, 5
hari saja dalam sebulan. Ini bukan karena ia tak sanggup menolak tawaran
shooting. Namun karena ia merasa hidupnya adalah sebagai Chef. Bahkan dalam
salah satu tayangannya, Bourdain menyebut bahwa suatu saat ia akan mati di
perjalanan.
Akhirnya Bourdain yang datang ke Indonesia di bulan April-Mei
2018 ini dan shooting di RM Padang Surya di kawasan Bendungan Hilir ini,
mengatakan bahwa Rendang dengan rasa asli adalah makanan terbaik dari
Indonesia. “No Fusion”, katanya dalam soal rendang ini. Bourdain berhasil
meminta izin dari pemilik restoran untuk shooting di tempat itu, dengan
mengatakan bahwa ia menginginkan suasana restoran yang masih asli dan bukan
yang modern dan besar.
Hotel tempatnya menggantung lehernya dengan tali jubah
mandi, adalah hotel bintang 5 yang disebut sebagai hotel terbaik di dunia.
Berlokasi di Prancis, hotel ini dilengkapi dengan interior mewah dan fasilitas
kelas dunia. Hidangan terakhir yang disantapnya bersama kawannya, Eric Tuppert
yang kemudian menemukannya tergeletak di kamar mandi dalam keadaan tak bernyawa,
adalah Sosis dan daging babi dari restoran “La Petite Venise”.
Ingin meninggal dalam keadaan kaya dan terkenal, adalah
salah satu penyebab bunuh diri yang dilakukan oleh sejumlah selebriti dunia.
Mulai dari Marylin Monroe, Kurt Cobain, Robin Williams, hingga yang terakhir
Kate Spade dan Anthony Bourdain. Sejumlah selebriti dunia ini merasakan
karirnya menurun dan tidak mampu menghadapi keadaan hilang popularitas dan
takut untuk menjadi orang yang tidak lagi terkenal dan miskin.
Kehampaan spiritual juga adalah salah satu faktor dominan
yang menyebabkan para selebritis dunia ini, jauh dari kepuasan, rasa syukur dan
kebahagiaan hakiki yang tidak bisa dibeli dengan harta. Berbeda dengan
kebanyakan masyarakat umum yang memikirkan akan kelangsungan hidup dan perasaan
anak, pasangan dan keluarga yang mereka tinggalkan, para selebrita ini hanya memikirkan
popularitasnya semata. Mereka mendewakan diri mereka sendiri dan ingin
memastikan nama besar mereka tetap berkibar di hari terakhir mereka hidup.
Tuntutan yang terlalu tinggi pada diri sendiri, juga adalah
kunci ketidakbahagiaan Robin Williams. Tak peduli telah berapa banyak Piala
Oscar telah diterimanya. Williams tetap merasa aktingnya masih jauh dari kata
baik atau bahkan kata sempurna. Ia sering menganggap dirinya gagal dalam
memerankan suatu karakter. Ia tak peduli pujaan para penggemarnya. Pandangan kritikus,
adalah salah satu yang membuat para selebriti ini menjadi susah dalam hidupnya.
Mereka merelakan diri mereka diatur dan dinilai oleh para kritikus, hingga
mengorbankan rasa puas dan bahagianya telah menjalankan suatu peran.
Kebahagiaan palsu yang ditampilkan oleh Kate Spade pun
akhirnya membawanya pada akhir yang tragis. Padahal banyak sosialita dunia yang
mengenakan gaun dan aksesoris yang dirancangnya. Jumlah banyaknya materi dan
kemewahan hidup pun tidak membuat dirinya bisa merasa bahagia. Padahal, kunci
untuk menuju kebahagiaan terletak pada satu hal; rasa syukur, yang membuat
seseorang dapat menerima keadaan dirinya apa adanya. Rasa syukur pulalah yang
dapat membuat seseorang memiliki kekuatan mental dan rasa mawas diri yang
hakiki, yang bukan datang dari ketakutan akan pandangan orang, tapi dari
ketakutan pada Tuhan dan segala perintahNya. (GIna Al ilmi)