Kamis, H / 28 Maret 2024

Seminar Mystery of Hajj Hidupkan Cita-cita Berhaji Umat

Minggu 03 Feb 2019 20:15 WIB

Reporter :Puput

Suasana Seminar Mystery of Hajj (2/2/2019)

Foto: dok. ESQ Tours


ESQNews.id, JAKARTA - "Mengerjakan Haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) siapa yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam (Ali Imran [3]:97).


Panggilan Allah SWT sudah ada dalam Surat Ali Imran ayat 97 yang sudah disebutkan di atas. "Sebenarnya sadar atau tidak sadar bahwa Nabi Ibrahim sudah mengajak kita dari 5000 tahun yang lalu saat Nabi Ibrahim mendirikan Ka'bah, apa yang susah? Padahal tinggal melangkah aja," ujar Ahmad Zaki selaku pengisi seminar Mystery of Hajj yang dilaksanakan di Mini Auditorium lantai 4 Menara 165 pada Sabtu (2/2) pukul 08.00-12.00 WIB.


Lalu, apa yang membuat kaum muslim enggan untuk menunaikan ibadah haji ini? Apa penghambat melengkapi Rukun Islam yang ke lima tersebut? 


Selanjutnya Zaki memaparkan bahwa 'MINDSET' kita sendiri yang masih banyak ilalang-ilalang yang harus dipangkas. "Karena apa yang kita lihat, dengar dan rasakan akan dicerna oleh pikiran kita lalu diaplikasikan dengan tindakan yang nantinya akan menjadi nasib" lanjut Zaki kepada para peserta yang berjumlah sekitar 40 orang. 


Menurut Zaki fenomena haji yang seringkali menjadi mindser di masyarakat: 

1. Mau tapi tidak mampu

2. Mampu tapi tidak mau

3. Mau dan mampu tapi tidak sehat dan tidak kuat

4. Mampu, mau, sehat tapi tidak paham maknanya

"Mindset kita termasuk yang mana?" tanya Zaki. 


Menurut survei yang dilakukan oleh ESQ Tour sebagai berikut:

"Saya ingin pergi haji namun tak punya biaya".

"Masih banyak dosa".

"Anak-anak saya masih kecil jadi harus lebih ekstra menjaganya".

"Belum ada panggilan".

Beberapa contoh pernyataan itu tak asing lagi. Itu-lah mindset yang menjadi faktor penghambat untuk pergi haji. 


Mampu menurut Zaky ada 3 yaitu mampu secara spiritual, mampu secara mental dan mampu secara finansial. Mayoritas kaum muslim mampu secara spiritual dan mental itu sudah termasuk 80% persiapan menuju Tanah Suci "Tinggal 20% mampu dalam finansial terkadang orang pikir susah untuk mengumpulkan biaya tersebut. Dan lagi-lagi itu perbuatan mindset kita," tambah Zaki. 

 

Untuk mengubah mindset kita semua Zaky memberikan arahan melalui materi modulnya yang berisi Hierarchy Needs Maslow dan Maslow Reversed. Perbedaan dari tema nya tersebut dilihat urutan proses kehidupan yang selama ini kita jalani. Urutan dari "Hierarchy Needs Maslow" terdiri dari:

1. Basic need seperti pangan, makan, sandang, papan dan lainnya (zam zam).

2. Safety need ingin memiliki rasa aman jadi nyewa satpam (sai).

3. Social need kehidupan bermasyarakat yang sangat membaur (tawaf).

4. Self esteem rasa ingin diakui (lontar jumrah). 

5. Self actualization keinginan manusia untuk bermanfaat dengan cara tangan diatas. Aku mau kemana? Aku mau ngapain di dunia ini? dan lain-lain (wukuf).

Sedangkan Maslow Reserved sebaliknya. Kesimpulannya yaitu ketika seseorang mencari kebahagiaan dengan cara menerimanya terlebih dahulu baru menerima. 


Jika urutan yang didapat dari Hierarchy Needs Maslow berarti kita semua mengikuti Abraham yang sifatnya serakah, angkuh dan lainnya itu bersifat kesuksesan yang konvensional yang linear atau lurus. Misalnya jika tujuan kita mendapatkan gaji tapi mengikuti linear maka hanya mendapatkan segitu saja berurutan. Namun jika kita mengikuti urutan Maslow Reserved berarti mengikuti ajaran Nabi Ibrahim yang kesuksesan nya eksponensial bagai quantum yang mendapatkan lompatan besar. 


Beberapa peserta memberikan kesan yang positif. Salah seorang perempuan asal Tasikmalaya bernama Ana menceritakan bagaimana perasaan setelah mengikuti seminar ini. "Sebenernya saya mau umrah dulu, tapi nunggu ada pasangan (mahram) saya dulu. Insya Allah tahun ini rencana akan nikah lalu umrah. Setelah umrah saya berniat untuk daftar haji dan mengumpulkan biayanya. Saya ikut acara ini karna di beritahu teman sharing saya dan alhamdulillah acara nya menggugah hati saya banget," Ujar Ana antusias. Selanjutnya Ana berencana untuk mengajak teman-temannya untuk mengikuti seminar Mystery of Hajj pada 16 Februari 2019.


Tien yang sudah berusia lanjut menyampaikan kesannya dengan semangat. "Sangat luar biasa dari sisi diri pribadi yang selama ini belum pernah saya rasakan. Tetapi setelah mengikuti seminar ini baru saya paham makna sesungguhnya berhaji. Saya yakin kalau semua masyarakat paham makna berhaji sesungguhnya. INSYA ALLAH bangsa ini akan damai dan taat akan peraturan ALLAH SWT. Istilah kita bekerja di kantor itu taat akan SOP (Standard Operating Procedure) kantor. Apalagi aturan ALLAH SWT yang ada di AL-QUR'AN selama ini kami hanya memenuhi Rukun ISLAM Yg ke 5 saja," ucapnya. Tien akan membantu menyebarkan informasi mengenai Seminar Mystery of Hajj ini ke seluruh sahabat, keluarga, tetangga yang terdekat untuk mengetahui makna haji yang sesungguhnya.


Dapatkan Update Berita

BERITA LAINNYA