“Until one has loved an animal, a
part of one’s soul remains un-awakened.”
ESQNews.id, JAKARTA – Rasa sakit adalah salah satu indikator mengukur
moralitas di era sekarang. Jika manusia enggan dilukai, disakiti, dianiaya,
begitu pun dengan hewan. Sebab keduanya adalah makhluk hidup yang dapat
merasakan sakit.
15 Oktober diperingati sebagai Hak
Asasi Binatang, mulai populer sejak tahun 1965 hingga awal 1970-an.
Dipopulerkan oleh sosok orang-orang hebat seperti Richard Ryder, Brigid Brophy,
Ruth Harrison, dan Robert Garner.
Hari Hak Asasi Binatang lahir dari deklarasi universal kesejahteraan binatang. Deklarasi
tersebut didukung oleh 46 negara dan 330 kelompok pendukung binatang.
<more>
Menurut website Naturewatch Foundation, misi dari Hari Hak Asasi Binatang adalah untuk meningkatkan status hewan beserta dengan standar kesejahteraannya di seluruh dunia.
Hari tersebut akan menyatukan gerakan-gerakan yang dilakukan untuk kesejahteraan hewan dan menjalankannya sebagai satu kesatuan untuk membuat bumi menjadi tempat yang lebih baik bagi seluruh hewan.
Namun sampai hari ini, beberapa masyarakat masih menganggap binatang merupakan spesies kelas II. Artinya kenyamanan, kelayakan, dan perlakuan baik tak perlu diberikan kepada mereka.
Mungkin anggapan tersebut yang mendasari manusia untuk terus mengeksploitasi binatang.
Ada penelitian yang menunjukkan, bahwa perilaku buruk pada hewan alias zoosadism menggambarkan pribadi ber-IQ rendah, punya kecenderungan jadi pemerkosa atau pembunuh.