ESQNews.id, JAKARTA - Sepertinya tak ada yang ganjil. Tampak wajar. Sang anak memiliki
kedudukan terhormat. Dia tetap berpenampilan macho. Kalaupun lebih rapi
dibanding kebanyakan laki-laki pada umumnya, toh itu memang karena tuntutan
profesi, demikian pikir si ibu.
Namun jauh di lubuk hati si anak, menyeruak sebuah kegelisahan.
Dia merasa ada yang tidak wajar dalam dirinya, yaitu menyukai sesama jenis. Dia
tahu agama dan norma masyarakat melarangnya, namun dia tak pernah bisa menyukai
wanita.
“Gambaran masa kecil saya tentang citra wanita begitu melekat. Saya melihat bagaimana para wanita itu berbicara, tertawa terbahak-bahak atau cekikikan, bahkan mengeluarkan kata-kata yang tak pantas atau terkadang bertengkar. Para wanita yang kerap saya temui di masa kecil adalah wanita yang tak menunjukkan citra yang baik dan layak dicintai dan dihormati.”
Anak lelaki yang kini telah menjadi tokoh terkenal itu tahu bahwa tak semua wanita sama dengan gambaran wanita di masa kecilnya dulu. Namun, citra itu sudah telanjur menancap di benaknya.
Banyak hal yang telah diupayakan lelaki itu untuk menghindari penyimpangannya. Dia kerap berkonsultasi dan melakukan berbagai terapi, namun selalu gagal.