Oleh: M. NURROZIQI (Alumnus UIN Sunan Ampel Surabaya)
ESQNews.id, SURABAYA - Di malam-malam bulan Ramadhan, di setiap Masjid, di semua Musholla, selepas sholat Tarawih, pastilah saling mengumandangkan bacaan-bacaan Al-Qur'an.
Masing-masing secara bergantian membaca kitab suci umat Islam. Di antaranya, ibadah tadarus Al-Qur'an inilah yang sangat membedakan dengan bulan-bulan lainnya. Satu anugerah tersendiri yang dihadiahkan kepada umat beriman di samping sekian banyak keutamaan atas hadirnya bulan Ramadhan.
Ramadhan yang juga dikenal sebagai bulan diturunkannya Al-Qur'an (Bulan Nuzulul Qur'an) memiliki daya tarik tersendiri bagi kaum beriman untuk memperbanyak bacaan Al-Qur'an. Jika biasanya, selain di bulan Ramadhan, ibadah membaca Al-Qur'an mungkin tidak bisa rutin, jarang istiqomah, bahkan tidak kuat banyak dan tidak bisa berlama-lama dengan Al-Qur'an. Tetapi, maghnet bulan Ramadhan sanggup menjadikan kaum beriman dekat sekali dengan Al-Qur'an. Dalam semalam bisa berlembar-lembar bacaan Al-Qur'an, sanggup berjam-jam dengan Al-Qur'an. Sehingga, dengan Al-Qur'an seakan menjadi akrab kembali. Sangat dekat sekali. Seakan sangat disayangkan jika malam-malam di bulan Ramadhan tidak dilalui dengan tadarus Al-Qur'an.
Demikianlah Maha Welas Asih-nya Allah SWT kepada kita semua, umat beriman yang terpanggil menjalankan kewajiban berpuasa.
Hari-hari yang dilalui dengan kebiasaan-kebiasaan baik, dihiasi dengan semua jenis ibadah, juga diisi dengan tadarus Al-Qur'an, adalah sebentuk proses pembiasaan kembali bagi mereka yang sebelumnya minim ibadah, juga sebagai penguat atas mereka yang selama ini sudah biasa istiqomah dengan segala jenis kebaikan.
Jadi, atas hadirnya bulan Ramadhan benar-benar menjadi berkah bagi siapa saja. Sehingga, di bulan-bulan berikutnya akan semakin mengalami peningkatan kualitas, sebagai hasil dari menjalankan kewajiban berpuasa Ramadhan. Keberhasilan meningkatkan diri dalam kebaikan-kebaikan sekaligus tetap dalam keistiqomahan inilah yang disebut sebagai "La'allakum tattaquun", tujuan dari berpuasa Ramadhan itu sendiri.
Bulan Ramadhan yang erat sekali dengan ibadah tadarus Al-Qur'an ini, memang sudah diteladankan oleh Baginda Nabi Muhammad SAW. Dalam satu riwayat yang disampaikan oleh Ibnu Abbas, bahwa Malaikat Jibril turun ke bumi mendatangi Nabi Muhammad Saw untuk bertadarus Al-Qur'an.
"Rasulullah SAW adalah manusia yang paling lembut terutama pada bulan Ramadhan ketika malaikat Jibril AS menemuinya, dan adalah Jibril mendatanginya setiap malam di bulan Ramadhan, dimana Jibril mengajarkannya Al-Quran (fayudaarisuhu Al-Qur'an). Sungguh Rasulullah SAW orang yang paling lembut daripada angin yang berhembus." (HR. Bukhari).
Sebagaimana penyebutannya, "tadarus" dari kata "darosa" yang bermakna belajar, maka di dalam bertadarus Al-Qur'an harus ada proses belajarnya. Bertadarus Al-Qur'an tidak hanya dalam rangka seberapa banyak mengkhatamkan bacaan seluruh isi Al-Qur'an. Melainkan juga memperbaiki bacaan-bacaannya. Dan pastinya, memahami isi kandungan ayatnya.
