ESQNews.id, JAKARTA - Di Waskita Rajawali Tower, Jatinegara, Jakarta Timur menjadi saksi terselenggaranya Training Dekarbonisasi selama 3 hari penuh, dari tanggal 13 – 15 November 2024, pukul 08.00 – 16.00 WIB. Perhelatan ini diadakan atas sinergitas yang solid antara Rima Ginanjar, ESQ, dan PT. Waskita Karya (Persero) Tbk.
Dekarbonisasi adalah suatu proses pengurangan atau penghilangan karbon dioksida (CO2) dan emisi gas rumah kaca (GRK) lainnya dari atmosfer secara signifikan.
Rima Ginanjar Zero Carbon Solutions (PT. Biruni Bio Arsitektur) memberikan pelatihan Dekarbonisasi untuk 33 Orang [Bagian Building Management PT. Waskita Karya (Persero) Tbk].
Para peserta dipandu langsung oleh expertnya yakni Rima Ginanjar, B.A.Sc., M.Sc., Reza Hariyadi, S.Mn., M.Sc. dan Ricky Risnauli, B.E.E., M.B.A..
Dalam kesempatannya, Riftan Wisesa (Kepala Divisi Human Capital Management, PT. Waskita Karya Tbk) turut hadir dan memberikan sambutannya.
Ritfan Wisesa mengemukakan bahwa dengan diadakannya Training Dekarbonisasi ini dapat meningkatkan daya saing perusahaan melalui sumber daya manusia dengan diberikannya kompetensi dekarbonisasi.
"Harapan lainnya, kompetensi yang sudah didapat dari Training Dekarbonisasi dapat diimplementasikan dan memberikan edukasi kepada rekan tim lainnya," ujarnya.
Selain itu, beliau mengemukakan bahwa setiap pekerjaan dalam lingkup perusahaan pasti akan menghasilkan jejak karbon. Tetapi, jejak karbon tersebut dapat diminimalisir dengan memperhatikan aspek-aspek tertentu.
"Dari Training Dekarbonisasi, besar harapan dapat dijadikan wadah peningkatan kompetensi sumber daya manusia, dan nantinya dapat diimplementasikan dalam setiap bentuk kerja dalam perusahaan," harapnya.
<more>
Berbicara mengenai jejak karbon atau emisi karbon, semua negara di dunia mulai mengarah pandangan kepada penurunan emisi karbon guna mengurangi dampak negatif dari perubahan iklim sejak diselenggarakannya Paris Agreement pada tahun 2015.
Paris Agreement merupakan titik awal dimana negara-negara berkumpul untuk berkomitmen dalam menahan peningkatan suhu rata rata global jauh di bawah 2 derajat celcius dibandingkan dengan tingkat pra-industri. Selain itu, mengejar upaya membatasi kenaikan suhu hingga 1,5 derajat celcius dibandingkan tingkat pra-industri.
Mirisnya, Indonesia sendiri berada di urutan ke-10 negara yang menghasilkan emisi karbon terbesar di dunia.
Salah satu sektor yang menyumbang emisi karbon tertinggi di Indonesia adalah sektor industri dan sektor manufaktur dan konstruksi. Untuk sektor industri, berkontribusi terhadap 1/3 emisi karbon.
Hal ini dikarenakan sebagian besar energi yang digunakan oleh sektor industri, manufaktur, dan konstruksi masih menggunakan bahan bakar fosil.
Waskita Karya adalah perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi dan rekayasa (engineering). Perusahaan ini merupakan salah satu BUMN di Indonesia yang fokus pada pembangunan infrastruktur, termasuk proyek-proyek besar seperti jalan tol, jembatan, bendungan, gedung, dan fasilitas umum lainnya.
Waskita Karya juga terlibat dalam pengembangan proyek-proyek di sektor properti dan energi. Sebagai kontraktor utama, Waskita Karya memiliki pengalaman luas dalam pembangunan infrastruktur skala besar baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
Proses bisnisnya disatu sisi memang bisa disebut tidak ramah lingkungan, karena ada perusakan lingkungan dalam pengerjaan proyek. Tugas utamanya adalah membangun infrastruktur di Indonesia.
Sebagai bentuk upaya nyata dan keseriusan untuk menekan emisi karbon di Indonesia, Perusahaan PT Waskita Karya (Persero) Tbk, berupaya untuk melakukan dekarbonisasi dan implementasi Nilai Ekonomi Karbon (NEK) sebagai komitmen manajemen terhadap pemenuhan tingkat emisi Gas Rumah Kaca (GRK) per tahun.
Untuk itulah Waskita Karya, dalam menjalankan program dekarbonisasinya, perlu memastikan bahwa strategi pengurangan emisi sejalan dengan prinsip-prinsip keberlanjutan dan komitmen global terhadap perubahan iklim.
Dengan mengoptimalkan efisiensi energi, dan melakukan perhitungan emisi berdasarkan batasan operasional yang jelas, PT Waskita Karya dapat berkontribusi secara signifikan dalam mengurangi emisi CO2, sekaligus memenuhi tujuan nasional dan internasional untuk mengatasi perubahan iklim.
Upaya untuk memenuhi harapan, tujuan proses dekarbonisasi, PT Waskita Karya rangkul Rima Ginanjar melaksanakan sebuah pelatihan dekarbonisasi.
"Upaya dekarbonisasi ini harus dijalankan oleh semua stakeholder, tidak hanya Waskita sebagai perusahaan konstruksi," himbau Ahmad Reza Haryadi.
"Semua pihak harus berkolaborasi untuk berkontribusi agar upaya untuk mencapai Indonesia Net Zero Carbon di 2060 bisa berjalan beriringan dengan proses bisnis dari setiap sektor (agar tidak ada yang merasa dirugikan).
Setiap pergerakan kehidupan pasti menghasilkan emisi karbon, akan tetapi esensi mencapai target net zero Indonesia 2060 adalah dapat meminimalisir dampak dari perubahan iklim atau climate change," sambungnya.
Di sisi lain, Rima Khansa Nurani (Founder of Rima Ginanjar) menjelaskan, "Dari Tahun 1900an, sudah banyak scientist mengemukakan bahwa climate change pasti akan terjadi, jika kita tidak melakukan apapun untuk menurunkan emisi karbon global kita.
Di Copenhagen, industri manufaktur sudah menerapkan zero carbon process. Setiap pergerakan produksi, pabrik tersebut tidak menghasilkan emisi karbon, dan produk yang dihasilkan berupa produk yang ramah lingkungan (zero carbon steel).
Sebagai manusia harus terus berjuang, terus bergerak, dan dinamis dalam mengeluarkan effort-effort untuk upaya dekarbonisasi."
Sedangkan, Ricky Risnauli sampaikan, "Melalui Paris Agreement, negara di dunia memberikan batasan (limit) untuk kenaikan suhu bumi, sehingga nantinya dapat diupayakan langkahnya dalam menurunkan suhu bumi salah satunya dekarbonisasi."