Jumat, H / 29 Maret 2024

Tanggapan Ary Ginanjar Terkait Raja-Raja Baru

Senin 27 Jan 2020 10:29 WIB

Reporter :Endah Diva Qaniaputri

Ary Ginanjar Agustian sang Founder Menara 165

Foto: Instagram @ary.ginanjar

ESQNews.id, JAKARTA – Maraknya kerajaan-kerajaan baru yang ada di Indonesia membuat heboh warga Indonesia. Tentunya, menimbulkan pro maupun kontra, setuju dan tidak setuju.


Adanya Keraton Agung Sejagat di Purworejo, munculah kerajaan lainnya. Seperti kerajaan yang sedang booming seperti Kerajaan Warteg Bahagia (Depok), Sunda Empire (Bandung), dan untuk raja-raja baru lainnya.


Kasus Raja-Raja baru saat ini menggelitik para rakyat. Termasuk Ary Ginanjar Agustian yang mencari apa hikmah juga solusinya dari kaca mata ESQ yang bisa dipetik.


Di dalam diri manusia sesungguhnya ada tiga dorongan yang selalu bertarung, yaitu dorongan memenuhi kebutuhan fisik-materi, pemenuhan dorongan emosi‐pengakuan diri, dan dorongan pemenuhan spiritual.


<more>


Menurut Ary, apabila dorongan kemenangan fisik dan materi yang diutamakan maka akan menderita penyakit "Karun Syndrome". Apabila kesenangan emosi dan pengakuan yang diutamakan maka akan menderita penyakit "Firaun Syndrome”.


“Sebenarnya kita sering tidak sadar bahwa kita pun mulai terjangkit kedua syndrome itu. Sehingga kita kehilangan kewarasan seperti yang terjadi kepada Raja-Raja baru itu. Kita memang tidak seberani dan senekat itu untuk deklarasi diri sebagai Raja Baru, tapi perilaku kita yang juga yang ingin selalu diakui melalui pamer harta, gengsi dan pamer kekuasaan adalah pertanda kita pun terjangkit secara halus dan tidak sadar,” lanjutnya.


Jadi bagaimana? Vaksinnya adalah lakukan dua embargo diri:

  1. Embargo Diri atas Nafsu Karun.

  2. Embargo Diri atas Nafsu Firaun.


Dan biarkan hati yang fitrah (spiritualitas) yang selalu mengajak kepada kebaikan dan kebajikan menjadi Raja. Bukan dari orang lain, tapi Raja atas diri kita sendiri.


Dapatkan Update Berita

BERITA LAINNYA