Kamis, H / 27 Maret 2025

Ini Darurat! Bullying Sudah Jadi Trend di Indonesia, Bagaimana Menanganinya Bagi Orang Tua?

Rabu 08 Nov 2023 22:58 WIB

Reporter :NM

Tangkapan Layar

Foto: dok. ESQ

ESQNews.id, JAKARTA - Fenomena bullying sudah tak asing lagi terdengar di telinga masyarakat Indonesia. Boleh jadi bintang yang saat ini bersinar pun pernah mengalami dibully pada masa lalunya, atau sekian banyak orang yang masih berjuang untuk keluar dari masa yang kelam saat ini.


Bullying pada anak adalah masalah serius yang dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak, yang mungkin mereka mengalami masalah emosional, psikologis, dan sosial yang berkepanjangan.


ESQ Hipnoterapi memberikan solusi melalui seminar melalui zoom dengan judul “Dampak Bullying Pada Anak” yang dibawakan oleh dua hipnoterapis profesional yaitu Coach Bram G. Wibisono dan Coach Ida S. Widayanti pada hari Kamis, 2 November 2023.


“Ini sedang darurat tentang bullying. Sehingga mari kita jadikan satu diskusi yang sama, banyak diantara kita seorang guru, adapula seorang coach, terapis, bahkan mungkin ada teman-teman yang biasa menghadapi kasus bullying dan punya pengalaman.” Buka Coach Bram dalam ruang diskusi seminar online yang dilaksanakan melalui zoom meeting.


<more>


Kasus bullying ini sering didapati dari anak-anak di sekolah, sehingga dampaknya sangat luar biasa sampai menurunkan kepercayaan diri, bahkan di media sosial menyebar yang terbaru bisa sampai kehilangan jiwa yang berharga dengan mengakhiri hidupnya karena kasus bullying.


Coach Ida mengupas, “Bahwa salah satu penyebab bullying boleh jadi berawal dari lingkungan terdekatnya, yaitu keluarga di dalam rumah.


Pernah ada anak yang mendengar orang tuanya ingin bunuh diri dengan mental yang tidak baik, sehingga ini memunculkan pada diri anak untuk tidak bersemangat, sehingga mudah anak untuk terbully dengan emosi yang tidak baik.”



Coach khusus parenting tersebut juga mengambil kisah dari Bukalapak Talk yang dibawakan oleh Marchella FP, mengenai apa yang kerap terjadi di lingkungan saat ini. Bahwasannya, banyak anak-anak yang mulai merasa terbully dari orang tuanya. Sikap, perkataan yang membuat orang tua tanpa sadar sedang membully anaknya.


“Sangat prihatin. Kalau bicara bullying ini tentu ada pelaku dan korban. Jika pelaku boleh jadi dia juga memiliki trauma reaction di tengah keluarganya.


Ada yang mulai menjadi pelaku bully karena muak selalu dibandingkan dengan temannya yang peringkatnya di atas dirinya, sehingga orang tua memberikan pressure untuk selalu lebih baik dari temannya. Dan dampaknya bisa kembali memberikan pressure ke lingkungannya, dengan membully contohnya.


Atau kalau sebagai korban biasanya dia menonjol di antara yang lain, boleh jadi paling pintar, paling pendiam, dan lainnya.” Sambung Coach Bram menanggapi kasus yang dibawa oleh Coach Ida.


Betapa menyeramkan kenyataan yang ada di lapangan saat ini, lingkungan belum bisa steril dari kasus bullying.


Coach Ida juga membawakan kasus anak dari keluarga berhasil malah yang membully adalah saudara-nya atau pamannya. Sehingga anak merasa memandang dirinya menjadi sosok yang tak berharga, sehingga menjadi limiting belief, dan anak ini akhirnya membully diri sendiri. 


Kasus bullying sudah terlihat banyak dan maraknya di Indonesia, namun itu baru yang terbuka dan melapor, karena kasus bully seringkali didapati untuk mengancam tidak speak up, sehingga membungkam korban dan menjadi takut.


