Jumat, H / 29 Maret 2024

Mengurai Makna Komunikasi dalam Kehidupan Keluarga

Minggu 20 Aug 2023 13:59 WIB

Ainul Faiz

ilustrasi

Foto: google image


Oleh: Ainul Faiz


ESQNews.id - Komunikasi yang interaktif dan dialektik dalam kehidupan keluarga mempunyai peran yang sangat penting, karena banyak persoalan rumah tangga muncul disebabkan karena tidak terbangunnya hubungan komunikasi yang sehat dan harmonis diantara mereka. Banyak hal kecil yang didiamkan membesar, membeku, dan menggumpal karena kebuntuan dalam komunikasi.


Banyak keluarga yang mengesampingkan pentingnya komunikasi yang harmonis dalam kehidupannya. Dengan anggapan semuanya akan berjalan secara aman dan damai. Padahal, saling pengertian, keserasian, dan keharmonisan, serta kebahagiaan akan bisa tercapai dengan terbangunnya komunikasi yang baik didalamnya. Tanpanya, kesalahpahaman atau saling curiga bisa dihindari, semua akan menjadi jelas dan tak ada kebohongan yang ditutupi yang kemudian bisa mengancam kelanggengan dan keutuhan kehidupan rumah tangga mereka. Maka, membangun komunikasi yang harmonis setiap saat dalam rumah tangga perlu dikembangkan seiring pertumbuhan dan perkembangan hubungan keluarga. Karena pada hakikatnya, kehidupan rumah tangga adalah proses untuk saling belajar agar bisa berkualitas yang pada akhirnya akan berimplikasi pada proses pertumbuhan dan pendidikan anak-anaknya. 

Komunikasi yang harmonis dan interaktif itu apabila apa yang disampaikan bisa diterima dengan tepat oleh pasangan dan menimbulkan suasana yang menyenangkan dan membahagiakan. Bukan sebaliknya, membuat takut dan tegang sehingga suasana pun menjadi tidak kondusif. Karenanya, apa yang disampaikan bukan sekedar formalitas belaka, tanpa mempertimbangkan suasana  pasangan.


Untuk itu, kesediaan suami istri dalam menjaga komunikasi yang harmonis setiap saat pada waktu santai, akan mampu meningkatkan kualitas kehidupan rumah tangga mereka.


Komunikasi yang harmonis harus disampaikan secara baik, penuh tata krama kesopanan, dan memilih waktu serta tempat yang tepat untuk membicarakan segalanya. Kesalahan dalam penyampaian dikhawatirkan akan menimbulkan gejolak baru dalam suasana keharmonisan keluarga. 


Baca juga : Bangga Menjadi Ustadz?


Dengan terjalinnya komunikasi yang harmonis, suami istri akan bisa mengesampingkan ego masing-masing, karena yang dikedapankan adalah bagaimana tujuan bersama dalam mencapai kehidupan rumah tangga yang bahagia itu bisa tercapai. Dengan seperti ini, keduanya akan merasa berharga, bernilai, dan bermartabat serta kelebihan dan kekurangan yang ada pada diri keduanya bisa digunakan untuk saling mengisi dan menerima.


Komunikasi seperti ini membutuhkan kesiapan dan tekad yang bulat dari suami istri untuk terus meningkatkan kualitas belajarnya, karena kedewasaan berpikir dan keluasan ilmu pengetahuan yang mereka punya menjadi modal utama dalam membangun komunikasi yang baik dan saling menyenangkan.


Faktor pengetahuan dan wawasan keilmuan menjadi salah satu modal utama disamping budaya dan keterampilan berkomunikasi. Maka, kualitas komunikasi tersebut hanya bisa didapat dengan proses membaca dan belajar secara terus menerus (long life education), karena pertumbuhan kehidupan akan selalu menuntut perbaikan kualitas sumber daya manusia yang meliputi ilmu pengetahuan dan keterampilan (life skill), dalam hal ini keterampilan berbicara.


Dengan terbangunnya komunikasi yang harmonis, interaktif, dan dialektik antar keduanya akan menampilkan sikap tafãhum (saling memahami). Dengan pemahaman tersebut akan melahirkan sikap tashãbur (saling bersabar), sehingga pada akhirnya akan terbentuk sikap tasyãkur (saling menerima). 


Baca juga : Selalu Saya Kagum


Dengan tiga sikap tersebut diharapkan akan menjadi modal utama dalam membangun kehidupan rumah tangga yang penuh dengan keharmonisan dan kedamaian menuju kebahagiaan hakiki di Surga Allah swt bersama orang-orang yang mencintai dan dicintai.



Dan dengan komunikasi akan membuka dan memperjelas semuanya, tanpa ada lagi yang ditutupi atau dicurigai, semuanya harus disampaikan secara dewasa dan penuh pengertian. Dengan sikap seperti ini, kehidupan dalam keluarga akan dipenuhi rasa cinta dan kasih sayang serta saling menghargai satu sama lain. 



Maka, sejak sekarang, mari mulai belajar untuk membuka diri dalam menyatakan dan menyampaikan perasaan serta bertanya segala hal yang perlu dikomunikasi bersama demi tercapainya kehidupan rumah tangga yang bahagia, penuh cinta, dan kasih sayang sesuai dengan perintah agama demi cita dan cinta yang sejak awal menjadi komitmen bersama. 



*Ainul Faiz. Penulis adalah Santri di pondok pesantren Al-Maliki Lumajang.

Ingin tulisanmu dimuat di ESQNews.id? Kirim tulisan ke email [email protected]


Dapatkan Update Berita

BERITA LAINNYA