Jumat, H / 29 Maret 2024

Hidupkan Lagi Pengalaman Berpetualang Seru

Senin 18 Sep 2023 09:00 WIB

Author :Desva Herzani

ilustrasi.

Foto: Ist


ESQNews.id - Menikmati rintikan hujan di sore hari, ketika langit kelabu dan asap teh mengepul-ngepul, ditemani serangkaian lagu indie asli karya anak negeri yang dengan sempurna menyusun gambaran-gambaran malam minggu khas anak muda metropolitan. “Terbiasa” merupakan diksi yang tepat untuk menggambarkan pola hidup sebagian besar generasi muda yang bermimpi tetapi tidak mau berdiri. Timeline di social media otomatis dipenuhi oleh keresahan-keresahan yang tabu dan standart hidup yang tidak realistis. Orang-orang tidak lagi berekspektasi menjadi generasi aktif yang produktif tetapi cenderung konsumtif dan ikut-ikutan. Konsumtif disini termasuk mengonsumsi berita hoax, cyber bullying, gosip, dan bahkan pertikaian yang mengatas namakan identitas.


Jelas sekali tumbuh berbagai macam rutinitas yang dapat menurunkan kualitas berpikir kritis dan kepekaan moral terhadap aspek kehidupan yang lebih luas. Masyarakat cenderung digiring opininya bukan menggiring opini, yang berarti bahwa masyarakat lebih tepat dilihat sebagai sekumpulan object yang responsive terhadap berbagai macam pergerakan, baik bidang politik, ekonomi, entertainment, agama, dan lainnya, dan penyebarannya melalui berbagai macam aplikasi online terutama social media.


Akses semakin lama semakin mudah dan perubahan semakin cepat, kita semua berlari dan beradaptasi agar tidak ketinggalan. Baik manusia maupun teknologinya saling kejar-kejaran dan saling menyesuaikan, sehingga seringkali membuat kita berpikir jutaan kali untuk duduk sejenak menikmati hari. Bayangkan jika ada 3,6 miliar penduduk bumi yang mengakses internet, 1 miliar orang aktif mengakses Instagram, lebih dari 2 miliar orang merupakan pengguna facebook, 335 juta orang aktif di twitter, dan berbagai macam sosial media lainnya, semua orang saling terhubung. Tidak hanya itu, setiap hari mereka membagikan berita, membagikan isu, membagikan posting baru, yang berarti traffic nya terus-menerus meningkat. Positive maupun negative, destruktif maupun konstruktif, tergantung bagaimana kita menilai dan menyaring informasi itu sendiri.


Sementara itu, critical thinking ini kita butuhkan agar kerap kali objective dalam melihat sesuatu dan tidak reaktif dalam menanggapinya. Selain membaca, critical thinking ini harus dibiasakan melalui diskusi dan pola komunikasi yang interaktif, terutama penting diterapkan kepada anak. Kebiasaan tersebut bisa berupa games, FGD, sharing dan berbagai macam cara yang menyenangkan dan mudah diserap, terutama dapat diterapkan kepada anak-anak yang memiliki daya fokus rendah. Pengajuan masalah, analisis sederhana, mencari jalan keluar merupakan metode yang akan memperkuat critical thinking dan bahkan kreativitas seseorang.


Permasalahan utamanya adalah kurangnya kesadaran akan pentingnya hal-hal tersebut sehingga masih dikategorikan sebagai kebutuhan tersier. Padahal pendidikan semacam ini akan menjadi pondasi kuat untuk membuat pilihan-pilihan yang lebih cermat. Maka dari itu, sebagai bentuk kepedulian terhadap critical thinking anak, EVEN+ Indonesia bersama dengan komunitas SPEAK akan mengadakan event “Wonderful Kids” pada 22 Desember 2018 di Kandank Jurang Doank, Tangerang Selatan, Banten.


Kegiatan ini tidak hanya melatih motorik anak dengan berbagai macam permainan outdoor tetapi juga mengajarkan anak untuk solutif, kreatif, dan berbagai macam nilai lain yang penting dalam masyarakat. Untuk informasi lebih lanjut dapat kunjungi www.wonderfulkids.online




Dapatkan Update Berita

BERITA TERKAIT

BERITA LAINNYA