“Ini juga kami berharap kepada pihak sekolah untuk tidak menutupi hal-hal seperti ini. Mungkin ada nama baik sekolah yang perlu dijaga dan lain sebagainya. Namun kasus bullying seperti ini harus bersama-sama melek dan transparan karena dampak dari bullying ini sangat luar biasa.


Karena ada kisah nyata sahabat kami, mengalami pivot atau perubahan jalur hidup yang berbeda karena kasus bullying zaman dulu. Dia selalu terbaik di kelasnya sejak SD sangat menonjol karena leadership-nya juga bagus. Hingga suatu hari dia dibully oleh temannya mengambil dompetnya, mencari kesana kemari tidak ketemu, hingga dia melapor kepada gurunya dan diadakan razia.


Ketika razia, teman yang ngumpetin dompetnya mengembalikan ke dalam tasnya. Sehingga saat dibuka, ada di dalam tas, semua menyalahkan dirinya.


At that moment, dia berbicara kepada diri sendiri untuk mengambil sikap diam dan tak bicara ke depannya. Sehingga sampai hari ini dia punya dampak kesulitan untuk bicara. Yang seharusnya dia bisa bersinar luar biasa, sekarang lebih memilih bungkam.” Cerita Coach Bram.



Coach Bram melanjutkan bahwa ada tiga ekspresi yang dihasilkan dari korban bullying, yang pertama adalah fight yang dimana dia masih bisa marah dan melawan, dari segi hipnoterapis kasus seperti ini menjadi lebih mudah dibersihkan emosi negatifnya.


Kemudian ada fly, yaitu dia merasa ketakutan dan nangis, bisa jadi sampai kabur, dan tidak mau menghadapi. Yang ketiga adalah freeze, boleh jadi dia tidak bisa melawan namun tidak bisa kabur juga.


Sehingga cara terbaik bagi dirinya adalah dengan memutuskan perasaan, mengosongkan dan menormalisasi emosinya. Jika sedih, dia merasa tidak begitu sedih. Jika senang dia tak merasa begitu senang. Emosinya menjadi flat, dan ini perlu usaha lebih dari segi hipnoterapis untuk menarik kembali emosinya.


“Dari buku yang saya baca, trauma ini turun menurun. Tidak akan berhenti sampai ada generasi yang menyadari dan merubahnya untuk menghentikan trauma tersebut.


Untuk menjadi seorang kita pada hari tentu hasil dari terbentuknya ibu ayah, kakek nenek, buyut. Sehingga apa yang dilalui oleh pendahulu sebelum kita rasa traumanya akan terus menurun.” Ujar Coach Ida dengan kalimat lanjutannya, 


“Saya melakukan refleksi kepada diri, bahwa kita juga akan berkontribusi pada pembentukkan generasi kita ke depannya. Sehingga peran kita sebagai orang tua bukan meneruskan trauma untuk menyebar kepada ribuan keturunan.”


Sehingga perlu, orang tua release terlebih dahulu emosi negatif yang ada dalam dirinya, kemudian anakpun juga bisa release dengan emosi negatif. Maka kasus bully ini pun bisa menurun atau dihilangkan dengan masing-masing orang aware dengan dirinya sendiri, apa yang terjadi dalam dirinya dan merubah lebih baik.



“Maka dari itu perlu mengenal kebahagiaan itu bentuknya dari internal, dari diri sendiri. Bukan orang lain, bukan siapapun dari luar diri, namun kebahagiaan milik kita masing-masing. Kita tak perlu berlarut ketika mengalami bully, kita dapat mengelola emosi dengan lebih baik lagi.” Tutup Coach Bram.


Coach Bram juga mengajak para peserta untuk bersama-sama bergerak mengentaskan kasus bullying khususnya pada anak. Dengan promo besar, ESQ Hipnoteraspi Sertifikasi dibuka pada tanggal 17-19 November 2023.



Dapatkan Update Berita

BERITA LAINNYA