ESQNews.id. Singapura, 12 Juni 2018. Dua negara besar yang
saling memusuhi dan bertolak belakang dalam haluan politik, kini telah
menurunkan penjagaan mereka. Bahkan, Hari ini tengah berlangsung pertemuan
bersejarah antara pemimpin dari dua negara yang telah terlalu lama berkonflik.
Amerika Serikat dan Korea Utara.
Sebelumnya, Korea Utara yang berpaham komunis dalam posisi
yang bersebrangan dengan Amerika Serikat yang memiliki paham Kapitalis, dan ada
dalam posisi saling mencurigai. Kita
telah sering mendengar bagaimana beberapa kali warga negara Amerika Serikat
mengalami penahanan di Korea Utara.
Dalam suatu kasus di tahun 2009, Laura Ling dan Euna Lee, keduanya
wartawan Amerika Serikat, ditahan hingga berbulan-bulan di penjara Korea Utara
karena dianggap sebagai mata-mata. Hingga akhirnya Lisa Ling, wartawan utama
CNN yang juga kakak dari Laura Ling, harus meminta bantuan Gedung Putih. Hingga membuat Clinton akhirnya turun tangan dan
datang ke Korea Utara untuk menjemput mereka sendiri, dalam sebuah pertemuan
yang saat itu dirahasiakan.
Upaya untuk menurunkan ketegangan antara Korea Utara dan
Amerika Serikat, telah diupayakan beberapa kali. Namun ancaman Korea Utara yang
berkoar-koar telah mengarahkan peluru kendali mereka ke Amerika, membuat negara
adidaya ini menjadikan Korea Utara sebagai negara yang dilarang dikunjungi oleh
warganya.
Setelah selama kurun waktu puluhan tahun dalam kondisi penuh
ketegangan, Kim Jong Un berinisiatif untuk membuka pertemuan dengan Amerika
Serikat. Sebelumnya, Kim telah membuka kunjungan dengan Korea Selatan terlebih
dahulu. Setelah sebelumnya, Korea Utara mengumumkan pada tanggal 21 April 2018
bahwa mereka akan menghentikan segala aktivitas nuklir yang mereka miliki.
Dalam tinjauan Psikologi Konflik, perdamaian ini terjadi
karena kedua negara telah bersikap saling terbuka dan dapat melihat sudut
pandang masing-masing. Seperti dikatakan
oleh Ahli Psikologi Konflik dari UI, Pak Drs Moch Ramdhan, atau yang sering
disapa sebagai Bang Romdhon, bahwa “Kita tidak bisa menilai pihak lain dari apa
yang kita pahami. Tapi kita harus melihat sudut pandang pihak lain dari apa
yang ia pahami”.
Bila ditinjau dari jenis konflik yang ada antara Amerika dan
Korea Utara di masa lalu, kondisi konflik yang ada adalah tipe Approach -
Avoidance. Dimana salah satu pihak, yaitu Korea Utara, berusaha untuk mendekat
(approach), namun dengan tujuan agar diakui sebagai negara kuat yang memiliki
kekuatan nuklir. Sementara Amerika Serikat dalam kondisi menjauh dan mengelak
(Avoidance), dimana Amerika lelah pada berbagai upaya yang dilakukan Kim Jong
Il yang berambisi untuk menjadi kekuatan nuklir terbesar dan terhebat di dunia,
hingga ajalnya tiba.
Sepeninggal ayahnya, Kim Jong Un, kemudian merasakan
bagaimana sanksi ekonomi yang dikenakan pada Korea Utara membuat rakyat negara
tersebut berada dalam keadaan miskin dan terbelakang. Hingga akhirnya Kim Jong
Un kemudian berusaha mendekati kembali Amerika Serikat dan bahkan dengan
terbuka berani mengambil keputusan untuk menghentikan segala aktivitas nuklir
yang dimiliki oleh negaranya. Baru setelah melihat niat baik dari Kim Jong Un
inilah, dunia mulai berubah sikap.
Presiden Korea Selatan pun kemudian membuka diri dan menemui
Kim Jong Un di sebuah Desa yang menjadi salah satu titik perbatasan dari kedua
negara ini, di tanggal 27 April 2018. Melihat kemajuan yang ditampilkan Korea
Utara, pada tanggal 10 Mei 2018, barulah Trump menyatakan ia bersedia untuk
bertemu Kim Jong Un di Singapura pada tanggal 12 Juni 2018 ini.
Terlihat bahwa masing-masing pihak telah berupaya untuk
menggunakan sudut pandang satu sama lain untuk melihat situasi yang terjadi.
Korea Utara menunjukkan kesediaan untuk menghentikan segala aktivitas nuklir,
dan Amerika Serikat akan mengangkat sanksi ekonomi yang selama ini diberikan
pada Korea Utara.
Apakah konfilknya selesai?
Kondisi konflik kedua negara kini berada dalam posisi Approach – Approach.
Dimana kedua pihak berusaha untuk saling mendekat dan membuka diri. Namun untuk
memastikan bahwa konflik diantara kedua negara berhaluan politik berbeda ini
telah selesai, kita harus menunggu waktu dan melihat secara lebih jauh lagi
dalam beberapa waktu ke depan. Karena pihak Korea Utara terkenal akan kebiasaan
mereka untuk melanggar janji, hingga rusaklah kepercayaan dunia pada mereka.
Apakah Kim Jong Un akan membuka babak baru dengan Amerika
Serikat dan dunia secara umum? Seperti halnya negara berhaluan komunis lainnya
seperti Uni Soviet yang kini telah menjadi negara kapitalis dan terbuka setelah
gelombang Perestroika ala Gorbachev? Kita iihat perkembangan selanjutnya di
masa depan. (Gina Al ilmi S.Psi)