Dari yang semula tidak bisa membaca Al-Qur'an, kemudian belajar membacanya sehingga lancar. Bagi yang sudah lancar, belajar untuk memperbaiki bacaannya sesuai kaidah tajwid yang benar. Yang sudah fasih, satu demi satu memahami artinya, belajar untuk dapat menangkap pesan dari Al-Qur'an. Bagi yang sudah paham dengan kandungan Al-Qur'an harus bisa mengamalkan dalam setiap lini kehidupan. Dengan demikian, tadarus Al-Qur'an benar-benar bernilai pembacaan atas firman Allah SWT, sehingga pesan dan pelajaran darinya bisa dipahami, dimengerti untuk kemudian dijalani. Kemudian, bertadarus Al-Qur'an membawa dampak pada peningkatan kualitas diri.
<more>
Setelah Ramadhan usai, bagaimana? Ya tetap bertadarus Al-Qur'an. Sebab, Al-Qur'an adalah pedoman hidup bagi umat Baginda Nabi Muhammad SAW. Namanya pedoman, haruslah senantiasa menjadi pegangan. Jika sepanjang bulan Ramadhan dijalankan secara bersama-sama di Masjid-masjid dan Musholla, maka selepas Ramadhan, ibadah indah bersama Al-Qur'an harus dibawa ke rumah. Sehingga, rumah dan seisinya mendapatkan keberkahan dari bacaan Al-Qur'an itu sendiri.
Penting sekali membaca Al-Qur'an di dalam rumah masing-masing. Hal ini sesuai dengan perintah Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Di antaranya;
"Sinarilah rumah-rumah kalian dengan Sholat dan bacaan Al-Qur'an." (HR. Imam al-Baihaqi).
"Sinarilah rumah-rumah kalian semampu kalian karena rumah yang dibacakan padanya Al-Qur'an akan terasa luas bagi penghuninya, banyak kebaikannya, dan dihadiri malaikat serta ditinggalkan oleh setan." (HR. Ad-Dailami).
"Sesungguhnya rumah yang paling kecil adalah rumah yang di dalamnya tidak dibacakan Al-Qur'an." (HR. At-Thabrani, Al-Baihaqi, dan Al-Hakim).
"Sinarilah rumah kalian dengan dzikir kepada Allah, perbanyaklah bacaan Al-Qur'an di dalamnya, dan janganlah kalian jadikan ia sebagai kuburan sebagaimana yang dilakukan oleh orang Yahudi dan Nasrani." (HR. Imam At-Tabrani).
"Janganlah kalian jadikan rumah kalian seperti kuburan, sesungguhnya setan lari dari rumah yang dibacakan padanya surat Al-Baqoroh." (HR. Imam Muslim).
Membaca Al-Qur'an harus kembali ditradisikan di rumah-rumah. Disemarakkan lagi bersama anggota keluarga secara istiqomah. Sehingga, dari rumah-rumah akan terdengar suara lantunan ayat-ayat suci Al-Qur'an. Dan di dalam berkehidupan, Al-Qur'an benar-benar menjadi pedoman, menjadi panduan supaya hidup sejalan dengan apa yang diperintahkan Allah SWT.
Jangan sampai, Ramadhan usai, Masjid-masjid dan Musholla menjadi sepi dari tadarus Al-Qur'an, dan rumah-rumah kembali sunyi tanpa ada yang mengumandangkan Al-Qur'an di dalamnya. Semoga tidak terjadi.
Kemudian, bertadarus Al-Qur'an di bulan Ramadhan haruslah menjadi penyemangat untuk mengistiqomahkan kembali kepada setiap diri agar akrab dengan Al-Qur'an, supaya tidak ada hari-hari yang dilewati tanpa bertadarus Al-Qur'an. Dengan bacaan Al-Qur’an, hati menjadi damai, pikiran menjadi terang, akhlak semakin mulia, hidup senantiasa barokah, demikianlah Al-Qur’an jika benar-benar dijadikan pegangan dan pedoman.