Jumat, H / 29 Maret 2024

Surga Milik Siapa?

Rabu 20 Sep 2023 12:03 WIB

Author :M. Nurroziqi

ilustrasi.

Foto: google image


Oleh : M. Nurroziqi

ESQNews.id - Siapa pemilik surga? Bagi yang mengimani adanya, pastilah paham betul siapa pemilik sesungguhnya. Tetapi, tidak sedikit manusia yang merasa punya hak kepemilikan atasnya. Sehingga, tidak jarang yang dengan tegas berani mengklaim si ini masuk surga dan yang itu pasti neraka.


Ke surga? Atau justru ke neraka? Siapa yang sejatinya memiliki kewenangan atas itu semua? Tidak lain adalah Dia. Sang Pemiliknya. Allah Subhanahu Wa Ta'ala.


Dan sebagai manusia, yang kadar kemampuan apa pun saja tidak pernah memiliki, tetapi dititipi, kenapa justru berani sekali merasa berkuasa atas surga? Padahal, jika diminta menjelaskan surga itu apa? Bagaimana? Dimana? Pastilah tidak sedikit pun punya kesanggupan menjawab.


Surga, masih sesuatu yang gaib. Tetapi, wajib diimani keberadaannya. Dalam kegaiban yang penuh rahasia nan tanda tanya, seharusnya manusia tidak semena-mena mengklaim dan memastikan siapa-siapa yang akan di dalamnya. Lagian, setiap diri tidak memiliki pengetahuan sedikit pun akan akhir hidup yang sedang dijalani. Semua berproses, saling berlomba, menumpuk sebanyak mungkin kebaikan dalam keistikamahan sampai di titik akhir kehidupan. Manusia, tidak tahu nanti, tidak paham besok, tidak mengerti kelak apa yang terjadi. Semua serba rahasia. Yang pasti, haruslah berhati-hati. Agar diri tetap istiqamah di jalan-Nya yang dikehendaki.


Harus menjaga diri. Senantiasa berhati-hati. Sebab, hari-hari tidak ada yang tahu pasti. Hari ini boleh jadi baik atau tidak baik. Nanti dan besok? Apalagi di akhir hayat kelak, siapa yang mengerti?


Mungkin, terlampau sering kita mendengar kisah seorang pelacur yang masuk surga lantaran anjing yang sudah ditolongnya. Betapa tidak beruntungnya hidup melacur. Hina dina di mata semua manusia. Yang siapa pun pasti mencapnya sebagai penghuni neraka. Tetapi, bagaimana Allah SWT berbelas kasih atas ketulusannya. Seekor anjing yang terus mengitari sumur sebab kehausan dan butuh minuman, ditolongnya. Ditimbakannya air dari dalam sumur. Dengan ketulusan hati, sepenuh diri, binatang yang tidak jarang ditampik untuk tidak disukai itu, hilang dahaganya, kenyang perutnya. Begitulah, jika Allah SWT berkenan memasukkan surga bagi seseorang. Tidak peduli asal muasalnya. Tidak penting masa lalunya. Semua, mutlak kuasa-Nya. Jadi, siapa pemilik surga yang sesungguhnya?


Pernah juga, Abu Hurairah r.a. menyampaikan kisah yang disabdakan Rasulullah SAW. Pada zaman Bani Israil dahulu, hidup dua orang laki-laki yang berbeda karakternya. Yang satu suka berbuat dosa dan yang lainnya rajin beribadah. Setiap kali orang yang ahli ibadah ini melihat temannya berbuat dosa, ia menyarankan untuk berhenti dari perbuatan dosanya.


Suatu kali orang yang ahli ibadah berkata lagi, "Berhentilah dari berbuat dosa." Dia menjawab, "Jangan pedulikan aku, terserah Allah akan memperlakukan aku bagaimana. Memangnya engkau diutus Allah untuk mengawasi apa yang aku lakukan."


Laki-laki ahli ibadah itu menimpali, "Demi Allah, dosamu tidak akan diampuni oleh-Nya atau kamu tidak mungkin dimasukkan ke dalam surga Allah."

 

Kemudian, Allah SWT mencabut nyawa kedua orang itu dan mengumpulkan keduanya di hadapan-Nya. Allah SWT berfirman kepada lelaki ahli ibadah, "Apakah kamu lebih mengetahui daripada Aku? Ataukah kamu dapat merubah apa yang telah berada dalam kekuasaan tangan-Ku?"

Kemudian, kepada ahli maksiat Allah SWT berfirman, "Masuklah kamu ke dalam surga berkat rahmat-Ku." Sementara kepada ahli ibadah dikatakan, "Masukkan orang ini ke neraka." (H.R. Ahmad, Abu Dawud).


Jadi, siapa pemilik surga?

Hidup di dunia, semata anugerah dan perkenan-Nya. Demikian juga atas surga. Manusia tidak memiliki hak apa pun. Apalagi mengakui dan seenak perutnya sendiri mengklaim kepastian siapa yang akan hidup nikmat di dalamnya. Manusia, hanya penempuh jalan. Di dunia ini pun, sementara tinggal. Masing-masing, tidak ada yang tahu kelak akan bagaimana. Yang diperintahkan-Nya hanya beribadah dan menjadi peserta dalam perlombaan kebaikan. Bukan juri. Yang memberikan nilai atas setiap diri.


Manusia, adalah peserta lomba. Lomba menjadi pribadi yang baik dalam kancah kehidupan dunia. Dan Allah SWT, satu-satunya juri yang menilai. Surga atau neraka? Mutlak di tangan-Nya.


Semoga, kita dianugerahi-Nya SABAR TANPA BATAS di setiap detail takdir yang musti dihadapi dalam kancah kehidupan. Sehingga, kita senantiasa istikamah di JALAN KEBAHAGIAAN.

 

M. Nurroziqi. Penulis buku-buku motivasi Islam. Alumnus UIN Sunan Ampel Surabaya.

Ingin tulisanmu dimuat di ESQNews.id? kirimkan ke email kami di [email protected]


Dapatkan Update Berita

BERITA LAINNYA