Jumat, H / 29 Maret 2024

National Leadership Camp ICMI Ditutup dengan Pertanyaan ini Oleh Ary Ginanjar, Membuat 270 Peserta Terkesima!

Rabu 30 Nov 2022 23:03 WIB

Reporter :EDQP

Tangkapan Layar

Foto: dok. ESQ

ESQNews.id, JAKARTA - Founder ESQ Leadership Center sekaligus Sekretaris Dewan Penasehat Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Ary Ginanjar Agustian menutup kegiatan National Leadership Camp ICMI Angkatan I, di Gedung Nusantara IV Komplek Parlemen. 


Perhelatan ini diselenggarakan selama dua hari pada 29 dan 30 November 2022, dihadiri sekitar 270 peserta yang terdiri dari pengurus ICMI dari tingkat pusat hingga daerah. Meneguhkan kembali khittah ICMI yang mengusung keIndonesiaan dan keislaman berbasiskan ilmu pengetahuan dan teknologi.


Sebelumnya, para Menteri RI telah menyampaikan materi dengan luar biasa Menurut Ary. Banyak pengetahuan yang bisa dibawa pulang oleh ratusan peserta terkait model leadership, sesuai temanya.


Menteri yang hadir di hari kedua ini di antaranya Bahlil Lahadalia Menteri Investasi, Erick Thohir Menteri BUMN, Syahrul Yasin Limpo Menteri Pertanian, Suharso Monoarta Menteri PPN/Kepala Bappenas dan lainnya. Rata rata dari mereka adalah alumni ESQ.




"Di akhir acara ini biasanya penonton mulai sepi, jadi kita saling sharing. Jadi sebelum saya berbagi, kita diskusi dulu," kata Ary.


Pria yang memakai batik dominan biru itu menyampaikan 2 pertanyaan kepada para partisipan terkait tujuan pertemuan kali ini serta kesimpulan dari paparan para narasumber selama dua hari tersebut.


"Anda sudah mendengar banyak pembicara pembicara hebat di sini tentang leadership, lalu Anda mendengar dan menyimak leadership style dari Pak Erick Thohir, Pak Bahlil, Pak Syahrul Yasin Limpo dan lain lain. Masing masing mereka menyampaikan visi misinya, nah simpulkan oleh Anda," jelas Sang Motivator Indonesia itu.




"Tentu, datang ke sini kita saling bersilaturahim, dapat teman, itu namanya networking. Tapi yang sesuai dengan judulnya ini national leadership camp jadi artinya harus menghasilkan leader leader dan ilmunya mampu dibawa pulang oleh Anda," sambungnya. 


<more>


Para peserta saling mengacungkan tangan dengan antusias ingin menyuarakan persepsinya dari suara hati.


Salah satu peserta dengan kopiah hitamnya menjawab, "Saya mengikuti acara ini tentu yang pertama adalah untuk meningkatkan kapasitas diri, untuk menumbuhkan ukhuwah. Lalu saya menyimpulkan bahwa seorang pemimpin yang mempunyai kapasitas dan kapabilitas itu diperlukan keselarasan, tidak hanya punya keilmuan namun juga punya pengalaman dan harus terlatih dari tingkat terkecil hingga terbesar."




"Sedangkan Model leadership yang saya dapatkan untuk dibawa pulang yakni belajar dari pengalaman para tokoh atau kolega di sini. Ternyata mereka mempunyai perjalanan hidup yang panjang. Kita juga harus realistis bahwa di dalam diri kita memiliki perbedaan dalam pandangan tapi kita juga harus mampu bersinergi untuk kita membangun kolaborasi agar menjadi umat islam yang mampu membentuk satu barisan yang kokoh," jelasnya.


Kegiatan yang merupakan salah satu rangkaian Silaknas dan Milad ICMI ini diharapkan dapat menjadi sarana untuk membentuk gambaran pemimpin seperti apa yang dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia memasuki Indonesia Emas 2045.


Oleh sebab itu, Ary menampilkan 1 buah slide yang harapannya bisa menjadi bekal untuk insan HIPMI yang kemudian langsung diaplikasikan dilingkupnya.


"Saya bagikan 1 slide yang bisa menyimpulkan ini semua yang dinamakan Transformational Leadership. Anda semuanya ketika pulang nanti, tentu harus bisa menjelaskan visi, misi, tujuan ICMI kepada tim atau orang orang di wilayah Anda," jelasnya.


Lebih lanjut, "Anda harus bisa menjadi penyambung lidah apa yang dikatakan oleh Para Menteri tadi, ambil ilmunya terutama soal kepemimpinan lalu praktekkan."


"Saya tahu, bahwa ibu dan bapak di ICMI ini sudah memiliki struktur, system yang jelas. Namun ujung ujungnya yang menjalankan adalah SDMnya. Maka Anda semua harus memiliki behavior, values serta belief yang positif. Karena semua itu akan berdampak pada output atau performa kinerja," sambungnya.




Ary mengingatkan, "Ini baru angkatan pertama, perjalanan kita masih panjang untuk meneruskan ilmu ilmu (terutama tentang kepemimpinan) kepada generasi atau angkatan berikutnya. Maka, Bangkit ICMI, semangat terus, mari kita saling berangkulan." 


