Jumat, H / 29 Maret 2024

Syukur Pangkal Bahagia

Jumat 31 Jan 2020 17:32 WIB

Author :Dzanur Roin

ilustrasi

Foto: dok.ESQ

ESQNews.id - “Yang punya mobil bersyukur ketika melihat seorang yang hanya memiliki motor, yang punya motor bersyukur ketika melihat seorang hanya memiliki sepeda ontel. Yang punya sepeda ontel bersyukur ketika melihat seorang hanya jalan kaki, yang jalan kaki bersyukur ketika melihat seorang yang tidak bisa berjalan, yang tidak bisa berjalan masih bersyukur karena masih bisa menikmati hidup daripada temanya yang meninggal mendadak”

Kalimat tersebut saya ambil dari salah satu isi ceramah agama oleh Dai sejuta ummat. Yakni KH Zainuddin MZ. Kalimat motivasi yang menyuruh kita untuk selalu bersyukur dengan apa yang kita miliki. Dengan melihat seseorang yang keadaanya berada di bawah kita, karena dengan begitu akan memunculkan rasa syukur. Berbeda dengan saat melihat seseorang yang keadaannya berada di atas kita. Saat melihat seorang yang berada diatas kita justru akan banyak mengeluh dan kufur nikmat. Nikmat yang kita miliki tak ada apa-apanya dengan kenikmatan-kenikmatan yang didapat saudara-saudara kita.

Dalam urusan akhirat lihatlah orang yang berada diatas kita supaya kita termotivasi akan tetapi dalam urusan dunia lihatlah orang yang berada di bawah kita. Agar pandai bersyukur. Dengan bersyukur hidup ini akan teratur dan  terasa mudah juga indah karena kita bisa menikmati tanpa banyak berkeluh kesah dan membanding-bandingkannya. Dengan banyak bersyukur Allah akan menambah kenikmatan tersebut. Sebagaimana firmanya dalam Al-Qur’an surat Ibrahim ayat ke tujuh  “Ketika tuhanmu memberitahukan; Demi, jika kamu berterima kasih, niscaya kutambah nikmat yang ada padamu, tetapi jika kamu kafir (tiada berterima kasih), sesungguhnya siksaanku amat keras.” (Q.S. Ibrahim  : 7)

  Sesungguhnya kebahagaiaan itu sudah ada dalam jiwa dan hati setiap insan yang bernama manusia. Jadi kebahagiaan itu tidak perlu di cari. Karena sampai kapanpun kita tidak akan menemukan bahagia. Bahagia sudah tertanam dalam hati setiap manusia ketika kita dapat mengolah dan mensyukuri setiap karunia Ilahi yang sudah ada dalam diri manusia. Yang sehat bersyukur karena dengan kesehatan tersebut bisa beraktifitas dan bekerja mencari nafkah yang halal. Yang sudah bekerja bersyukur dan melakukan pekerjaan itu dengan sebaik-sebaiknya, yang sementara nganggurpun masih bersyukur karena bisa memperbaiki kualitas diri untuk menjadi pribadi yang unggul, yang jomblopun bersyukur karena bisa beribadah dengan khusuk dan di jauhkan dari perbuatan-perbatan yang dekat dengan perbuatan maksiat, yang sudah mendapatkan jodohpun bersyukur karena dengan begitu agamanya menjadi sempurna,  yang sakitpun masih bersyukur karena dengan rasa sakit tersebut akan menggugurkan dosa-dosanya. Sungguh indah hidup ini jika menjadi hamba-hambaNya yang pandai bersyukur.

<more>

Terkadang, untuk bersyukur kita harus mendapatkan sesuatu yang menyenangkan dan membahagiakan. Apakah itu berupa benda yang berwujud seperti: makanan, minuman, pakaian, mainan, atau apapun yang berbentuk materi yang bisa dilihat oleh indera mata. Tidak hanya bisa dilihat, tetapi juga bisa dirasakan, misalnya: hati berbahagia ketika lulus ujian sekolah, hati bahagia ketika mendapat pekerjaan yang sesuai, hati bahagia ketika berjumpa dengan keluarga setelah sekian lama berpisah, hati berbunga-bunga ketika sang pujaan hati menerima ungkapan cinta yang kita sampaikan.

