TRAINING
ESQNews.id,
JAKARTA – Tekad kuat menebar manfaat kepada masyarakat luas menjadi strong why
yang mentenagai para peserta dalam mengikuti kelas ‘Certified Public
Speaking’ yang berlangsung dalam beberapa hari kedepan antara 13-15 September
2018 di Sevilla Room, Menara 165.
Dipandu oleh Trainer ESQ Leadership
Center Rendy Yusran dan Asisten trainer oleh Jaya Bhakti Nurhana, para peserta terdiri dari berbagai latar belakang profesi, seperti; guru, trainer, pebisnis, edukator di rumah sakit, pegiat organisasi. Yang dipelajari dalam kelas ini adalah bagaimana berbicara di depan umum dengan baik dan berkesan dengan mengenal audiens dan teknik yang khusus dirancang dalam modul Certified Public Speaking ESQ. Para peserta mengikuti training dengan penuh
antusias dan mereka menanamkan niat yang mulia dengan apa yang dipelajari dalam
kelas public speaking bersertifikasi dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) ini.
Seperti
halnya yang disampaikan salah seorang peserta Alfon Elnath Octura ketika
ditanya apakah yang menjadi alasan kuatnya mengikuti kelas Certified Public
Speaking ini, “Jika ditanya kenapa saya ingin jadi public speaker karena ini
jadi lading ibadah saya. Jika saya ditanya lebih dalam lagi saya ingin bertemu
dengan Allah melalui jalan (public speaking) ini, karena saya bisa bermanfaat
bagi orang lain,” ujar pria berkacamata ini.
Adapula
wanita pebisnis multi level marketing yang memiliki 10.000 downline bernama
Wulan menuturkan strong why nya mengikuti kelas ini, “Saya bukan hanya ingin
berbisnis dan mendapatkan income besar tapi saya juga ingin menjadikan tim saya
dan juga para member saya lebih dekat pada Allah, karena Allah saya ingin
belajar disini mulai dari New Chapter kemarin jujur saya ketagihan. Wow, luar
biasa. Jadi teman-teman saya harus ikut ini bukan hanya public speaking biasa
tapi juga dilatih menjadi pembicara yang kita di remind kepada Allah yang
paling utama,” tuturnya diiringi senyum.
Salah satu
peserta bernama Ichramsyah Herman, menyampaikan “Tujuan saya menjadi public
speaker adalah kalau merujuk kedalam lagi, Tiga panggilan Allah, pertama haji
bila mampu, kedua saat adzan, yang ketiga kematian. Tabungan saya untuk menjadi
seorang public speaker adalah saya ingin membantu dalam kebaikan untuk orang
lain khususnya untuk keluarga saya. Karena saya ingin menjadi seorang imam yang
baik untuk istri dan anak-anak saya. Karena nanti ilmu yang keluar dari
kata-kata saya akan menjadi timbangan yang akan menutupi dosa yang mungkin
banyak. Mungkin di depan Allah saya nothing. Itulah dengan public speaking ini
semoga jadi bekal,” ucapnya mantap.
Selain itu
pula Syamsulbahri, seorang pembicara dan penulis buku yang bertalenta mengikuti
kelas ini dengan strong why yang penuh keyakinan, “Saya berangkat dari keluarga guru, ibu saya menginginkan saya menjadi seorang guru. Suatu hari saya berjanji pada ibu saya bahwa saya akan menjadi seorang guru, namun guru dengan cara saya sendiri. Strong why saya adalah berbagi
ilmu itu Tuhan yang nyuruh, bukan soal uang bukan soal karir bukan apa ya, walau tanpa sertifikasi
kita sehari-hari juga kita bisa berbagi, cuma (dengan sertifikasi public speaking) tingkatnya juga makin hebat,
jangkauannya makin luas, makin berbasis ilmu, bahkan kita juga makin mudah.
Sampai di satu titik pada saat itu penghasilan 16 juta rupiah saya tinggalkan, itu tahun
2004. Karena saya ingin bisa berbicara di depan umum dengan lebih luas. (saat itu) Hanya mengharap 2 tawaran ngomong perbulan saja. Kalau saya masih di HRD
saya ngomong dengan berapa orang saja sih? Karyawan 2-3, kalau saya ambil job
tunggu cuti. Kalaupun saya ngajar di kelas, sedangkan kalau saya berbicara dengan
cangkupan yang lebih luas, unlimit pak saya, beyond prediction, prediction
lepas. Sejak saat itu saya tinggalkan semua itu dan saya concern. Kalau dulu
saya membatasi saya terima job bicara. Kalau sekarang saya berangkat dari apa
yang seharusnya saya bagi. Singkat cerita ada tiga strong why nya. 1 soal
bahagia. Saya mengklasifikasikan sukses itu ada 3, berhasil meraih yang kita
inginkan. Itu sukses berbasis bahagia. Yang kedua berhasil meraih sesuatu, tapi
belum cukup. Ingin berbagi. Itu yang saya sebut dengan sukses berbasis
kemuliaan. Dan yang terakhir pak. Sukses berbasis penyadaran diri. Saya punya
strong why berawal dari orang tua saya, kemudian untuk orang lain dan untuk zat
yang Maha tidak terbatas. Dan yang bisa mewujudkan cuma diri kita. Makanya sumber
motivasi ada tiga, aku untuk tuhanku, aku wujudkan karena aku mampu
mewujudkannya. Dan ketiga aku mewujudkannya maka banyak orang yang akan dapat
manfaat positif,” ujarnya diiringi decak kagum dari yang mendengar.