Jumat, H / 29 Maret 2024

Tak Ada yang Abadi dan Sempurna di Jagat Raya ini (2)

Jumat 31 May 2019 08:48 WIB

Author :Ida S. Widayanti

Ilustrasi

Foto: Freepik

The Personal Pain of Perfectionist

Keinginan untuk meraih kesempurnaan dapat menyakitkan sebab sering dikendalikan oleh dua hal sekaligus yaitu keinginan untuk bekerja sebaik mungkin dan ketakutan akan konsekwensi dari tidak dapat mengerjakan pekerjaan dengan baik. Hal ini menjadi semacam pisau bermata dua.


Melakukan sesuatu secara maksimal adalah sesuatu yang positif, apakah itu ketika memelihara rumah agar terlihat cantik, menulis laporan sebaik mungkin, memperbaiki mobil, atau yang lainnya secara optimal. Tetapi bagi perfeksionis, ketika sudah melakukan usaha dan energi yang besar, mereka masih merasakan kecewa, merasa tidak pernah melakukan berbagai hal dengan benar, tidak pernah mempunyai cukup waktu untuk melakukan yang terbaik, merasa malu dikritik oleh orang yang lain, atau tidak bisa mendapatkan orang untuk bekerja sama, ketika bekerja sama, berakhir dengan kurang baik.

 

Masalahnya bukan karena bekerja keras.  Perfectionist menjadi masalah ketika hal itu menyebabkan masalah emosional atau ketika itu menimbulkan ketidakbahagiaan. Konsekwensi emosi dari perfectsionist meliputi ketakutan melakukan kesalahan, stres karena tekanan untuk tampil baik, dan kesadaran akan kepercayaan dan ketidakpercayaan diri. Hal ini dapat mengekibatkan ketegangan, frustrasi, kekecewaan, kesedihan, marah atau ketakutan akan penghinaan.


Tekanan emosional yang disebabkan oleh pengejaran akan kesempurnaan dan ketakutan akan kegagalan mencapai tujuan dapat meningkatkan berbagai kesulitan psikologis. Perfeksionis yang berasal dari suatu sejarah keluarga yang mengalami depresi lebih mudah diserang dan berkembang secara psikologis dan nampak pada gejala fisik. Stres yang utama adalah depresi yang sensitif pada peristiwa yang merangsang keraguan diri dan ketakutan dari penghinaan atau penolakan.


Tampak ada kaitan antara perfectionist dengan penyakit pola makan seperti anorexia nervosa dan bulimia. Beberapa studi yang terbaru menunjukkan bahwa wanita-wanita malnourished dan yang berat badannya kurang karena anorexia, meskipun telah mengalami perawatan, mereka tetap berlaku perfeksionis dan mungkin mendorong pada pola makan seperti semula. Perfectionist menjadi salah satu faktor yang paling kuat dalam mengembangkan pola kekacauan makan.


Kadang-kadang sakit perfectionist dirasakan ketika berhubungan dengan orang lain. Perfeksionis membuatnya menaruh jarak antara dengan orang lain tanpa disengaja dan menjadi tidak toleran terhadap kekeliruan lain.  Riset menyatakan bahwa orang yang perfectionism fokus ke luar lebih sedikit dibanding perfeksionis yang fokus ke dalam karena merasakan penderitaan depresi dan kesepian.


How Did I Get This Way?

Ada bukti ilmiah bahwa banyak sifat kepribadian diwariskan secara genetis. Sebagian orang mungkin dilahirkan lebih perfectionistic dibanding yang lain.  Namun pola asuh orangtua dapat mempengaruhi arah atau bentuk perfectionist. Banyak perfeksionis khususnya yang fokusnya ke dalam, disebabkan komunikasi orang tua yang kurang baik. Pernyataan orang tua sering mengacaukan pesan, di mana kritik dan pujian diberi secara serempak. Sebagai contoh, "Ini bagus, tetapi aku bertaruh kamu dapat melakukan lebih baik."  Atau, "Wow, ada enam A dan satu B di buku laporanmu! Kamu lain kali harus membuat nilai  B menjadi A."


Tujuan memotivasi ini, menyebabkan anak merasa dari waktu ke waktu merasa harus menyenangkan orang tua. Perasaan ini menjadi terinternalisasi, sedemikian rupa sehingga kemudian dia tidak lagi hanya menyenangkan orang tuanya; tapi dia menuntut kesempurnaan untuk dirinya.


Beberapa perfeksionis menceritakan masa kanak-kanak yang kacau di mana mereka merasa tidak pernah mempunyai kendali atas hidup mereka. Perceraian, penampungan, krisis keuangan, macam-macam penyakit dan kesukaran/penderitaan lain  menciptakan suatu lingkungan yang tidak stabil. Orang-orang ini merasa adanya ketidakteraturan hidup, sehingga mereka mencoba memperbaiki berbagai hal di mana mereka dapat memiliki kendali seperti memelihara ruang mereka dengan sangat rapi dan apik, kerja keras luar biasa dalam menyelesaikan pekerjaan di kantor, atau menjadikan saudara-saudaranya berada di bawah kendalinya.


<<<Sebelumnya                                        Selanjutnya>>>


Dapatkan Update Berita

BERITA LAINNYA