Bahkan, untuk bersyukurpun terkadang perlu di uji atau ditimpahkan sebuah cobaan yang bernama musibah, baik itu berupa rasa sakit, hilangnya sesuatu yang kita miliki, atau kecelakaan. Dengan begitu baru kita mengucapkan rasa syukur yang tiada henti. Kenapa rasa syukur muncul disaat seperti itu? Apakah kenikmatan yang kita terima lebih besar dari musibah yang baru terjadi? Tentu saja. Nikmat tuhan yang manakah yang kau dustakan.

Bersyukur tidak hanya cukup dengan ucapan lisan berupa kalimat Al-Hamdulillah. Segala puji bagi Allah. Bersyukur dengan lisan itu baik dan akan lebih baik lagi jika disertai dan dikiuti dengan perbuatan yang menunjukkan kita sebagai hambaNya yang pandai bersyukur. Misal, dengan berbagi sesuatu apa yang kita miliki sehingga dapat membahagiakan orang lain. kalaupun kita tidak bisa membagiakan orang lain setidaknya kita tidak menyakiti atau melukai orang lain dengan ucapan dan perbuatan kita. Bukankah senyum yang tulus untuk saudara kita adalah terhitung sebagai sedekah  

Sesungguhnya terlalu besar dan amat banyak nikmat-nikmat Allah yang di berikan kepada kita semua. Tidak hanya nikmat yang kita butuhkan, akan tetapi yang kita inginkan pun sudah dipenuhi. Dari mulai bangun tidur sampai mau tidur lagi. Dari mulai merangkak sampai berjalan dengan tegak hingga kembali merangkak. Nikmat jasmaniyah; nikmat berupa anggota tubuh yang lengkap segala fungsi dan kegunaanya. Nikmat alamiyah; yakni nikmat lingkungan yang nyaman dan tentram sehingga kita bisa hidup dengan senang dan bahagia, segala kebutuhan terpenuhi karena alam menyediakan semua untuk kita menikmatinya. Alam yang sangat  bersahabat dengan kita. Sehingga kitapun harus bersahabat dengan alam untuk menjaga nikmat tersebut. Nikmat ruhaniyah; inilah yang menjadi puncak dari kenikmatan-kenikmatan tersebut, karena kita bisa menjadi hamba-hambanya yang pandai bersyukur. Kita bisa merasakan nikmatnya islam dan nikmatnya iman. Maka nikmat tuhan mana lagi yang kita dustakan.

“Barang siapa yang berterima kasih (kepadaNya), maka hanya berterima kasih untuk dirinya, dan barang siapa yang kafir (tidak berterima kasih), maka sesungguhnya Allah maha kaya lagi maha terpuji” (QS. Al-Luqman; 12)

Kenapa kita harus bersyukur, karena dengan bersyukur kita bisa menjadi bahagia dan senang, ketika kita bahagia dan senang, maka seluruh anggota tubuh akan memunculkan energi positif. sebuah energi yang akan berdampak dalam setiap aktifitas kita. Pekerjaan yang berat akan terasa ringan karena kita melakukannya dengan bahagia. Dan pekerjaan itu akan tuntas dengan cepat. Setiap ucapan yang keluar dari bibir kita adalah kata-kata yang baik dan penuh motivasi karena kita bahagia, tangan kita akan melakukan sesuatu yang baik karena kita bahagia, kaki kita akan selalu berjalan dan melangkah kepada kebaikan karena kita bahagia. Maka dari itu, apapun keadaan kita, dimanapun kita berada, bagaimapun kondisi kita tetaplah bersyukur. Karena dengan bersyukur kita bahagia. Bukan bahagia baru kita bersyukur.

 Syukur adalah pangkal bahagia. Ketika anda tidak bisa bersyukur sampai kapanpun kau tidak akan bahagia. Ketika kita pandai bersyukur apapun keadaanya kita bisa menikmatinya. Mari kita menjadi hamba-hambanya yang pandai bersyukur. Budayakan sedikit mengeluh banyak bersyukur. Bersyukur dengan apa yang kita miliki jangan menunggu bisa memiliki untuk bersyukur. Syukur yang tak terukur akan menjadikan hidup lebih makmur dan semakin subur.

* Dzanur Roin : Alumni Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya



Dapatkan Update Berita

BERITA LAINNYA