Kemudian acara ditutup dengan doa, lalu lagu kebyar kebyar dilantunkan, para peserta bernyanyi bersama. 




Jika Ary Ginanjar menutup rangkaian acara, maka sebelumnya telah dibuka dengan sambutan dari Ketua Pelaksana Silaknas Doni Yusri, Ketua Umum ICMI Arif Satria, serta keynote speech oleh Ketua MPR RI Bambang Soesatyo yang juga membuka secara resmi kegiatan perdana ini.


"Saya setuju dengan paparan Pak Ary gurunda saya dan kami semua terutama soal menanamkan Values yang kita punya dan harus bisa mengimplementasikannya. Dengan begitu harapan ICMI saya yakin akan terwujud apabila kita saling berkolaborasi," kata Arif.




Menurutnya, National Leadership Camp ICMI ini akan disempurnakan model dan kurikulumnya. Tapi ini sebuah awal dan langkah sangat penting. Harapannya ialah pengurus ICMI semakin memahami sejarah, memahami khittah, perjuangan ICMI, serta wawasan kebangsaan.


"ICMI selalu berpegang teguh pada wawasan keislaman, kecendikiawanan, dan keindonesiaan. Dalam kegiatan National Leadership Camp, ICMI mengajak untuk meneladani sifat Rasulullah antara lain sidiq, fathanah, amanah, dan tabligh," himbau pria yang juga Rektor IPB University itu.


Dalam kesempatannya, Arif Satria mengucapkan terima kasih kepada Ketua MPR RI yang telah memberikan dukungan kegiatan ini. Lebih lanjut, Arif mengatakan kegiatan ini rangkaian dari Silaknas ICMI.




Untuk itu, Bambang Soesatyo turut mengajak para peserta untuk meningkatkan kualitas kehidupan berdemokrasi. Ia menekankan peran ICMI sebagai jembatan antara institusi keagamaan dan pemerintahan.


"Di tengah kompleksitas dan kemajemukan sosial budaya yang begitu beragam, keberadaan agama turut berkontribusi bagi penguatan nilai-nilai demokrasi. Kelahiran ICMI menandai bahwa pemerintah dan negara mengakui peran dan pengaruh kaum intelektual Islam di tanah air,” tuturnya.


Kata Bamsoet dalam pidatonya, Kelahiran ICMI sekitar 32 tahun yang lalu bukanlah sebuah kebetulan sejarah. Dari perspektif politik global, berakhirnya era perang dingin dan konflik ideologi menandai kebangkitan dunia Islam sebagai ideologi peradaban. Bagi sebagian pihak, kebangkitan ini dimaknai sebagai ancaman terhadap hegemoni peradaban Barat. Boleh jadi, pemikiran Samuel Huntington tentang 'benturan peradaban' cukup mewakili kekhawatiran dunia Barat, bahwa kebangkitan identitas budaya dan agama akan menjadi sumber konflik utama di dunia.


"Indonesia adalah sebuah miniatur global yang menjadi antitesis dari teori Samuel Huntington tersebut. Di Indonesia, hubungan antara institusi keagamaan dan pemerintahan dapat dijembatani secara sinergis dan kolaboratif. Di tengah kompleksitas dan kemajemukan sosial budaya yang begitu beragam, keberadaan agama turut berkontribusi bagi penguatan nilai-nilai demokrasi. Kelahiran ICMI menandai bahwa pemerintah dan negara mengakui peran dan pengaruh kaum intelektualitas Islam di tanah air," ujar Bamsoet.


"Di sinilah peran penting ICMI untuk turut menyukseskan agenda nasional tersebut, dengan menjadi bagian dari solusi atas berbagai potensi persoalan dan ekses dari penyelenggaraan Pemilu dan Pilkada Serentak. Segenap kader ICMI juga memiliki tanggungjawab moral membangun literasi politik rakyat untuk meningkatkan kualitas kehidupan demokrasi. Sekaligus memastikan kepemimpinan terpilih melalui Pemilu, baik di parlemen maupun di pemerintahan, bukan sekedar ditentukan oleh demokrasi elektoral berupa angka-angka. Melainkan harus lahir dari demokrasi prosedural sesuai dengan Pancasila sebagai jati diri bangsa," lanjutnya.


Tak lupa, moment tersebut turut mengundang para pengurus pusat ICMI antara lain Mohammad Najib Wakil Ketua Umum, Priyo Budi Santoso Wakil Ketua Umum, Mohammad Jafar Hafsah Wakil Ketua Umum, Andi Anzhar Cakra Wijaya Wakil Ketua Umum, Teuku Abdullah Sanny Wakil Ketua Umum, Riri Fitri Sari Wakil Ketua Umum, Andi Yuliani Paris Sekretaris Jenderal, Ferry Kurnia Rizkiyansyah Ketua Koordinasi Pengembangan Orlem dan Batom, Hery Margono Sekretaris CIDES ICMI, Ismail Rumadan Ketua Pemuda ICMI, Ina Marlina Ketua Umum ALISA Khadijah dan lainnya. 


Dapatkan Update Berita

BERITA LAINNYA