Jumat, H / 19 April 2024

Amanah Kelebihan-Kekurangan [Part 2]

Rabu 04 Oct 2023 08:30 WIB

Author :M. Nurroziqi

ilustrasi.

Foto: istimewa


Oleh : M. Nurroziqi

ESQNews.id - Dan lebih jauh lagi, entah itu kelebihan atau kekurangan. Apa pun kondisinya dan bagaimana pun juga situasi yang musti dijalani di sepanjang kehidupan ini. Semestinya tidak menjadi soal. Bukan masalah yang penting-penting amat. Malahan, yang terpenting, semua tadi tidak menjadikan diri tergerak dan merasa terfasilitasi untuk berbuat maksiat. Itu saja. Jangan lantaran merasa dilebihkan, kemudian rajin bermaksiat. Atau sebaliknya, merasa diri berada dalam keadaan yang serba berkekurangan, lantas menjadi dalih untuk bisa seenak perutnya bermaksiat.


Mengendalikan nafsu, menahan sekuat diri supaya tidak terjerumus pada kemaksiatan. Di situlah sejatinya letak kekuatan. Dan dari situ jugalah terhampar lahan subur untuk bibit-bibit kebaikan. Sehingga, sebenarnya hidup adalah sekuat diri menahan untuk tidak bermaksiat. Dari itu, secara otomatis akan tumbuh kebaikan-kebaikan yang indah. Misalnya, atas satu kondisi tertentu, tiba-tiba diri emosi, ingin sekali marah, maka tahan. Tahan sekuat diri. Jangan pernah dilampiaskan.


Maka, jika itu terbiasakan maka secara otomatis tumbuh kesabaran. Jika dengan segala kelebihan yang dimiliki, kemudian dari dalam diri tumbuh dorongan untuk segera pamer, riya', inginnya bersikap sombong terhadap yang di level bawah, maka tahan. Urungkan niat seburuk apa pun atas semua yang sudah ternikmati. Maka, otomatis dari dalam diri akan tumbuh sifat rendah hati. Atau sebaliknya, di kala diri berada dalam kondisi menyedihkan dengan seabrek kekurangan, lantas muncul keinginan untuk berkeluh kesah, maka diam, tahan sekuat diri. Jika bisa, maka perlahan akan menumbuhkan sifat qana'ah. Begitu seterusnya.


Sehingga, sebenarnya, sepanjang kehidupan ini, menahan diri untuk tidak bermaksiat, itu sudah lebih dari cukup untuk bisa sampai pada kondisi diri yang baik. Selebihnya, berbuat baiklah sesuai dengan apa yang memang benar-benar sudah dibisai dan bukan berdasar apa yang memang disenangi. Sebab, seringkali apa yang disenangi itu terbalut nafsu. Dan kerapkali, apa yang disenangi itu belum termiliki apalagi dibisai. Sedang, menjalankan kebaikan sesuai apa yang memang dibisai dan dimampui adalah cara termudah menikmati hidup sepenuh rasa syukur.


Baca juga : Amanah Kelebihan-Kekurangan [Part 1]


Jadi, apa yang dibisai, itu yang dimaksimalkan untuk sebanyak mungkin berbuat kebaikan. Tentu, dengan tetap belajar demi mendapatkan kebiasaan-kebisaan baru yang jauh lebih baik lagi. Jangan sebaliknya, apa yang dibisai justru menjerumuskan kepada prilaku maksiat yang menjauhkan dari Allah Swt. Dan yang musti diyakini, bahwa segala rupa kelebihan atau kekurangan yang diterimakan Allah Swt di sepanjang kehidupan ini, adalah sebentuk amanah dari-Nya. Kesemuanya, pasti akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat kelak. Sehingga, semua harus diarahkan sebagai sarana menghamba kepada Allah Swt dan menetapi peran manusia sebagai khalifatullah di muka bumi. Dengan demikian, diri akan menuai kemuliaan dan kenikmatan abadi di akhirat kelak. Jangan sampai, semua terjalani sia-sia dan berbuah sesal mendalam di kemudian hari.


Semoga, atas setiap kelebihan dan kekurangan, bukan menjadi penghalang untuk menghamba kepada Allah Swt.

 

*M. Nurroziqi. Penulis buku-buku Motivasi Islam. Alumnus UIN Sunan Ampel Surabaya.

Ingin tulisanmu dimuat di ESQNews.id? kirimkan ke email kami di [email protected]


Dapatkan Update Berita

BERITA LAINNYA