ESQNews.id, PADANG ARAFAH - Hari dimana padang arafah banjir air mata penghambaan, jutaan jamaah haji berkumpul di padang Arafah pada hari ini, 9 Dzulhijjah 1444 atau 27 Juni 2023.
Semua persamaan terlihat dalam Padang Arafah, semua warna kulit berkumpul, semua tak terikat status sosial, semua sama menggunakan kain ihram.
Berbagai suku dan bangsa berbondong-bondong berkumpul dengan taqwa, memenuhi panggilan Allah SWT dengan pesan yang sangat penting. Sehingga Allah SWT bukan hanya memanggil jamaah, namun Allah datang sedekat-dekatnya di Padang Arafah.
Memaknai arti dari wukuf arafah yakni wukuf adalah diam dan arafah maknanya adalah mengetahui. Mencari pesan dari Allah yang disampaikan untuk memahami napak tilas Ibrahim AS.
Allah menyampaikan pesan-Nya dalam empat cara berbeda, yakni melalui ayat-ayatNya, kemudian melalui nabi dan rasul, melalui alam semesta, serta melalui kejadian-kejadian yang terjadi. Dan yang istimewa dari wukuf di padang arafah adalah semua pesan Allah disatukan. Ayat-ayat quran dibacakan, kisah nabi ibrahim, alam semesta memberi pesan, semua fenomena dikumpulkan.
<more>
Memaknai wukuf di padang arafah ini bersama dengan ESQ Tours. Ary Ginanjar Agustian, founder ESQ Tours memimpin langsung kegiatan pemaknaan Arafah ini dan disiarkan melalui youtube, instagram, dan facebook, sehingga yang berada di tanah air pun mampu merasakan pemaknaan wukuf di padang arafah.
“Manusia adalah hamba sekaligus khalifah yang dititipkan Allah untuk menata diri, me-manage alam, keluarga, dan pesan itu disampaikan dalam kisah nabi Ibrahim AS.” Ary memberikan tausiah di hadapan para jamaah ESQ Tours untuk bersama-sama memaknai wukuf di padang arafah.
Dalam firman Allah yang menyebutkan “Arina Manasikana” bukan sekedar manasik sempit namun global. Menunjukkan manasik bukan sekedar langkah langkah haji, bukan sekedar menunjukkan haji sah sesuai fiqh. Manasik yang bersifat personal, global, universal diajarkan dalam 7 bab yang sempurna.
Bagaimana membangun dunia yang damai, negara yang damai, membangun keluarga yang damai, membangun dunia yang universal, membangun dunia yang sejahtera, membangun keluarga sejahtera, dan membangun manusia yang adil.
“Berbagai teori dilahirkan, sosialis, komunis, liberalis, demokrasi buatan manusia, manusia terpecah dari berbagai kutub. Maka, ada tujuh tahapan yang perlu dicatat.”
Yang pertama, manasik yang global, tuntunan Allah melalui Ibrahim. Bab 1, manusia mempergunakan kain ihram. Terlalu banyak perpecahan dan salah sangka yang mengandalkan golongan dan kelompok. Tidak ada pakaian terindah selain kain ihram. Tidak ada merek merek terkenal, merasa superior, panik bicara hedonisme, takut bicara flexing.
Namun, pada 9 Dzulhijjah manusia serentak menggunakan kain ihram. Semua sama rata. Tanpa ada pangkat, tanpa merek apapun, semua bersatu berbagai suku dan bangsa tanpa perbedaan.
Bab 1 dalam manasik itu terjawab, manusia dipimpin dan dituntun untuk wukuf. Banyak manusia tidak mengenal dirinya, siapa dirinya, dimana dirinya, dan mau kemana dirinya.
Wukuf di padang arafah adalah jawaban, agar manusia faham siapa dirinya, mengerti fungsinya sebagai khalifah. Inilah yang harus ditemukan ketika wukuf di padang arafah.
“Semakin mengenal dirinya, maka dia akan semakin mengenal Tuhannya.”
Dan manusia faham mengenai wukuf di padang arafah, pentingnya self awareness. Ketika remaja sibuk flexing, manusia membangun jati diri dengan hedonisme, mereka tidak mampu menemukan jati diri sehingga berbagai hal dicari, inilah spiritual illness.
“Dan wukuf di padang arafah adalah solusi untuk menjawab siapa dirinya. Inilah pemahaman tentang nilai nilai sejati akan misi kehidupan selanjutnya.”
Bab dua telah selesai, manusia kembali dituntun dalam bab 3 ke Muzdalifah. Mencari-cari batu bukan dalam keadaan siang hari ketika batu nampak. Mencari batu pada malam hari hingga menundukkan kepala untuk menemukannya.
Di sini, manusia menemukan betapa merasa mulia dengan kain ihram, namun diminta untuk menemukan batu-batu yang ada dalam hati. Batu iri, batu ego. Maka, batu-batu tersebut dilemparkan, melempar jumrah.
Pendidikan bab 3 sudah selesai, dan waktunya membuktikan janji di Bab 4 yang paling berat. Segala potensi yang ditemukan dalam wukuf di arafah, bukan sekedar untuk kekuasaan pribadi, bukan sekedar memenuhi nafsu, namun untuk mengabdikan diri kepada Allah taala. Maka, sembelihlah segala nafsu dalam diri.
Banyak permasalahan yang dilihat, permasalahan bangsa karena adanya kepentingan pribadi, itulah yang seharusnya dihilangkan. Puncak kita cinta kepada dunia akan sirna ketika memaknai kisah Ibrahim AS ketika menyembelih Ismail AS. Proses pendidikan besar supaya manusia menemukan core value.
“Kepentingan ego dihapus, principles baru, menjadikan allah di atas segalanya. Ketika terjadi, manusia bertawaf, menyatukan hati, tidak ada kebenciaan, tak ada kepentingan pribadi. Dengan warna kulit berbeda bersatu dgn damai, dengan ucapan laa ilaaha illallah…” Ary melantunkan kalimat tauhid diikuti para jamaah yang menyaksikan.
Pembelajaran menemukan core value, dilanjutkan dengan menutup kisah siti hajar yang berlari dari bukit shafa ke marwah. Sai untuk menemukan zam-zam, penuh ikhtiar dan tawakal kepada Allah SWT. Tidak takut, selalu yakin bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan dirinya.
“Inilah bab lima. Janganlah takut, teruslah berjalan karena Allah bersama kalian. Inilah tujuan islam, agama yang damai penuh kemuliaan. Tugas pembelajaran selesai, air zam-zamlah yang keluar.” pesan founder ESQ Tours tersebut.
Pesan haji yang selama ini dilaksanakan banyak sekedar dijadikan sebuah ritual. Sekedar menyembelih kambing atau sapi untuk merayakan idul adha namun tidak memahami ajaran yang sangat sempurna, yakni napak tilas Ibrahim AS mengenai menyembelih ismail yakni menyembelih rasa kepemilikan dan kecintaan selain untuk Allah SWT.
“Momentum 9 Dzulhijjah. Labbaik Allahumma Labbaik….
Allah akan mengabulkan segala doa, sebagai bentuk penantian yang ditunggu oleh segenap manusia yang rindu akan cinta-Nya.”
Labbaik Allahumma Labbaik…