TOKOH
ESQNews.id,
JAKARTA - Ippho Santosa adalah sosok pemegang Rekor MURI, creative marketer dan
Penulis Bestseller 13 Wasiat Terlarang! Dahsyat Dengan Otak Kanan! Apa rahasia
di balik kesuksesan beliau ini? Salah satunya Ippho selalu bersyukur kepada
Allah SWT Sang Pencipta. Sebenarnya, otak
kanan bukan soal kreativitas, imajinasi, dan intuisi semata. Jarang-jarang
orang ngeh ternyata syukur (gratitude) pun terletak pada otak kanan.
Terkait itu, jauh-jauh hari pepatah China sudah mengungkapkan, “Bu yao pa, bu
hao hui,” yang artinya, “Jangan pernah takut, jangan pernah menyesal.”
Maknanya, apa yang akan terjadi, tidak perlu disesali. Pepatah China lainnya
melengkapi, “Fan shi gan ji,” yang artinya, “Apa pun yang terjadi patut
disyukuri.” Dan itu pula
yang saya pegang teguh selama ini. Asalkan yang terjadi itu bukan bersifat
dosa, maka sedikit pun tidak akan saya sesali. Entah itu berupa masalah,
kegagalan, kerugian, penghinaan, atau sakit. Bukankah itu semua terjadi dengan
izin Allah? Bukankah kejadian itu merupakan yang terbaik untuk kita menurut
Allah? Kalau memang itu terjadi dengan izin Allah, kalau memang kejadian itu
terbaik untuk kita menurut Allah, lantas mengapa tidak kita syukuri? Kebetulan saya
diminta menjadi kolumnis di majalah komunitas umat Budha di Jambi dan majalah
komunitas umat Hindu di Bali. Nah, sepengetahuan saya, konsep bersyukur juga
diajarkan dan dianjurkan oleh setiap agama tanpa terkecuali. Bahkan, bukan saja bersyukur setelah memperoleh nikmat, melainkan
juga bersyukur sebelum memperoleh
nikmat. Dan di atas segalanya, inilah yang terbaik. Sejenak, coba
cermati surat Al-Fatihah dan adab berdoa secara umum. Apa yang pertama-tama
harus dibaca? Tidak lain tidak bukan, lafal syukur. Kemudian? Barulah meminta.
Saya perjelas: syukur dulu, baru meminta. Sayangnya, yang jamak terjadi, minta
dulu. Kalau terkabul? Yah, baru bersyukur. Kalau tidak? Boro-boro bersyukur!
Padahal, Allah telah komit, “Sesungguhnya jika engkau bersyukur, niscaya Aku
akan menambahkan lebih banyak nikmat kepada engkau.” Dan tentunya kita tahu
persis bahwa Ia tidak bakal mangkir. Tambahan lagi,
rasa syukur sepenuh hati memungkinkan Anda menerawangi hikmah dari kejadian
demi kejadian-kejadian buruk sekali pun. Istilahnya, blessing in disguise. Nah,
tahun ini buatlah daftar hal-hal yang harus Anda capai atau raih. Namun jangan
lupa, buat juga daftar hal-hal yang telah Anda capai pada tahun lalu –dan
syukuri semuanya. Se-mu-a-nya! Jangan tunda lagi, ucapkanlah: Alhamdulillah. Omong-omong,
sudah baca buku kecil berpengaruh besar The
Secret? Dipaparkan di sana, syukur adalah anak tangga mutlak untuk
mempercepat sukses. Wejangan si pengarang, “Bayangkan harapan-harapan Anda
dengan penuh rasa syukur, seakan-akan Anda sudah menerimanya. Dengan demikian,
Anda akan menerimanya dengan segera.” Inilah output dari hukum tarik-menarik yang universal. Di buku Your Infinite Power To Be Rich pun
dijelaskan, andai seluruh proses menuju kekayaan material, mental, dan
spiritual dipadatkan menjadi satu kata, maka kata itu adalah “syukur”.
Akhirnya,
John Maxwell, penulis tentang kepemimpinan yang dikagumi oleh Ary Ginanjar,
mengingatkan kita semua, “Talenta adalah karunia, namun karakter adalah
pilihan.” Penafsirannya menurut saya, adalah hak Anda untuk bersyukur atau
tidak. Yah, Andalah yang memutuskan. Menutup artikel ini, semoga rasa syukur
selalu menyertai kita. Salam juang 165!Pernah diterbitkan di ESQ Magazine No. 02/V Januari 2009