Oleh : Abdul Adzim Irsad
Firman Allah SWT “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kamu bertakwa” (QS. Al Baqarah: (2:183).
Pengertian iman itu sederhana yaitu melaksanakan perintah dan menjauhi larangan”. Namun, menjadi pribadi yang bertaqa tidak sesederhana pengertian di atas. Ternyata menjadi orang yang benar-benar bertaqwa harus melalui proses yang amat rumit, berat. Puasa Ramadhan itu salah satu proses menjadi pribadi yang bertaqwa.
QS.Al Baqarah (2:183) dengan tegas Allah SWT mengatakan “wahai orang-orang yang beriman”, bahwasanya kewajiban puasa itu hanya diperuntukkan bagi orang yang percaya dan membenarkan adanya Allah SWT dengan hati, kemudian mengucapkan (berikrar) dengan lisan dan diamalkan dalam perbuatan. Tidak sah dan tidak akan diterima, puasa orang yang tidak ber-iman, juga tidak akan mungkin menjadi pribadi yang bertaqwa.
Nah, sekarang membincangkan hakekat tujuan berpuasa, dimana puasa itu bukan sekedar menahan diri dari makan, minum, serta menahan diri dari hawa nafsu. Lebih dari itu, hakekat puasa itu juga mengajarkan kepada orang ber-iman agar menahan diri dari rasan-rasan (gossip), ghibah, namimah, takabur, hasud, serta penyakit hati lainnya. Juga, tidak boleh menebarkan berita hoax, fitnah, ujaran kebencian, apalagi hingga misoh-misoh (berkata kasar dan kotor).
QS. Ali Imran (3:133-134) secara tegas dan lugas memberitakan ciri-ciri orang yang benar-benar bertaqwa kepada Allah SWT “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.
Ayat berikutnya menegaskan “orang-orang yang bertawa yaiatu (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya) baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan (QS Ali Imrah (3:134).
Dengan kata lain, puasa yang sah, benar sesuai dengan tuntunan Rosulullah SAW akan melahirkan orang yang bertaqwa. Orang yang bertaqa itu akan melahirkan kesalehan sosial (dermawan), kepada siapa-pun yang benar-benar membutuhkan. Dermawan bukan ketika menjadi orang kaya, tetapi dalam kondisi sempitpun tetap berusaha berbagi kepada sesama. Kondisi tidak punya-pun, tetap berusaha berbagi kepada sesama, sebagaimana Rosulullah SAW dan sahabat.
Orang yang bertaqwa itu pasti mampu menahan diri dari amarah. Lisannya selalu terjaga dari kata-kata kasar dan kotor, apalagi sampai menebarkan ujaran kebencian, berita hoax, dan fitnah. Dalam sebuah hadis, Rosulullah SAW berkata “cukup seseorang dikatakan dusta, jika ia menceritakan segala apa yang ia dengar.” (HR. Muslim).
Selanjutnya, orang yang bertaqa adalah orang-orang yang hatinya lembut dan pemaaf. Manusia yang hidup itu hanya memiliki dua kemungkinan, berbuat salah kepada orang lain, atau di salahi orang lain. Manusia itu tempat salah dan lupa, tetapi sebaik-baik orang yang bersalah adalah orang yang mengakui kesalahannya. Pribadi yang bertaqa itu begitu pemaaf, walaupun orang lain berkali-kali menyakitinya. Itulah pribadi Rosulullah SAW.
Malang, 24 Mei 2018.