Jumat, H / 29 Maret 2024

PBB Galang Dana 202 Juta Dolar untuk Libya

Kamis 07 Feb 2019 10:29 WIB

Source :Anadolu Agancy

Lambang Perserikatan Bangsa Bangsa

Foto: United Nations

ESQNews.id, ANKARA - Libya membutuhkan paling sedikit USD202 juta untuk bantuan kemanusiaan masyarakat di sana yang sedang berjuang, menurut PBB. Dalam sebuah pernyataan, Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) mengatakan bahwa sekitar 823.000 warga Libya - termasuk sekitar 248.000 anak-anak - tetap membutuhkan bantuan kemanusiaan.


Selasa malam, PBB, bersama dengan mitra bantuannya dan pemerintah Libya yang berbasis di Tripoli, mengumumkan peluncuran rencana respons kemanusiaan yang bertujuan mendapatkan $202 juta bantuan untuk warga negara yang paling rentan di negara itu.


Menurut pejabat PBB, dana tersebut akan digunakan untuk makanan, perawatan kesehatan, tindakan perlindungan, layanan air dan sanitasi, tempat tinggal, barang-barang rumah tangga dasar dan pendidikan darurat.


Libya tetap diliputi oleh gejolak dan kemiskinan sejak pemimpin lama Muammar Gaddafi digulingkan dan terbunuh dalam pemberontakan berdarah yang didukung NATO pada tahun 2011. Sejak itu, ribuan keluarga Libya telah mengungsi karena konflik yang berkelanjutan antara berbagai kelompok milisi.


Namun meskipun terjadi kekerasan, Libya sekarang memproduksi lebih dari satu juta barel minyak per hari, menurut Koordinator Kemanusiaan PBB untuk Libya Maria Ribeiro.


"Ini belum diterjemahkan menjadi manfaat nyata bagi rakyat, banyak warga Libya semakin miskin setiap tahun," kata Ribeiro dalam sebuah pernyataan.


Dia menambahkan Layanan kesehatan dan pendidikan dasar berada dalam keadaan buruk. Warga yang frustrasi tidak dapat memahami mengapa produksi minyak dan peningkatan pendapatan pemerintah tidak mengarah pada standar kehidupan yang lebih baik.


Ribeiro melanjutkan dengan menegaskan bahwa orang-orang Libya di daerah-daerah berpenduduk padat, terutama di wilayah barat dan timur negara itu, mengalami keadaan yang sangat sulit.


"Mereka dengan kebutuhan paling kritis adalah di wilayah pesisir Sirt dan di bagian selatan negara itu, di mana akses [kemanusiaan] sangat sulit karena kekerasan dan ketidakstabilan yang berkelanjutan," kata Ribeiro.

Dapatkan Update Berita

BERITA LAINNYA