Rabu, H / 09 Oktober 2024

Yugoslavia: Negara yang Hilang (bagian 2)

Senin 23 Oct 2023 10:29 WIB

Reporter :Endah Diva Qaniaputri

Bendera Yoguslavia

Foto: Freestock.ca


Pertama kali memasuki dinas kemiliteran, Tito bergabung dengan tentara Austria-Hungaria dengan pangkat sersan. Dalam karir kemiliterannya, berkali-kali menikmati dinginnya ruang penjara termasuk saat ditangkap pasukan Rusia pada 1915. Ia sempat dikirim ke kamp tahanan di Pegunungan Ura, dan baru dibebaskan pada 1917 ketika terjadi revolusi pada buruh. Lalu, ia bergabung dalam kelompok Bolshevik, dan masuk Tentara Merah seusai Revolusi Oktober.

 

Kembali ke tanah airnya pada 1920, Tito segera bergabung dengan Partai Komunis Yugoslavia (PKY) yang pengaruhnya tengah menguat. Partai itu berhasil mendudukkan 59 wakilnya di parlemen, dan menjadi partai ketiga terkuat di negeri itu. Tapi, pihak Kerajaan tak senang lalu memberangus PKY. Tito pun melancarkan aksi bawah tanah dari kota ke kota. Karena aktivitasnya, ia ditangkap pada 1928 dan dijebloskan selama lima tahun ke Penjara Lepoglava tempat ia kemudian bertemu dengan guru ideologinya, Mosa Pijade.

 

Tito terpilih menjadi Sekretaris Jenderal PKY pada 1937, menggantikan Milan Gorkic yang terbunuh di Moskow. Sebelumnya, ia sudah menjadi anggota Partai Komunis Uni Soviet sekaligus polisi rahasia negeri itu. Mulai saat itulah, ia mengepakkan sayap sebagai pemimpin negara, walaupun PKY masih berstatus partai terlarang di Yugoslavia.

 

Serangan Jerman, Italia, dan Hungaria pada 6 April 1941 ke seluruh penjuru Yugoslavia menjadi tonggak penting bagi Tito. Hanya dalam sepuluh hari, pasukan kerajaan terdesak, dan Raja Peter II lari meninggalkan negeri. Tito sendiri membangun Komite Militer dalam tubuh Komite Sentral PKY pada 10 April tahun itu. Ia segera menyeru rakyat agar bersatu melawan tentara pendudukan. Ia mengangkat diri sebagai panglima setelah Jerman melancarkan Operasi Barbarossa ke Uni Soviet. Pada saat yang sama dibentuk pula Pasukan Partisan Yugoslavia.

 

Singkat kata, kaum Partisan berhasil melancarkan perang gerilya melawan kekuatan poros Jerman. Satu demi satu daerah berhasil dibebaskan, dan di situ dibentuk pemerintahan sipil di bawah Komite Rakyat. Tito memainkan peran sebagai pemimpin dalam forum-forum Dewan Pembebasan Antifasis Yugoslavia. Pada 4 Desember 1943, ia pun diangkat menjadi Presiden Dewan Pembebasan Yugoslavia dan mengumumkan pembentukan pemerintahan darurat Demokrasi Yugoslavia.

 

Selama perang, tidak kurang tiga kali Jerman hampir berhasil menangkap atau membunuh Tito dalam pertempuran di Neretva, perang di Sutjeska, dan penyerbuan kawasan Drvar dalam kurun 1943-1944. Toh, Tito lolos walaupun sempat mengalami luka parah saat ia dan pasukannya bertempur di Sutjeska. Kegigihan kaum Partisan itu mengundang simpati pihak Sekutu yang dipimpin Amerika Serikat, mereka pun memperoleh dukungan Sekutu.

 

Eksistensi Tito dan pasukan Partisan mendapat pengakuan resmi pada awal 1944. Terutama dari Raja Peter II, setelah digelar Konferensi Teheran yang mempertemukan sang Raja dengan Presiden Amerika Serikat Franklin D. Roosevelt, Perdana Menteri Inggris Winston Churchill, dan Perdana Menteri Soviet Joseph Stalin. Baru pada 17 Juni 1944, digelar Traktat Vis di Pulau Dalmatian yang isinya menyepakati penggabungan pemerintahan di bawah Tito dengan pemerintahan dalam pengasingan di bawah Raja Peter II.


Dalam pemerintahan gabungan itu, Tito terpilih sebagai Perdana Menteri pemerintahan darurat. Dengan mandat baru itu, ia segera melancarkan strategi jitu untuk mengusir seluruh kekuatan asing dari bumi Yugoslavia. Ia diam-diam mengadakan semacam perjanjian dengan Uni Soviet dan membolehkan Tentara Merah melakukan operasi di kawasan timur laut negeri. Upaya itu berhasil, dan tentara Jerman menarik seluruh pasukannya ke wilayah perbatasan. Dengan langkah itu, berakhir pula pendudukan asing atas Yugoslavia.

 

Usai perang Dunia II, Tito segera menjadi tokoh yang amat populer di mata rakyat. Ia di puja sebagai pemimpin pembebasan Yugoslavia. Ia juga berhasil menghimpun seluruh kekuatan yang terdiri atas beragam etnis dan agama, bahkan ideology. Negeri itu lalu mengubah namanya menjadi Republik Federasi Sosialis Yugoslavia. Lewat parlemen kekuasan Raja Peter II dihilangkan sama sekali, dan Tito leluasa melebarkan kekuasaannya.


<<< Sebelumnya                                                                     Selanjutnya>>>

Dapatkan Update Berita

BERITA LAINNYA