ESQNews.id, JAKARTA - Belakangan ini berita tentang kasus pornogafi dan pornoaksi anak kembali marak. Mengapa anak-anak mudah terpapar konten negatif? Hasil penelitian Yayasan Kita dan Buah Hati menunjukkan bahwa hampir 75% anak pada awalnya karena ikut-ikutan temannya. Anak dengan rasa ingin tahu yang tinggi biasanya mudah terstimulasi untuk mengetahui hal-hal yang dianggap tabu di masyarakat.
dr. Donald L. Hilton, Jr.,M.D., F.A.C.S, pakar bedah saraf dari Texas, AS yang pernah datang ke Jakarta tahun 2009 lalu mengatakan ada beberapa perasaan yang dapat membuat anak kecanduan pornografi. Pernyebab tersebut biasa disingkat BLAST yaitu Bored (bosan), Lonely (kesepian), Angry/Afraid/Anxious (marah/takut/cemas), Stressed (tertekan), dan Tired (kelelahan). Saat anak mengalami kelima perasaan itu maka pelarian anak biasanya pada gadget, internet, games online. Dari sanalah hal-hal yang mengandung pornografi muncul.
Ida S. Widayanti penulis buku-buku parenting, yang sangat prihatin dengan maraknya pornografi pada anak, mengatakan bahwa peran orang tua sangat penting untuk memberikan pendampingan positif dalam kegiatan anak sehari-hari. Menyediakan berbagai mainan edukatif dan buku-buku berkualitas adalah salah satu hal yang bisa dilakukan orangtua. Yang tak kalah penting juga mendampingi anak saat bermain dan membaca buku.
“Saat ini diperlukan sosok orang tua yang dapat menjadi teman bagi anak, sehingga anak bisa curhat dan berdiskusi mencari jalan keluarnya,” paparnya di ruang Redaksi ESQNews.id.