Selasa, H / 16 April 2024

Tepat Waktu dan Berjamaah

Rabu 22 Jan 2020 15:37 WIB

Author :Dzainur Roin

ilustrasi

Foto: ikhtisar islami

Oleh : Dzanur Roin*

 

            ESQNews.id - Dalam salah satu dialog, seseorang bertanya. Pak baik mana sholat dengan berjamaah atau sholat tepat waktu. Pertanyaan tersebut muncul karena kebiasaan di sekolah kami, waktu sholat mengikuti jam pelajaran. Misal, Waktu sholat dhuhur pukul 11.30, sedangkan anak-anak keluar dari kelas pukul 12.00. Nah, ada selisih sekitar tiga puluh menit. Sejenak saya berfikir dan tidak perlu menjawab, karena jawaban dari pertanyaan tersebut ada dalam pertanyaan itu.


Dalam sebuah hadits, sholat berjamaah lebih utama daripada sholat sendirian dengan pahala dua puluh tujuh derajat. Disini jelas keutamaan sholat berjamaah, kalau kita sholat sendiri maka kita tidak memperoleh keutamaan sholat berjamaah. Tentu sholat berjamaah yang di lakukan dimasjid itu lebih baik. Maka dari itu, ketika mendengar adzan bersegeralah untuk berangkat ke masjid untuk melaksanakan sholat berjamaah bersama ummat. Selain mendapatkan keutamaan sholat berjamaah kita juga mendapatkan pahala dari setiap langkah kaki yang menuju ke masjid demi mencari ridhonya.


“Sholat seseorang dengan berjamaah lebih banyak pahalanya daripada sholat sendirian di pasar atau di rumahnya, yaitu selisih 20 sekian derajat. Sebab, seseorang yang telah menyempurnakan wudhunya kemudian pergi ke masjid dengan tujuan untuk sholat, tiap ia melangkah satu langkah maka diangkatkan baginya satu derajat dan dihapuskan satu dosanya, sampai ia masuk masjid. Apabila ia berada dalam masjid, ia anggap mengerjaan sholat selama ia menuggu hingga sholat dilaksanakan. Para malaikat lalu mendoakan orang yang senantiasa di tempat ia sholat. “ Ya Allah, kasihhanilah dia, ampunilah dosa-dosanya, terimalah taubatnya” Hal itu selama ia tidak berbuat kejelekan dan tidak berhadats.” (HR. Bukhari no. 477 dan Muslim no 649).

Dalam sebuah riwayat dikisahkan, bahwa pada suatu hari Umar bin Khattab keluar meninjau kurmanya. Selang beberapa lama, kemudian beliau kembali ke rumah. Ketika tiba di dalam kota madinah, beliau melihat orang-orang sudah selesai melaksanakan sholat Ashar. Melihat para sahabatnya telah selesai melaksanakan sholat berjamaah Ashar, beliau sangat menyesal dan berkata; “Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun”. Aku terlambat untuk melaksanakan sholat dengan berjamaah lantaran kebun kurma itu! Ya Allah, saksikanlah! Kebun kurma itu kusedekahkan sekarang juga kepada para fakir miskin sebagai kifarat atas kealpaan yang telah ku lakukan. Beliau menyesal, karena asyiknya berada di kebun kurma, sholat jamaah ashar yang biasa beliau kerjakan ‘tertinggal’ karenanya.

 

Abu Hurairah radhyallahu’anhu meriwayatkan bahwa suatu ketika ada seorang buta yang datang menemui Rasulullah shallahu ‘ alaihi wa sallam. Dia berkata, “Wahai Rasulullah! Sesungguhnya aku tidak memiliki penuntun yang selalu membimbingku untuk berangkat ke masjid.” Dia bertanya kepada Rasullulah shallahu ‘ alaihi wa sallam dengan tujuan meminta keringanan agar boleh mengerjakan sholat di rumah, maka beliau pun memberikan keringanan untuknya. Akan tetapi, ketika dia berpaling (hendak pulang) maka beliau menanyakan kepadanya, “Apakah kamu masih mendengar adzan untuk sholat (berjama’ah)”? Dia menjawab, “Iya.” Maka nabi pun mengatakan, “Kalau begitu penuhilah panggilan itu”.  (HR. Muslim: 653).

 

Dalam riwayat yang lain,  Abu Hurairah radhyallahu’anhu meriwayatkan bahwa rasulullah shallahu ‘ alaihi wa sallam bersabda, “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya. Sungguh, aku pernah bertekad untuk menyuruh orang membawa kayu bakar dan menyalakannya, kemudian aku akan perintahkan orang untuk mengumandangkan adzan untuk sholat (Berjama’ah)  yang ada lalu aku akan berangkat mencari para lelaki yang tidak ikut sholat berjama’ah itu supaya aku bisa membakar rumah-rumah mereka.” (HR Bukhari {644} dan Muslim {651})

<more>

Amat berat bagi kita untuk seperti Umar bin Khattab, bagi kita  meninggalkan sebentar pekerjaan atau kesibukan kita untuk melaksanakan sholat berjamaah terasa berat dan tidak ada penyesalan yang kita rasakan. jangankan meninggalkan pekerjaan, lha wong yang tidak sibuk saja, lebih asyik menonton televisi daripada mendatangi seruan adzan untuk menunaikan sholat berjamaah. Apalagi sampai mensedekahkan harta yang menjadi sebab kita tidak melaksanakan sholat berjamaah. Sebagaimana yang dilakukan sahabat yang juga salah dari khulafaur rasyidin. Yakni Umar Bin Khattab. Padahal saat itu Umar bin Khattab tidak sengaja meninggalkanya. Terus bagaimana dengan kita? Yang dengan sengaja meninggalkan sholat berjamaah, yang tidak ada sebab di bolehkanya tidak sholat berjamaah. Apakah kita menyesal seperti yang dilakukan sahabat yang memiliki julukan “Al-Faruq” sehingga kebun kurma yang begitu lebat buahnya karena waktunya musim panen di sedekahkan kepada fakir miskin. Karena itu menjadi sebab ketinggalan sholat berjamaah.

            Sahabat yang tidak bisa melihat saja masih sangat di anjurkan untuk melaksanakan sholat berjamaah ketika mendengar suara adzan, bagaimana dengan kita yang memiliki tubuh lengkap dan sempurna, bisa melihat dan bisa mendengar seruan adzan, dan bisa berjalan  juga tidak perlu bantuan seseorang untuk menuntun kita ke masjid, karena teramat besar pahala dan manfaatnya dalam melaksanakan sholat berjamaah, Rosulullah pernah bertekad untuk menyuruh orang membawa kayu bakar dan membakar rumah yang ada kaum lelaki tidak melaksanakan sholat berjamah.

            Semoga kita bisa istiqomah dalam menjalankan sholat berjamaah di masjid, selain mendapat keutamaanya juga sebagai bentuk kecintaaan kita dalam menjalankan sunnah-sunnahnya. Semoga Allah mengembalikan kemuliaan  dan persatuan umat islam di atas Sunnah Rasulullah shallahu ‘alahi wasallam.

*Dzanur Roin, Guru SD Muhammadiyah 12 Surabaya (SDM dubes)


Dapatkan Update Berita

BERITA LAINNYA