Jumat, H / 29 Maret 2024

Pidato AIPAC soal Yerusalem Jadi Keprihatinan Turki

Selasa 26 Mar 2019 11:15 WIB

Author :Redaksi

Orang-orang menghadiri konferensi Komite Urusan Publik Israel Amerika (AIPAC) di Washington, DC pada 24 Maret (AFP)

Foto: middleeasteye.net

Relokasi kedutaan ke Yerusalem akan membenarkan pelanggaran yang jelas terhadap hukum internasional, kata Kementerian Luar Negeri.


ESQNews.id, ISTANBUL - Turki pada Senin menyuarakan keprihatinan atas pidato sejumlah pemimpin negara tentang relokasi kedutaan besar mereka di Israel ke Yerusalem selama pertemuan Komite Urusan Publik Israel Amerika atau American Israel Public Affair Committee (AIPAC) di Washington, Minggu (24/3/2019).


"Kami prihatin dengan pernyataan tidak bertanggung jawab yang dibuat oleh para pemimpin negara-negara tertentu pada konferensi tahunan Komite Urusan Publik Israel Amerika (AIPAC), yang diadakan kemarin (24 Maret) di Washington, tentang pemindahan kedutaan besar mereka di Israel ke Yerusalem," kata juru bicara kementerian luar negeri Hami Aksoy dalam sebuah pernyataan tertulis.


Aksoy menekankan bahwa relokasi kedutaan besar negara mana pun di Israel ke Yerusalem akan membenarkan pelanggaran yang jelas terhadap hukum internasional. Aneksasi Yerusalem oleh Israel sebelumnya telah ditolak oleh komunitas internasional dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).


"Berbagai resolusi PBB berulang kali menekankan bahwa masalah Palestina hanya bisa diselesaikan dengan pembentukan Negara Palestina yang merdeka, berdaulat dan berdampingan berdasarkan perbatasan 1967, dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya," ujar Aksoy. Dia meminta semua negara untuk mematuhi Resolusi PBB tentang masalah ini, menghormati status historis dan hukum Yerusalem dan menahan diri dari tindakan yang selanjutnya akan mengganggu stabilitas kawasan.


Presiden AS Donald Trump secara sepihak mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel pada 6 Desember 2017, memicu kecaman dunia. Dia kemudian memindahkan kedutaannya dari Tel Aviv ke Yerusalem pada Mei 2018, yang kemudian diikuti oleh Guatemala.


Yerusalem tetap menjadi inti dari konflik Israel-Palestina, dengan warga Palestina berharap bahwa Yerusalem Timur - yang sekarang ditempati oleh Israel - pada akhirnya akan berfungsi sebagai ibukota negara Palestina di masa depan.


Yerusalem masih menjadi poros konflik Israel-Palestina, sementara Palestina berharap agar Yerusalem Timur - yang diduduki oleh Israel sejak 1967 - pada akhirnya bisa berfungsi sebagai ibu kota negara Palestina merdeka.


Dapatkan Update Berita

BERITA LAINNYA