Rabu, H / 04 Desember 2024

Jendela

Senin 07 Aug 2023 08:24 WIB

ida S. Widayanti

Jendela di Pedesaan

Foto: Wini


Jendela

Oleh: Ida S. Widayanti* 


Belakangan ini saya sangat senang mengamati jendela. Sebenarnya sudah sejak dulu saya suka jendela. Saya masih ingat ketika kecil kerap menderita sakit, jendela adalah bagian dari obat yang membantu proses pemulihan. Karenanya saya senang  tempat tidur yang memudahkan untuk melihat ke luar lewat lubang segiempat tersebut.


Bukan hanya tempat tidur yang memiliki akses terhadap jendela. Saat SMP, ketika mulai senang menyendiri dan membutuhkan jam belajar, saya menempatkan meja belajar juga dekat jendela. Di saat lelah menatap buku, saya manjakan mata dengan menerawang ke luar. Walaupun bukan taman yang dipenuhi bunga aneka warna dan tertata apik, halaman luar dengan permainan angin yang menggoyang pucuk pepohonan, menerbangkan helaian daun dan kelopak bunga, serta mengubah formasi awan, terasa lebih menarik dibanding angka dan huruf statis.


Lewat jendela saya bisa mendapatkan bias cahaya pagi, cerahnya siang hari, dan temaram senja. Kadang di saat tertentu, malam hari pun kerap menyibak gorden jendela menatap kerlip bintang. Semuanya menimbulkan sensasi yang berbeda. Pikiran dan imajinasi serasa melayang jauh ke tempat-tempat tak terjamah.


Saat berkesempatan berkunjung ke luar negeri, mata saya selalu tergoda untuk mengintip dari jauh jendela-jendela yang umumnya memiliki disain yang unik dan artistik.  Di kebanyakan rumah, kerap saya lihat aneka gorden dengan lekukan dan renda-renda putih nan indah serta pot dengan kelopak bunga yang menyembul di balik jendela.


Kesukaan mendekat pada jendela pun muncul saat melakukan perjalanan terutama ke tempat-tempat jauh. Naik bis antar provinsi dengan perjalanan yang melelahkan, tetap membuat hati bahagia karena bisa menyaksikan pemandangan berbagai daerah, desa maupun kota.


Saya masih ingat pertama kali naik pesawat terbang, sampai berkali-kali menelepon saudara yang memesan tiket, untuk memastikan posisi kursi saya dekat jendela. Betapa menyenangkan saat badan pesawat terangkat dan hendak mendarat, lewat jendela menyaksikan permukaan bumi. Dari ketinggian saya melihat sungai meliuk bagaikan ular, lautan biru dengan buih dan pasir putih, juga hijaunya hutan tropis.


Arti jendela makin dalam saat usia saya makin bertambah. Saat saya mahasiswa dan secara tidak langsung mempelajari rumusan Joseph Luft dan Harrington Ingham  tentang Johari window, saya makin merasa menyadari pentingnya jendela dalam diri kita. Konsep Johari Window merupakan perwujudan bagaimana seseorang berhubungan dengan orang lain yang digambarkan sebagai sebuah jendela. Tanpa disadari, diri kita memiliki jendela kepribadian masing-masing dengan ukuran dan bukaan yang berbeda-beda.


Ketika digitalisasi menggilas zaman, sebagian besar umat manusia –termasuk saya- tersedot ke ‘jendela’ yang lain. Luar biasa, jendela ini dapat menghadirkan beragam pesona. Wilayah-wilayah publik maupun privasi hadir di depan mata dalam hitungan detik. Surga dan neraka seakan-akan berjarak begitu dekat. Inilah jendela yang sekarang lebih sering kita semua menatapnya. Sudahkah kita bijak mengaksesnya?


*Pemimpin Redaksi ESQNews.id & ESQMagz


Dapatkan Update Berita

BERITA LAINNYA