Kamis, H / 28 Maret 2024

Memilih Pikiran

Rabu 09 Aug 2023 07:24 WIB

Ida S. Widayanti

Menyalakan Cahaya

Foto: -


 Ida S. Widayanti*

 

ESQNews.id, JAKARTA - “You need to learn how to select your thoughts just the same way you select your clothes every day.” 
-Elizabeth GilbertEat, Pray, Love-

Seorang ibu sedang berbincang-bincang dengan sahabatnya di ruang tamu, saat ia menyadari rumah kontrakan sederhananya itu terbakar. Ia begitu kaget karena api dengan cepatnya berkobar, sedangkan anak-anaknya sedang menonton televisi di kamar. Yang ia lakukan adalah segera memasuki kamar yang sudah separuh terbakar dan menyelamatkan kedua anak kandungnya dan dua anak sahabatnya melalui jendela, dua diantaranya masih balita dan yang dua lagi baru berusia 7-8 tahun.

Begitu mereka semua keluar, seluruh kamar dan rumah petak  mereka menyala hebat. Tak ada barang yang bisa ia selamatkan, motor, komputer, telepon seluler, dan semua perabotan dan pakaian hangus. 

Namun ibu tersebut seolah tak terlihat sedih, kecewa, atau bingung. Ia sangat tenang bahkan wajahnya tampak bahagia.

Tetangga-tetangga dan teman-temannya bingung melihat ibu tersebut. Seorang tetangganya bertanya, “Bu, mengapa ibu tidak menangis, teriak, atau sedih padahal semua harta benda ibu habis tak ada satupun yang terselamatkan?”

Ibu itu berkata, “Bagaimana saya tidak bahagia dan bersyukur. Tadi api sudah sedemikian berkobar, namun Allah masih memberi kesempatan saya untuk menyelamatkan empat orang anak kecil yang sudah hampir terkurung api. Harta masih dapat dicari, namun nyawa dan jiwa anak-anak tak tergantikan. Apa jadinya jika anak saya atau anak sahabat saya meninggal atau cacat karena terbakar di tempat saya, mungkin seumur hidup saya akan terus dirundung kesedihan,” ujar ibu tersebut. Rasa syukur yang begitu besar atas keselamatan anak-anaknya juga anak sahabatnya membuat masalah yang dihadapinya terasa tidak berarti. 

Keikhlasan dan keceriaan si ibu dalam menghadapi musibah kebakaran yang dialaminya membuat para tetangganya terharu sekaligus kagum. Banyak di antara mereka tanpa diminta menyumbang pada keluarga tersebut dari mulai pakaian, perabotan, maupun uang. Meski ibu itu sudah merasa cukup dengan pemberian yang ia terima, namun tetangga lain merasa ingin turut berperan serta. Salah seorang tetangganya yang memiliki rumah kontrakan, memberikan salah satu rumah kontrakannya untuk dipakai secara cuma-cuma, sampai mereka bisa mengontrak sendiri rumah. Ada juga yang memberikan uang muka motor untuk mengganti yang terbakar.

“Mungkin karena rasa syukur kami lebih besar dalam menghadapi mushibah kebakaran ini, kami mendapatkan segala sesuatu yang jauh lebih baik dari yang kami miliki sebelumnya. Rumah yang lebih layak, motor baru, pakaian dan perabotan yang baru. Padahal semuanya tanpa kami minta,” ujar ibu tersebut .

Kisah nyata di atas memberi banyak pembelajaran. Salah satunya adalah tentang kemampuan memilih pikiran. Ada banyak pikiran yang bisa ibu tersebut pilih: meratapi barangnya yang hangus tak bersisa, merasa Allah tidak adil terhadap dirinya, merasa ‘madesu’ alias masa depannya suram karena ia merasa semuanya harus mulai dari nol lagi. Namun ia lebih memilih bahwa ia sungguh bahagia dengan apa yang terjadi karena Allah menyelamatkan nyawa semua yang sedang berada di rumah tersebut.

Setiap hari begitu banyak yang kita pikirkan. Para ilmuwan mengatakan, jumlah pikiran dalam otak kita setiap hari adalah 60.000. Berbagai lintasan pikiran berkelebat positif maupun negatif di otak pusat berpikir kita. Jika tidak pandai memilih pikiran maka kita bisa terjebak dalam situasi perasaan negatif seperti sedih, kesal, marah, atau putus asa. 

Dialog dalam novel yang kemudian difilmkan Eat, Pray, LoveElizabeth Gilbert mengibaratkan memilih pikiran dengan memilih baju. Setiap pagi, setelah mandi kita pasti berdiri di depan lemari untuk memilih pakaian yang paling tepat, yang paling membuat perasaan kita nyaman sesuai dengan keadaan cuaca, kegiatan atau acara apa yang akan kita lakukan, dan yang sesuai keinginan kita baik dari warna, corak, juga motifnya.

Memilih baju lebih mudah karena jelas terlihat wujudnya, sedangkan memilih pikiran tentu kita rasakan lebih sulit. Terkadang kita seakan terjebak dalam sebuah pusaran pikiran dan perasaan lalu kita bingung mau keluar dari sana. Seolah kita tidak memiliki alternatif pilihan pikiran lain. Padahal sesungguhnya begitu banyak opsi pikiran positif yang bisa kita pilih, misalnya memilih pikiran merasa dicintai, badan sehat, sejahtera, bahagia, dapat memberi, masa depan cerah, rukun dan damai, memaafkan, dan sederet panjang pikiran positif lainnya.

Kepandaian memilih pikiran sangat penting menentukan hati dan lebih jauh lagi menentukan kualitas hidup seseorang, siapapun dia. Itu pula yang menentukan kesuksesan seseorang. Karena itu sangat penting untuk berlatih dan fokus pada pikiran positif. Pertanyaannya, apa pilihan pikiran Anda pagi ini?


*Pemimpin Redaksi ESQNews.id


Dapatkan Update Berita

BERITA LAINNYA