Jumat, H / 29 Maret 2024

Ramadhan Bulan Belajar Segala hal

Rabu 13 Jun 2018 14:56 WIB

Ida S. Widayanti

Beragam hidangan

Foto: Annis D.Raksanagara

Oleh: Annis D. Raksanagara*

Bagi perempuan, selain belajar mengaji, kami juga belajar menghidupkan meja makan. 60x waktu makan yang perlu ditangani dengan penuh suka hati, hati-hati, bergizi, dan bervariasi.


Suka hati, karena apapun yang kami hidangkan,  benar-benar menjadi asupan tunggal. Sahur dan buka. Nyaris tak ada ngemil di antaranya.


Hati-hati, karena kami berhadapan dengan dua waktu rawan. Saat sahur, sajian harus enak dilihat mata yang masih setengah terbuka, mudah dimakan oleh yang masih terkantuk-kantuk. 

Saat buka, berpotensi nafsu makan tak terkendali di awal, dan kemudian kekenyangan. Makanan yang tersisa bisa tak tersentuh. 


Bergizi, tentu saja harus. Di keluarga kecil saya, total asupan justru berkurang. Buka tak banyak, sahur sedikit. Jadi, kelengkapan gizi perlu disiasati. Semua ada, walau karbohidrat tak selalu nasi, sayuran segar tak melulu tumisan/berkuah. 


Saya banyak memanfaatkan dedaunan dari halaman, dilengkapi buah-buahan lain. Saat ini sedang berlimpah jeruk pontianak/jember, pepaya, pisang, dan nanas di pasaran. Murah pula. Surga deh. 

Penyajiannya berganti-ganti. Cingcau+air jeruk, jus pepaya+air jeruk, jus selada+nanas, infused water mint+lemon, jus semangka+stroberi+jambu+tomat, jus kale+nanas, dll. 

Air jeruk memang jadi primadona. Paling sering muncul. Buka atau sahur. Bisa 4-5 butir per gelas. Kalau dimakan langsung kan paling masuk 1-2 butir saja per orang. 


Bervariasi. Nah, ini dia. Paling seru. Menyajikan aneka warna dan tampilan bergantian di meja makan. Sesekali perlu belanja, lain kali perlu belajar. 


Dua macam gorengan ini menu baru produksi dapur saya, hasil belajar pada Sari Meutia. Dan kemudian memunculkan ide mengolah pisang tersisa menjadi tampilan kekinian, nugget, dengan resep hasil berselancar di dunia maya.


Satu kali beberapa hari lalu, anak gadis saya melihat saya hampir tuntas menata makanan sahur sementara dia baru bangun, dan berkata, "Jadi...nanti aku harus nyiapin makanan tiap hari kayak gini juga?" Dengan nada dan ekspresi gimanaaa gitu. Haha...

"Iyalah...". Iya yang dalam, karena implisit berarti waktu bangun yang lebih pagi, dan waktu sore yang lebih ribet. Kemudian saya lanjutkan, "Tapi kan mama juga tidak setiap hari masak sendiri..." 


*Ibu Rumah Tangga


Dapatkan Update Berita

BERITA LAINNYA