ESQNews.id, JAKARTA – Ada fakta yang menarik tentang otak. Ternyata otak
manusia terdiri dari ribuan sambungan, tempat berjalannya sel-sel listrik di
dalam otak. Ketika kita belum mempelajari suatu hal, maka di antara sambungan
itu ada celah. Celah yang memisahkan sambungan satu dengan yang lain. Sebuah
celah yang tampak kecil, namun akan jadi seperti jurang kalau kita bandingkan
dengan kehidupan di muka bumi. Ketika kita mempelajari suatu hal, maka sel listrik
dalam jaringan tersebut akan mencoba melompati celah tersebut.
Melompat menuju
jaringan di depannya butuh tenaga ekstra untuk melompat, apalagi lompatan
pertama kali. Begitu pula dengan anak, dia akan melalui proses lompatan ini.
Itulah mengapa ketika kita belajar suatu hal, kita akan merasa sulit pada
awalnya, dan tidak langsung bisa. Belajar mengemudi juga demikian. Akan butuh
waktu untuk mencapai terampil. Butuh waktu, tapi lama-lama akan semakin mudah
mempelajarinya. Mengapa? Karena, setelah lompatan pertama, sel tadi akan juga
membangun jalan perintis bagi sel listrik lain yang akan melompat juga ketika
kita kembali mempelajari hal yang sama.
Semakin kita
rajin mempelajari hal tersebut, maka jalan perintis tadi semakin lama semakin
baik, dan pada akhirnya menjadi kokoh. Celah tadi pun tertutup, dan terciptalah
suatu sambungan baru. Saat itu, kita telah berhasil menjadi terampil dalam hal
yang berulang kali kita pelajari dan kita lakukan. Mengapa? Karena, sel-sel
listrik di otak tak perlu lagi melompat menyebrangi celah. Jembatan telah kokoh
berdiri.
Itulah mengapa
orang yang awalnya tidak bisa, kemudian belajar dengan keras akhirnya mulai terbiasa
lama-lama malah menjadi terampil. Apabila ia terus belajar di bidang yang sama,
dia pun akan menjadi ahli di bidang tersebut. Karena, dia telah membangun
jembatan yang kokoh, hingga sel-sel listrik di otaknya bisa berjalan dengan
mudah.
Jika itu terjadi
pada diri kita, maka tentu juga akan terjadi pada anak-anak kita. Justru di
usia muda-lah, waktu yang paling tepat untuk melakukan berbagai lompatan di
celah-celah tersebut. Lantas, apa peran orangtua? Yang harus kita lakukan
adalah menyiptakan suasana yang mendukung mereka dalam membangun jembatan
mereka sendiri. Terlalu memanjakan anak akan membuat anak malas untuk membangun
jembatan mereka sendiri. Karena, semua sudah bisa mereka dapatkan tanpa perlu
mereka bersusah-payah melompati celah tersebut. Hingga akhirnya, saat orangtua
tidak ada, bisa jadi anak akan kesulitan menghadapi hidup.
Begitu pula,
mengapa kita harus tetap sabar dalam membantu anak belajar sesuatu. Karena,
saat itulah seharusnya kita bisa mendukung mereka. Jangan sampai ketidaksabaran
kita malah menyebabkan mereka semakin susah melakukan lompatan- lompataan
tersebut.
Lantas,
bagaimana cara tepat untuk mendukung proses tersebut? ESQ Parenting akan
memberikan pengetahuan mengenai metode-metode mendidik si buah hati. Tidak
sekadar mendidik secara intelektual semata, namun juga dari segi emosional
maupun spiritual, sehingga diharapkan dengan gabungan ketiga aspek tersebut
akan menghasilkan seorang anak yang memiliki pribadi handal.
Pernah diterbitkan di ESQ Magazine No. 02/V Januari 2009