ESQNews.id, JAKARTA – ACT Consulting telah menyelenggarakan
program Corporate Culture Specialist (CCS) secara online pada Rabu-Jumat
(10-12/11/2021). Program yang digelar selama 3 hari berturut-turut itu dipandu
langsung oleh Coach Rinaldi Agusyana (trainer lisensi Dr. (H.C) Ary Ginanjar
Agustian), Yuli Purwanti (Leadership and Culture Specialist ACT Consulting) serta
Denny Kurniawan (asisten trainer).
Ada sekitar 50 orang yang mengikuti program tersebut. Mereka berasal dari lembaga atau instansi yang berbeda di antaranya Bank Syariah Indonesia (BSI), BPPSDMP Kementan, PT Pegadaian, Kemendag, Waskita Karya, LRT Jakarta, BPSDM Hukumham, Pusdiklatdag Kemendag, SDM BPK, BKN, Bakamla RI, Kementerian PUPR, KPU RI, Lemhannas RI, LKPP, BEI, ATRBPN, IDX, dan lainnya.
Corporate Culture Specialist (CCS) merupakan program
training untuk Tim Pengelola Budaya di perusahaan/organisasi. Training yang
berlangsung selama 3 (tiga) hari ini akan membantu memberikan framework, skill,
dan benchmark pada tim budaya yang dibentuk. Tujuannya tentu agar tim budaya
mampu membangun atau memperbaiki budaya perusahaan/organisasi secara tepat,
efektif, dan efisien.
Program ini berlangsung selama 2 hari
pelatihan dan 1 hari uji
kompetensi. Peserta akan
memperoleh sertifikat resmi (Certified Culture Specialist) dari BNSP, jika telah menerapkan ilmu
dan praktik yang terangkum dalam portofoli.
Untuk itu,
Rinaldi memaparkan beberapa materi yang berhubungan dengan Program Corporate
Culture. Salah satunya tentang 4 tantangan yang sedang dihadapi umat manusia
khususnya di organisasi atau lembaga.
Tantangan tersebut di antaranya VUCA Era (zaman yang serba Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity), ketahanan mental (mental agility), banyaknya millenials di tempat kerja, serta zamannya Industry 4.0 (sebentar lagi menuju industry 5.0).
“Untuk menjawab
tantangan tersebut, setiap perusahaan atau lembaga harus memiliki sebuah skema
yang disebut total transformational leadership model,” kata Rinaldi dari Studio lantai 23
Menara 165.
“Jadi
kesimpulannya, dari skema total transformational leadership model tersebut setiap organisasi pasti sudah punya misi, visi, serta goals. Ketiganya diturunkan kepada struktur, sistem dan strategi perusahaan. Namun
pada akhirnya semua ini bukan
hanya mesin yang melakukan tapi dari SDM nya juga, yang mana effortnya bisa menentukan
saat eksekusi atau performa,” sambungnya.
Selain memperhatikan
skema tersebut, Arie de Geus sudah me-riset bahwa perusahaan yang bisa bertahan
lama hingga ratusan tahun kuncinya ada 2 yakni menjaga core values dan core
purpose. Itulah rahasia perusahaan besar yang tetap eksis meskipun di era
disrupsi atau serba berubah ini.
“Transformasi atau perubahan apapun yang terjadi apabila organisasi serta orang di dalamnya bisa beradaptasi dengan baik insyaAllah dia bisa berubah atau menyesuaikan lebih baik lagi,” kata Fathur dari Bank Syariah Indonesia Regional Banjarmasin.
Tak hanya pria
berkacamata itu yang menanggapi, Siti Munifah dari Kementerian Pertanian juga
mengatakan, “Di mulai dari hal yang sederhana. Intinya adalah setiap invidu
yang ada di dalam organisasi tersebut harus mengetahui potensi masing-masing
karena dari potensi tersebut, organisasi bisa menempatkan individu sesuai
dengan kemampuannya.”
Menurut ACT Consulting, budaya organisasi yang tepat tentu akan mempengaruhi kinerja tim menjadi lebih produktif, solid, dan akhirnya berdampak pada pencapaian target meningkat.
Sebab, budaya organisasi yang tepat dapat menciptakan rasa memiliki dan keterikatan secara emosional para karyawan terhadap organisasi/perusahaan. Alhasil, mereka akan selalu berupaya untuk mengembangkan bisnis menjadi lebih maju.