Kamis, H / 28 Maret 2024

Memandang Kritik Sebagai Vitamin

Kamis 07 Sep 2023 11:33 WIB

Author :Singgih Wiryono

Kritik

Foto: ESQ Media/freepik


Singgih Wiryono*


"Orang yang paling aku sukai adalah dia yang menunjukkan kesalahanku" - Umar Ibn Khaththab.


Seringkali kita salah berprasangka tentang kritik. Kritik seperti cibiran, atau nyinyiran karena tak mampu lalu menjelek-jelekkan orang yang melakukan suatu hal. Begitu pandangan banyak orang tentang kritik. Saya sering kali dikenal mengkritik pemerintah, atau kelompok terutama untuk masalah politik. Pemerintah adalah objek yang baik untuk dikritik, dan orang-orang yang berada di singgasana pemerintahan seharusnya tahan terhadap kritikan. Dan bisa menjadikan kritik sebagai vitamin.


Itu juga yang diungkapkan oleh Ketua DPR-RI saat ini, Bambang Soesatyo. Bagi dia, setiap kritik yang keluar dari masyarakat adalah hal yang wajar. Justru kritik menjadi tanda masyarakat peduli terhadap pilihan yang dia jatuhkan kepada setiap pemilu, baik di Legislatif maupun Eksekutif.


Kritik datang sebagai pagar untuk meluruskan langkah-langkah mulai melipir ke jurang. Jika diibaratkan negara adalah sebuah mobil yang melaju di jalan yang bertepi jurang, sedangkan pemerintahan adalah pengendara, maka penumpang adalah rakyatnya. Bisa saja pengendara dan kernet sedang mengantuk, andai penumpang tak peduli, bisa jadi kendaraan yang mereka tumpangi masuk ke jurang.


Akan tetapi kritik memiliki batasan sendiri. Saya pernah ditanya tentang tulisan-tulisan yang mengkritisi pemerintah seperti bernada mendukung pasangan calon dari lawan petahana di Pilpres 2019 mendatang. Saya kemudian katakan, mengkritik harus memiliki keterkaitan. Ketika saya sebagai penumpang dan sopirnya adalah pemerintah, maka yang saya kritik adalah sopir di kendaraan saya. Tidak ada kaitannya kita mencibir sopir pengganti yang tak tahu masih di mana. Itu namanya mencibir.


Tidak melulu tentang politik.

Lantas bisakah kritik diberikan dalam bidang selain politik? Kritik adalah suatu upaya untuk menemukan kesalahan agar kesalahan bisa diperbaiki atau tidak terulang kembali. Mobil Anda tiba-tiba dikritisi oleh seorang kawan yang ikut menumpang di belakang. Dia bilang, "Bung, mobilmu bunyinya agak kasar. Kletok-kletok seperti rombengan saja." atau dengan gaya bahasa yang lain misalnya. Akan tetapi respon terhadap kritik ini yang harusnya memberikan kita evaluasi.


Apakah sikap kita akan mengarah kepada negatif? Ketika kita memberikan ruang negatif, maka kata-kata dari kawan Anda itu terdengar seperti hinaan, celaan, bahkan merendahkan. Akan tetapi, ketika kita bisa mengarahkan hal tersebut sebagai sebuah kepedulian akan keselamatan berkendara kita, kita akan menyikapinya dengan kata "Terimakasih, saya akan periksa, semoga bisa lebih baik."


Hal ini bisa diterapkan juga di lingkungan kerja kita. Walaupun banyak atasan yang berstatus anti kritik, akan tetapi sikap kritis terhadap kebijakan bisa memberikan banyak dampak positif terhadap perusahaan Anda. Semisal tim Anda dalam keadaan tidak sejalan dengan job desk yang sudah ditentukan sehingga pergerakan kegiatan perusahaan tidak berjalan lancar, Anda bisa memberikan kritik di mana tempat kesalaha.


Kritik adalah vitamin, yang mengurangi peluang kerusakan terhadap cara kita bersikap. Memberikan perbaikan, mengurangi kesalahan dan memantik ide-ide agar apa yang kita lakukan bisa menjadi lebih baik. Akan tetapi, ada baiknya kritik-kritik tersebut bisa kita antarkan dengan nada yang lebih sopan, tone yang lebih positif dan tidak memberikan peluang interpretasi ke arah negatif.


Cara mengkritik yang sopan dan bernada positif kita bahas minggu depan.


*Chief Editorial & Reportase ESQ Media

Facebook

Instagram


Dapatkan Update Berita

BERITA LAINNYA