Jumat, H / 19 April 2024

Ary Ginanjar: Kampus Merdeka belum Menjawab Kasus Reinhard Sinaga

Kamis 30 Jan 2020 10:06 WIB

Reporter :Endah Diva Qaniaputri

Ary Ginanjar paparkan pendapatnya terkait dengan pembentukan kampus merdeka

Foto: dok. ESQ

ESQNews.id, JAKARTA – Dibentuknya konsep kampus merdeka bertujuan untuk melahirkan lulusan yang bisa siap langsung terjun ke lapangan dan bisa langsung diserap dunia industri dan dunia usaha.


Pada umumnya dunia pendidikan hanya menjunjung tinggi kecerdasan intelektual atau IQ saja. Dengan maksud, orang yang berprestasi dan memiliki IQ tinggi bisa sukses dan bahagia dalam hidupnya.


Tapi bagaimana nasib seseorang jika tidak diimbangi dengan kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ)?


"Kampus Merdeka adalah terobosan yang luar biasa, tapi belum mampu menjawab kasus Reinhard Sinaga," ujar Ary Ginanjar Agustian, Grand Master Trainer ESQ.


Ary, menjelaskan bahwa ada tiga hal besar terobosan Menteri Pendidikan Nasional yang patut dihargai yaitu:


  1. Fleksibilitas Kurikulum. Ini sangat dinantikan oleh umum.

  2. Penyederhanaan Sistimatika Akreditasi. Ini sungguh menghemat tenaga dan energi.

  3. Link & Match dunia pendidikan dan dunia industri. Ini bisa menjawab tantangan masa kini.


<more>


Fenomena Reinhard Sinaga adalah cermin sistem  pendidikan yang hanya berfokus kepada Kecerdasan Intelektual semata. Akan tetapi sistem pendidikan yang minus Kecerdasan Emosional yang sesungguhnya bisa mengajarkan siswa tentang pentingnya kemampuan merasa. Juga minus Kecerdasan Spiritual yang mengajarkan tentang arti hidup dan makna.


Bukan hanya kasus Reinhard Sinaga, korban narkotika yang terus melanda, anak SMP bunuh diri, pergaulan bebas di kalangan remaja. (Maaf) Bahkan hingga fenomena Jiwasraya, fenomena Direktur Garuda Indonesia, semua adalah potret outcome dari sistem pendidikan yang hanya mengandalkan otak semata.


“Hal ini jangan pernah kita lupa agar tidak melahirkan kasus serupa dari masa ke masa,” tutupnya.


Dapatkan Update Berita

BERITA LAINNYA