EDUCATION
ESQNews.id, JAKARTA - Bulan Desember ini, terbit sebuah Jurnal Komunikasi dalam forum Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) yang berjudul "Diffusion of Innovation Process of the ESQ Public Speaking Model in the Communication Training Development."Jurnal yang telah diakreditasi oleh Kemdikbudristek tersebut ditulis oleh Yusran Efendi (Dosen Ilmu Komunikasi di UAG University) bersama Shinta Kristanti, Qilan Umara Ridwan, dan Yolanda Stellarosa yang mengangkat tentang ESQ Public Speaking Model. Salah satu program yang dibuat oleh ESQ Corp di bawah pimpinan Dr. (H.C) Ary Ginanjar Agustian ini, disebutkan berhasil membuat inovasi dalam program pelatihan komunikasi yang dilakukannya sejak tahun 2000. Sesuai dengan nama programnya, pelatihan yang dilaksanakan oleh ESQ ini, mengacu pada konsep yang dituangkan Ary Ginanjar pada bukunya, ESQ: The ESQ Way 165 Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosional dan Spiritual. ESQ atau Emotional Spiritual Quetient merupakan sebuah metode yang menggabungkan teori IQ (kecerdasan intelektual), EQ (kecerdasan emosional), dan SQ (kecerdasan spiritual). <more>Dalam buku ESQ, Ary menekankan bahwa memiliki IQ tinggi saja tidak cukup untuk meraih kesuksesan. EQ atau Emotional Quetient juga sangat diperlukan karena memberikan keterampilan dalam bersosialisasi dengan orang lain. Dan kecerdasan spiritual atau SQ itu penting untuk menjawab tentang makna dan tujuan hidup seseorang (grand why).Sementara angka 165 pada judul buku mengacu pada 1 nilai universal, 6 prinsip perkembangan mental, dan 5 langkah tindakan.Model ESQ Public Speaking yang dikembangkan oleh Ary Ginanjar berfokus pada tiga dimensi, yaitu: Messenger (Penyampai pesan), Methode (Metode/Cara), dan Message (Pesan).Sekilas tampak tidak ada perbedaan dengan penyelenggaraan pelatihan public speaking lainnya. Akan tetapi, dalam jurnal hasil karya dari Yusran Efendi memaparkan dimana letak inovasi yang dilakukan Ary Ginanjar. Ketika berbicara tentang pesan, tentu semua pelatihan akan menyampaikan bahwa pesan itu harus kuat dan tajam, dengan kalimat pembukaan serta penutupan yang mengesankan. Berikutnya adalah cara penyampaian pesan, yaitu dengan memaksimalkan suara, bahasa tubuh, serta dengan alat bantu dan metode lainnya.Hal itu agar bisa mengakomodasi tidak hanya dari segi visual dan auditori tetapi juga kinestetik audiens. Dengan begitu, apa yang disampaikan akan melekat lebih lama dalam memori. Letak perbedaannya ada pada si penyampai pesan. Dalam kutipannya, Ary Ginanjar pernah mengatakan, “Isi memang sangat penting, tetapi metode lebih penting, namun sesungguhnya, jiwa sang penyampai pesan jauh lebih penting.”Jadi, selain pendekatan visual, auditori, dan kinestetik, maka si penyampai pesan pun perlu mengembangkan modal yang ada dalam dirinya sendiri.Modal apakah yang dimaksud? Yaitu modal fisik, mental emosional, dan tentu saja modal spiritual. Dengan demikian, keyakinan diri untuk berbagi dan menyampaikan pesan kebaikan semakin besar, sehingga mampu mendorong keberanian serta mengkomunikasikan ide dengan jelas. Metode ESQ Public Speaking ini jelas merupakan sebuah inovasi karena tidak hanya fokus pada faktor eksternal, seperti pesan dan metode melainkan juga berhasil memadukannya dengan komponen internal, yaitu hukum kesadaran (mindfulness).Lalu, ESQ Public Speaking juga tidak sekadar berfokus pada audiens, tetapi juga bagaimana cara mengaktifkan pikiran dan jiwa si penyampai pesan. Seperti biduan yang memberikan ‘soul’ dalam setiap lirik yang dilantunkannya. Terbukti, berdasarkan survei, 90 persen peserta merasakan dampak positif secara emosional dan spiritual sejak awal pelatihan hingga berakhir. Inilah yang membuat ESQ Public Speaking unik dari yang lainnya.Aura yang sama juga dirasakan para peserta seminar internasional di Oxford University, Inggris pada Maret 2007. Dengan mengusung tema spiritualitas, Ary Ginanjar memberikan pemaparan tentang ESQ di hadapan audiens yang berasal dari berbagai negara juga agama. Usai pemaparan, pelukan datang silih berganti karena haru yang hinggap, membuat para audiens terkesima dengan paparan dari Ary Ginanjar. Buku yang seperempat abad lalu nyaris tidak terbit karena ditolak oleh beberapa penerbit ini, selalu mendapatkan tempat di masyarakat. Dengan berbekal pengalaman di bidang bisnis dan pendidikan selama lebih dari 25 tahun, Ary Ginanjar pun bertekad menerbitkan naskahnya sendiri.Ternyata keputusannya tepat. Bukunya laris manis. Menyusul dengan kesuksesan buku tersebut, dalam waktu singkat, jadwal Ary Ginanjar penuh karena harus berkunjung dari satu kota ke kota lainnya untuk memenuhi undangan diskusi buku. Undangan tersebut pun juga kemudian berkembang menjadi undangan melakukan pelatihan baik untuk individu maupun dari pihak perusahaan. Di situlah cikal bakal ESQ Corp terbangun dan kemudian hadirlah Menara 165 di Jakarta yang ikonik dengan lafadz ‘Allah’ di bagian puncak gedungnya. Berdiri sejak tahun 2000, ESQ Corp menjadi lembaga pelatihan dan konsultasi dengan fokus pengembangan manusia baik itu melalui pendidikan informal maupun formal. ESQ telah dilaksanakan di seluruh provinsi di Bumi Pertiwi dan memiliki lebih dari 2 juta alumni pelatihan yang tersebar juga di 41 negara di dunia. Program-programnya antara lain pengembangan sumber daya manusia di bidang pengembangan karakter, pengembangan budaya perusahaan, coaching, NLP dan hipnoterapi, manajemen talenta, pengembangan kepemimpinan, komunikasi dan berbicara di depan umum.Tidak hanya menyasar usia dewasa dan pekerja, program ESQ kini juga meraih usia-usia dini dan memiliki program-program saat liburan sekolah. Sumber Referensi: Diffusion of Innovation Process of the ESQ Public Speaking Model in the Communication Training Development, Yusran Efendi dkk, Jurnal Komunikasi Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia, 2024.