Minggu, H / 19 Januari 2025

Spiritualitas Ilmu Pengetahuan

Minggu 27 Oct 2019 16:26 WIB

Author :Ainul Faiz

ilustrasi

Foto: fotolia.com


Oleh: Ainul Faiz

ESQNews.id - Menuntut ilmu merupakan persoalan terpenting dalam Islam karena pada dasarnya, masalah ilmu itu sangat sederhana sekali sebab sudah ada dengan sendirinya ketika manusia sudah masuk kealam realita. Namun, masalah ilmu  kemudian menjadi sesuatu yang sulit dan rumit  (complicated) ketika terjadi perbedaan cara memandang dunia (world view) akibat dari perkembangan peradaban manusia yang berekslarasi dengan cepat, hal tersebut mesti berpengaruh pada perilaku tiap individu, sehingga tanpa terasa dan tanpa kita sadari banyak hal yang sangat memprihatinkan pada pola interaksi dilingkungan kita.


Dampak negatif pengaruh tersebut manusia hampir tak mampu mengadakan deferensiasi antara good values (nilai kebaikan) dan bad values (nilai keburukan). Dan pada abad modern ini manusia  dihinggapi krisis visi keilahian, karena itu mudah dihinggapi kehampaan spiritual. Sehingga wacana keilmuan yang muncul kepermukaan cendrung kering dari nilai–nilai religi yang pada akhirnya akan memberi pengaruh lain pada perkembangan ilmu pengetahuan dan  kehidupan umat manusia.


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ilmu diartikan dengan pengetahuan (segala sesuatu yg diketahui) tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di bidang (pengetahuan) itu. Dengan kata lain, ilmu merupakan proses perbaikan dan usaha sadar manusia untuk memahami, meneliti, menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia tentang berbagai segi kehidupan alam semesta yang kemudian akan berbuah menjadi ilmu pengetahuan.

<more>
Sebagai makhluk yang dikarunia akal (‘aql), manusia punya kewajiban untuk menggunakan dan mengembangkan potensi (fitrah) tersebut dalam proses berpikir (fikr) yang selanjutnya akan melahirkan ilmu pengetahuan (‘ilmu) sehingga dalam rangkaian ‘aql-fikr-‘ilm tersebut akan menemukan kebijaksanaan (hikmah) untuk dijadikan pedoman dalam eksistensi kehidupan selanjutnya. 


Maka – tidak heran – ayat yang pertama kali turun adalah berupa perintah langsung kepada manusia untuk membaca (iqra’). Iqra’  dalam hal ini mempunyai arti yang sangat luas, antara lain membaca, memikirkan, mengkaji, menghayati, memahami, meneliti, dan lain sebagainya karena redaksi ayat pertama itu mengandung makna umum (‘ãm) karena tidak menyebutkan objek iqra’, artinya kajiannya sangat luas tanpa batas, alam raya, diri sendiri, ajaran-ajaran, dan lain-lain, sehingga melahirkan ilmu pengetahuan yang berguna untuk semuanya.


Pada esensinya, ilmu pengetahuan merupakan buah dari kreatifitas potensi berpikir (nãthiqiyah) manusia yang secara kronologis akan melahirkan sikap dan perbuatan pada pribadi seseorang yang diwujudkan dalam realitas kehidupan nyata dengan bentuknya yang positif atau negatif sesuai cara berfikirnya.


Mengingat pentingnya ilmu pengetahuan, Islam memposisikan ilmu diatas segala-galanya karena dengan ilmu semua proses kehidupan ini akan berjalan secara terarah, terukur, dan teratur sesuai dengan ajaran dan nilai-nilai spiritualitas Islam. Dan posisi orang yang berilmu pengetahuan dalam Islam akan sangat mulia dan mendapat limpahan karunia dari Allah sebagai bunyi ayat iqra’ wa robbuk al-akram (Bacalah, dan Tuhanmulah yang Mahamulia), dan hal itu hanya akan diberikan kepada orang yang ber-iqra’ bism rabbik al-ladzî al-khalaq (Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan) karena proses berpikir untuk berilmu pengetahuan harus diniatkan sesuai dengan tuntunan Allah Swt. sehingga hasil dari proses berpikir itu pun akan berimplikasi pada hal yang positif dalam kehidupan pribadi dan sosialnya.


Penjelasan tersebut menggaris bawahi bahwa ilmu pengetahuan seseorang akan membawa kebermaknaan dan kebermanfaatan dalam kehidupan dunia dan akhirat yang diwujudkan dalam sikap dan perilaku positif setiap harinya jika proses berpikirnya dilandasi oleh muatan nilai-nilai spiritualitas Islam. Ilmu pengetahuan yang seperti inilah, menurut Ibn Arabi yang akan menjadi cahaya dalam kehidupannya karena tempat bersemayamnya adalah di hati.


Dan sebaliknya, buah dari berpikir tersebut yang berupa ilmu pengetahuan bisa juga menjerumuskannya pada kehancuran baik untuk dirinya bahkan untuk orang lain. Jadi, ilmu pengetahuan seseorang bukan jaminan keselamatan dan kehormatan dirinya baik di dunia maupun di akhirat apabila tidak dipupuk dengan nilai-nilai spiritual. Semoga kita bisa selalu memperbaiki diri dengan ilmu pengetahuan yang ada.

- Ainul Faiz
*Penulis adalah santri di Pondok Pesantren Al-Maliki Lumajang







Dapatkan Update Berita

BERITA LAINNYA