ESQNews.id, JAKARTA – Awal Maret di tahun 2020 ini banyak sekali berita populer di ESQNews.id terkait ESQ maupun Ary Ginanjar. Isi yang terkandung di dalamnya berupa permasalahan yang sedang booming tingkat Nasional maupun Internasional.
Wabah corona menimbulkan berbagai respons dan reaksi. Ada yang panik, tapi ada juga yang tenang dan tetap cool. Agar kita menjadikan momentum ini, bukan momentum yang membuat kita menjadi lebih buruk. Tapi justru harus lebih baik.
"Karena saya percaya semuanya tidak ada yang kebetulan. Daun terbang semuanya tidak mungkin tanpa seizinNya. Semuanya takdir dari kebaikan-kebaikan," ucap Ary Ginanjar.
Selengkapnya di sini: Tiga Kunci ESQ Menyikapi Wabah Corona ala Ary Ginanjar
Bottom line bisnis memiliki tiga acuan: financial, masyarakat, dan lingkungan. Dari filosofi ini muncul pemeringkatan seperti Indeks Tanggungjawab Sosial atau Corporate Social Responsibility (CSR).
Menjelang akhir abad ke-20, dunia bisnis mengenal konteks berbasis Spiritual. Bisnis dijalankan untuk meraih kepuasan spiritual dan sebagai pelayanan yang tak mementingkan diri sendiri.
Operasi bisnis digerakkan oleh suatu dorongan atau motivasi transendental yang mengacu pada Sumber Penciptaan.
Selengkapnya di sini: Inner Journey di Training ESQ
Si bungsu kesulitan mengatasi persoalannya. Satu sisi harus bergegas ke sawah. Bercocok tanam dan membasmi hama. Sisi lain siapa yang mesti merawat ibu. Khususnya menyuapi makan, menggendong, dan membuang kotoran. Sehingga Ia meminta si sulung memelihara ibu yang berusia lanjut.
Karena si sulung masih menjahit sarung bantal, terpaksa memerintah menantu. Si menantu mentaati perintah ibu mertua. Sebagai rasa syukur. Yang telah mengandung istrinya dalam keadaan lemah bertambah lemah.
Melahirkan dengan susah payah. Juga menyapihnya selama dua tahun. Bahkan hingga 30 bulan. Apalagi itu adalah perintah yang baik. Bukan memaksa untuk mempersekutukan, penipuan dan kejahatan.
Selengkapnya di sini: Berbakti Pada Ibu yang Masih Ada dan Ayah yang Telah Tiada