Oleh: Mushlihin
ESQNews.id - Sepulang jumatan seorang jamaah terima berita duka. Sepupunya kelahiran 1970-an yang tinggal di rumah sangat sederhana desa Ngimbang meninggal dunia. Setelah dirawat di rumah sakit Jombang.
Segenap keluarga berucap inna lillahi wainna ilaihi rajiun. Mereka segera takziah. Melayat untuk menghibur hati orang terkena musibah. Mengendarai motor menyusuri jalan berlobang. Lalu pindah ke mobil saudara di Sekaran. Agar lebih nyaman.
Pas azan asar berhenti di masjid Babat. Mendirikan salat berjamaah. Pun berdoa supaya tak ada hambatan. Lantaran selama perjalanan harus melewati pasar, gunung dan hutan. Rombongan sampai di lokasi saat jenazah disalatkan. Dipimpin modin berpengalaman. Diikuti belasan makmum. Terdiri dari empat takbir dan dalam posisi berdiri di bagian kepala jenazah.
Selanjutnya jenazah dinaikkan kereta. Ditarik dan didorong tenaga manusia. Melintasi jalan raya dan diantar ratusan kerabat. Penampilan mereka beragam. Sebagian bersarung dan berpeci. Adapula yang bercelana pendek dan rambut dicat. Malahan ada yang berseragam beladiri sambil jalan kaki.
Sesampai di kuburan, jenazah dikeluarkan dari keranda. Tempat usungan mayat bertutup. Karena sangat berat, butuh sepuluh orang untuk mengangkat. Dengan susah payah dan tekad kuat jenazah dimasukkan liang lahat.
Usai mengebumikan, modin menyampaikan sambutan. Sekaligus berdoa semoga dosa si mayat diampuni. Lebih dari itu berharap dilindungi dari azab. Lantaran menurut hadis riwayat Tirmidzi, "Barangsiapa meninggal pada hari Jumat maka ia dilindungi dari siksa kubur."
<more>
Hadis tersebut diperdebatkan ulama kesahihannya. Berdasarkan surat Al-Fath, ayat 14. "Dan hanya milik Allah kerajaan langit dan bumi. Dia mengampuni siapa yang Dia kehendaki dan akan mengazab siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang."
Tegasnya pendapat wafat hari Jumat terhindar dari siksa kubur dapat dibenarkan. Bilamana selama hidupnya tidak banyak berdosa. Contohnya berdusta, mengolok, berprasangka, mencari-cari kesalahan orang lain, fasik, kikir, berbuat kerusakan, memanggil dengan gelar yang buruk dan bermain-main dalam kebatilan.
Sebaliknya bukan berarti yang wafat hari Sabtu sampai Kamis termasuk orang jelek. Asal mereka beramal saleh dan berat timbangan kebaikannya. Misalnya gemar mengaji, bersedekah dan bersalawat.
فَهُوَ فِي عِيشَةٖ رَّاضِيَةٖ
maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan (senang). Surat Al-Qari'ah ayat 7. Selain itu dalam surat Ar-Rahman ayat 60 juga menerangkan:
هَلۡ جَزَآءُ ٱلۡإِحۡسَٰنِ إِلَّا ٱلۡإِحۡسَٰنُ
"Tidak ada balasan untuk kebaikan selain kebaikan (pula)."
Jadi yang terpenting beramalah sebaik-baiknya. Kerja keras untuk duniamu seolah engkau hidup selamanya. Dan beramalah pula untuk akhiratmu seolah engkau mati besok. Sebab semua yang ada di bumi itu akan binasa. Hanya saja kita tidak tahu kapan dan di mana?
Para pelayat kemudian meninggalkan makam. Hujan gerimis membasahi badan dan pakaian. Sebagian berteduh di warung pinggir jalan. Sekalian menyeruput kopi dan makan tahu lontong kesukaan. Lalu berpamitan kepada keluarga. Berjabat tangan menyerahkan bantuan beras, gula dan uang.
*Mushlihin, Guru MAM 8 Takerharjo dan SMPN Karanggeneng Lamongan.