Jumat, H / 29 Maret 2024

Tadabur Surah Al-Ikhlas Sebanding dengan Sepertiga Al-Qur'an

Senin 18 Apr 2022 09:09 WIB

Reporter :EDQP

Ilustrasi

Foto: pixabay.com

Oleh: Mushlihin (Guru SMPN 1 Karanggeneng Lamongan)


ESQNews.id, JAKARTA - Saya bersyukur dapat mentadaburi surah Al-Ikhlas. Apalagi saya berkesempatan sharing di hadapan profesor, doktor, dan puluhan pembelajar SPN (Sahabat Pena Nusantara). Alasan lainnya, Al-Ikhlas sepenuhnya memurnikan keesaan Allah. Menolak segala macam kemusyrikan. Selain itu merupakan penetapan keesaan Allah dalam kesempurnaan, ketuhanan dan kesucian Allah dari segala kekurangan.


Menurut Prof. Quraisy Shihab, hampir ada 20 nama surah Al-Ikhlas, di antaranya Al-Aman, An-Najah, Al-Jamal, Al-Misbah, Al-Asas, Aqidah, Tauhid dan sebagainya. Saya sering menyebut surah Al-Ikhlas dengan sebutan Qulhu, lantaran ayat pertama berbunyi seperti itu. KH. Anwar Zahid pun dalam ceramahnya menyebutnya demikian. Beliau bercerita, "Ada imam salat yang kerap salah membaca Al-Qur'an. Makmum mengingatkan dengan ucapan 'Qulhu wae Lik.' yang artinya panggilan untuk paklik atau akronimnya dari bapak cilik (sapaan kepada adik laki-laki ibu atau ayah alias paman).


Surah ke 112 ini terdiri 4 ayat dan diturunkan ke 19 di Mekkah. Ubay bin Ka'ab menjelaskan bahwa, "Al-Ikhlas diturunkan berkenaan dengan kaum musyrik yang berkata kepada Rasulullah. 'Hai Muhammad, jelaskan kepada kami tentang silsilah Tuhanmu."(HR. Tirmidzi). Sementara kaum Yahudi bertanya tentang bentuk Allah. Apakah terbuat dari emas, perak atau perunggu?


Tafsir Jalalain mengungkapkan, "Nabi ditanya tentang Rabbnya. Lalu turunlah ayat ini. Katakanlah Muhammad, Dialah Allah, Yang Maha Esa dalam uluhiyah. Baik zat, sifat maupun perbuatan. Tidak terdiri dari unsur-unsur. Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah."




Allah tempat meminta segala sesuatu. Allah dituju dalam kebutuhan segala sesuatu. Dialah Tuhan yang berada di puncak kesempurnaan dan keindahan. Zat yang menjadi tumpuan harapan semua makhluk. Penghulu atau tempat bersandar.


Allah tidak beranak, dan tidak pula diperanakkan. Yang tidak melahirkan sesuatu pun dan tidak dilahirkan sesuatu. Dia tidak mempunyai anak dan tidak pula mempunyai ibu atau bapak. Dia tidak butuh dirawat oleh anak-anak kelak, sebagaimana manusia.


Kemudian tidak ada sesuatu yang setara dengan Allah. Tidak ada yang sebanding dengan Allah. Tidak ada yang serupa dengan Allah. Tidak pula ada yang menyamai Allah. Karena tidak mungkin terjadi pada Allah.


Al-Ikhlas adalah surah favorit. Saya berupaya  untuk membaca Al-Ikhlas 1x setiap selesai salat, kecuali magrib dan subuh dibaca 3x (HR. Abu Dawud). Berzikir setelah salat fardhu, seperti orang yang selalu mengusap kaca bening yang sudah bersih dan mengilapkan. Al-Ikhlas pun cocok untuk zikir pagi dan petang agar dapat membentengi diri.


Saya mesti membaca Qulhu pada rakaat terakhir witir. Sebab Rasulullah membaca Qulhu pada rakaat terakhir salat witir (HR. Nasai). Malahan dibaca oleh sebagian imam salat tarawih yang memakai pola 20 saban rakaat kedua.


<more>


Saya cukup sering membaca Qulhu kala salat fajar. Saya meneladani Rasulullah yang juga membaca Qulhu saat rakaat kedua salat fajar perlahan-lahan alias tidak dikeraskan (HR. Ahmad). Karena merupakan sebaik-baik surah. Bahkan termasuk hamba yang beriman kepada Tuhannya (HR. Ibnu Hibban).


Di samping itu saya membaca Qulhu pas bakda magrib. Sebab sunnah hukumnya sesudah salat magrib pada rakaat kedua membaca Qulhu. Lantaran Rasulullah tidak pernah meninggalkannya (HR. Ibnu Majah). Dan sebaiknya dikerjakan di rumah.


Adapula Qulhu yang dibaca 10x di setiap rakaat salat taubat. Lebih dari itu Qulhu dibaca 25x pada salat malam Jumat. Saya tidak mempraktekkan, karena hadisnya palsu.


Paling akhir saya membaca hadis riwayat Bukhari. Isinya keutamaan membaca Qulhu. Sesungguhnya membaca surah Al-Ikhlas sebanding dengan sepertiga Alquran. Wallahu a'lam.


Dapatkan Update Berita

BERITA LAINNYA