ESQNews.id, BAGHDAD - Presiden Irak Barham Salih menyatakan siap
mengundurkan diri di tengah peningkatan tekanan melalui rangkaian protes
yang berlangsung selama berbulan-bulan.
Pernyataan itu disampaikan Salih di hadapan parlemen pada Kamis (26/12/2019). Menurut sebuah sumber di parlemen Irak yang tidak bersedia disebutkan namanya, presiden akan mengundurkan diri jika ada tekanan lebih lanjut.
Pengumuman Salih disampaikan di tengah kebuntuan politik yang sedang berlangsung dan ketidakmampuannya menunjuk seorang perdana menteri. "Presiden mengatakan dia lebih memilih untuk mengundurkan diri daripada menunjuk seorang kandidat yang ditolak oleh para demonstran," tambah sumber itu.
<more>
Sekelompok aktivis pada Kamis menolak kandidat perdana menteri Asaad Al-Eidani dengan alasan bahwa sebagai Gubernur Basra, dia bertanggung jawab atas pembunuhan demonstran di provinsi itu. Sementara itu, Menteri Pendidikan Qusay al-Suhail pada Rabu menolak pencalonannya sebagai perdana menteri baru Irak.
Aksi Protes Memakan Ratusan Korban
Irak telah diguncang oleh aksi protes sejak awal Oktober, di mana pengunjuk rasa mengeluhkan kondisi hidup yang buruk dan maraknya praktik korupsi. Demonstrasi tersebut juga memaksa Perdana Menteri Adel Abdul-Mahdi untuk mengundurkan diri. Menurut Komisi Tinggi Hak Asasi Manusia Irak, setidaknya 496 orang tewas dan 17.000 lainnya terluka dalam rangkaian protes itu.