ESQNews.id, JAKARTA - Mesin analisis media sosial Drone Emprit menunjukkan momentum debat kedua calon presiden 2019 diwarnai perang tagar antara buzzer kedua kubu.
Pendiri mesin analisa media sosial Drone Emprit dan Media Kernels Indonesia, Ismail Fahmi mengatakan share of voice Jokowi pada media sosial Twitter selama debat berlangsung yakni 55 persen dan Prabowo 45 persen.
Drone Emprit mencatat Prabowo disinggung oleh warganet sebanyak 187,2 ribu kali dengan 43,8 persen sentimen positif, 48,05 persen sentimen negatif, dan 15,2 persen bernada netral.
Sedangkan Jokowi disinggung oleh warganet sebanyak 188 ribu kali, dengan 31,87 persen sentimen negatif, 56,38 persen sentimen positif, dan 11,74 persen bernada netral.
Menurut Fahmi, warganet paling banyak membahas isu infrastruktur, diikuti pangan, energi, lalu lingkungan hidup. Jika dirinci lebih jauh, kubu Jokowi banyak mendapat impresi negatif pada isu lingkungan hidup akibat menyertakan data yang tidak akurat.
“Misalnya soal kebakaran hutan, Pak Jokowi bilang sudah tidak ada padahal masih ada meski jauh berkurang. Ini dijadikan bahan untuk kubu 02 menyerang Jokowi,” kata Fahmi ketika dihubungi, Senin (18/2/2019).
Sebaliknya, Prabowo banyak menerima sentimen negatif pada isu unicorn. “Isu unicorn banyak dipakai oleh kubu 01 untuk menunjukkan bahwa Prabowo tidak paham,” ujar dia.
Kedua kubu buzzer, kata dia, juga memanfaatkan informasi hasil pengecekan fakta yang disuguhkan oleh sejumlah media. Menurut Fahmi, kehadiran cek fakta memberi iklim positif terhadap kesahihan informasi yang dikonsumsi warganet melalui media sosial. “Tanpa cek fakta, yang ada hanya penggiringan opini oleh kedua buzzer,” ucap dia.
Ramainya Cuitan di Twitter
Twitter Indonesia melalui siaran pers mengungkapkan bahwa debat pilpres menghasilkan 1,5 juta cuitan.
Puncak percakapan terjadi sekitar pukul 22.00 hingga 23.00 WIB dengan hampir 290 ribu cuitan per menit.
Sepuluh tagar yang mendominasi yakni;
#DebatPilpres2019,
#DebatPintarJokowi,
#PrabowoMenangDebat,
#DebatSebel,
#CurhatPilpres2019,
#DebatKeduaPilpres2019,
#Debat02PrabowoMenang,
#NewEraPrabowoSandi,
#JokowiOrangnyaBaik, dan
#DebatCapres.
Namun perang tagar di media sosial, khususnya Twitter, tidak serta merta menjadi tolak ukur persaingan Pilpres secara menyeluruh. Hasil survei Indikator menunjukkan bahwa hanya 11 persen pengguna internet di Indonesia yang mengakses Twitter.
“Twitter yang dianggap sebagai padang kurusetra dua kubu capres itu hanya diakses segelintir pemilih Indonesia. Perang hashtag itu entah buat apa,” cuit pengamat politik dari Indikator, Burhan Muhtadi.