Sabtu, H / 19 April 2025

Saatnya Ayah Berkisah

Jumat 06 Oct 2023 12:33 WIB

Author :Ida S. Widayanti

Ayah Membacakan Buku

Foto: Dien


“Kakak, tahu nggak, tadi tiba-tiba ada bocah yang waktu itu ikut acara dongeng nyamperin aku, terus bilang, ‘Kak, kapan banjir lagi ya? Aku pengen dengar dongeng lagi nih’.” 

 

Demikian sebuah pesan singkat yang diterima oleh seorang pendongeng, yang beberapa waktu lalu aktif memberikan hiburan edukatif pada anak-anak korban banjir di pengungsian. Ia tidak menyangka hal kecil yang dilakukannya sangat berkesan di hati anak-anak korban banjir. Yang membuat ia takjub yaitu pernyataan anak yang “berharap banjir lagi” hanya karena ingin mendengarkan dongeng.

 

Kisah di atas sepertinya sebuah lelucon. Namun itu nyata terjadi. Sebuah fakta yang sulit dipungkiri bahwa semua anak suka cerita, dongeng atau kisah. Sejak dahulu kala, di seluruh dunia, anak-anak bahkan orang dewasa sekalipun menyukai cerita. Di Inggris suatu kali pernah diadakan jajak pendapat pada orang-orang dewasa. Pertanyaannya mengenai saat apakah mereka merasa bahagia di masa kecilnya dulu. Jawaban terbanyak mereka, “Pada saat orangtua mereka membacakan buku atau cerita.” 

 

Baca Juga: Hari Buku Anak Sedunia 


Mendiang Steve Jobs, pendiri Apple, pernah membocorkan rahasia kehebatannya dalam membuat materi presentasinya yang sangat menarik. Ia menyebutkan tips pertamanya adalah ‘buatlah kisah yang menarik hati dan pikiran’. Alasannya menurut Jobs: “Human have been telling stories for thousands of years.” Ya, manusia sudah bercerita sejak ribuan tahun lalu. Terlihat ukiran di gua-gua atau candi-candi yang menunjukkan bahwa mereka sesungguhnya sedang mengungkapkan kisah melalui gambar. 

 

Cerita, diyakini merupakan metode komunikasi universal yang sangat berpengaruh kepada jiwa manusia. Al-Qur`an pun banyak berisi kisah atau cerita. Allah Ta’ala mengajak umatnya untuk berpikir dan menyentuh jiwanya melalui kisah-kisah dalam kitab suci. Kekuatan cerita mampu masuk ke alam bawah sadar manusia, sehingga terekam lebih kuat dalam memori. Cerita juga memungkinkan seseorang mendapat hikmah tanpa merasa digurui. 

 

Para ahli pendidikan sangat meyakini bahwa bercerita menguatkan hubungan antara anak-anak dengan orangtua. Terlebih jika yang diceritakan adalah kisah-kisah teladan yang bersumber dari al-Qur`an dan Hadits yang disampaikan dengan cara menarik. 

 

Sebagian ulama terdahulu berpendapat bahwa cerita merupakan salah satu senjata Allah yang dapat meneguhkan hati para wali-Nya. Cerita memiliki keindahan yang mengandung kenikmatan tersendiri. Imam Abu Hanifah berkata, “Kisah-kisah tentang para ulama dan perbuatan baik mereka lebih saya sukai daripada ilmu fiqih. Sebab, kisah itu merupakan adab suatu kaum yang mempunyai pengaruh yang besar dalam menarik perhatian dan meningkatkan kecerdasan berpikir seorang anak.” 

 

Namun, mengapa lebih banyak orangtua khususnya ayah yang memilih menghabiskan waktu di dunia pekerjaannya. Banyak yang  berpikir itulah yang akan membahagiakan dan lebih penting untuk diberikan kepada anak-anaknya. Wahai para ayah, ketahuilah bahwa jiwa anak-anak sesungguhnya haus akan sentuhan jiwa yang disampaikan melalui kisah-kisah penghantar tidur. 

 

Simak apa yang disampaikan Obama, “Surga  kecil yang saya nanti-nantikan ialah saat saya bisa duduk-duduk dengan putri saya yang berusia enam dan tiga tahun, lantas malamnya membacakan buku untuk mereka, kemudian membaringkan mereka ke ranjang. (American Libraries, Agustus 2005).

 

Sumber:

Sebuah Pekerjaan Bernama Ayah, Arga Tilanta-2018

 


Dapatkan Update Berita

BERITA LAINNYA