Selasa, H / 19 Maret 2024

Menyemai Biji Pancasila di Hati Bangsa Indonesia

Kamis 13 Feb 2020 14:53 WIB

Author : Ary Ginanjar Agustian

Ary Ginanjar Agustian sang Founder ESQ, Menara 165

Foto: Instagram @ary.ginanjar

Oleh: Dr. HC Ary Ginanjar Agustian


ESQNews.id, JAKARTA - Belakangan ini mencuat wacana dikotomis antara Pancasila dan Agama. Dipicu oleh statement kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Prof. Yudian Wahyudi yang mengatakan bahwa musuh terbesar Pancasila adalah agama, bukan kesukuan. Pernyataan yang memancing kontroversi ini pun kemudian telah diklarifikasi bahwa Pancasila dan agama tidak bertentangan bahkan saling mendukung.

Ada yang menarik dari polemik yang cukup hangat ini, beragam pendapat tentang Pancasila bermunculan. Ada yang menggelitik pemikiran saya. Dari beragam pendapat yang muncul ini, sesungguhnya menyiratkan kesadaran dan pengakuan kolektif tentang gagalnya menanamkan Pancasila sebagai ideologi bangsa. Tantangan ini semakin besar ketika dihadapkan pada generasi milenial yang memiliki karakteristik unik.

Bagi saya yang sudah 20 tahun bergerak di bidang pembangunan karakter bangsa dan budaya organisasi melalui kombinasi tiga kecerdasan ada beberapa hal yang perlu dipahami. Jika Pancasila itu diibaratkan benih kita harus tahu dulu jenis benih apa Pancasila itu? Lalu dimana lokasi agar kita harus menanamnya. Jangan seperti menanam kaktus di danau atau teratai di padang pasir, tidak akan tumbuh kembang.

<more>

Domain mana yang cocok untuk menyemai biji Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI dan UUD 45? Kita harus paham "human dimension", atau tanah subur mana agar bisa menanam empat batang pohon pilar bangsa ini?

Manusia memiliki tiga dimensi yaitu intelektualitas (IQ), aspek emosi (EQ), dan spiritualitas (SQ). Penanaman Pancasila adalah menanam "Belief System" seseorang. Oleh karena itu, penanaman Pancasila harus pada dimensi emosional dan ranah spiritual bukan semata di intelektual.

Selama ini pembelajaran Pancasila hanyalah sebatas teori kognitif yang dihapalkan. Bukan nilai dan ruh yang ditanamkan, dirasakan dan akhirnya diimplementasikan.

Masalah karakter bangsa,  perpecahan bangsa, radikalisasi sesungguhnya dapat diselesaikan dengan Pancasila itu sendiri. Pancasila juga dapat menjadi standar bagaimana memilih pimpinan agar bermoral, bagaimana membuat rancang bangun jiwa Bangsa Indonesia.



Masalahnya sekarang timbul perpecahan akibat  ketidakmampuan  seseorang untuk menyelaraskan tiga ranah yang berbeda itu dalam satu kesatuan yang dinamakan Pancasila itu sendiri.

Tinggal bagaimana saluran infus yang tepat, metodenya yang pas untuk menanamkannya. IQ, EQ, dan SQ sesungguhnya tidak sejajar. Intelektual adalah tools, mesin, sedangkan EQ adalah stabilisator, dan  SQ adalah karunia Ilahi yang membuat manusia bersatu. Jika ketiganya disinergikan maka akan berdampak efekif.

Masalahnya sekarang timbul perpecahan akibat  ketidakmampuan seseorang untuk menyelaraskan tiga ranah yang berbeda itu dalam satu kesatuan yang dinamakan Pancasila itu sendiri.

Dapatkan Update Berita

BERITA LAINNYA