Kamis, H / 28 Maret 2024

Mengukur Firaun Dalam Diri

Rabu 29 May 2019 15:19 WIB

Author :M. Nurroziqi

ilustrasi

Foto: pinterest

Oleh : M. Nurroziqi

ESQNews.id - "Seorang alim itu memiliki tiga ciri, yaitu perkataan yang jujur, sikap menjauhi barang yang haram, dan tawadhu. Adapun seorang yang jujur juga memiliki tiga ciri, yaitu menyembunyikan ibadah, menyembunyikan sedekah, dan menyembunyikan musibah." (Wasiat Rasulullah Saw kepada Saidina Ali bin Abi Thalib).

 

Di dalam Al-Qur'an, terdapat banyak sekali kisah yang difirmankan Allah Swt untuk menjadi pelajaran berharga bagi kita semua. Di antara yang paling akrab dalam pengetahuan kita adalah seorang yang bernama Firaun. Ketika tersebut Firaun, otomatis ingatan kita tertuju pada sosok dengan karakter pribadi yang sombong. Saking sombongnya, sampai-sampai mendaku bahwa dialah tuhan.


Di antara kita sendiri yang normal akal dan sehat hati, pasti menyadari bahwa kesombongan adalah ketidakbaikan yang tidak pernah boleh ada di dalam diri. Sebab, manusia sepanjang dalam kehidupan hanya untuk menapaki titah sebagai seorang hamba. Tidak bisa apa-apa. Tanpa daya. Penuh cela. Tempatnya salah dan lupa. Tidak ada yang sempurna. Dalam posisi yang sedemikian rendah ini, yang memang tidak akan pernah ada jika tidak diadakan-Nya, sehingga Allah Swt mengharamkan ke surga setiap diri yang di dalam hatinya terdapat sifat sombong seberapa pun kecilnya.


Lantas, apa yang bisa dipetik dari manusia terkenal dan sehebat Firaun? Tidak semata letak kesombongan yang memang haram ada pada setiap diri. Tetapi, sosok Firaun bisa menjadi pembanding diri jika memang tumbuh bibit-bibit sombong di dalam hati. Coba, sehebat apakah manusia saat ini dibandingkan dengan Firaun? Apa yang tidak dimiliki oleh Firaun? Kekuasaan yang tidak ada bandingnya. Kekayaan yang luar biasa banyaknya. Kerajaan yang dipenuhi kemegahan. Pengikut yang patuh tanpa berani membantah. Sakti. Perkasa. Tidak pernah sakit. Konon, hanya pernah sakit meriang saja.


Jadi, coba bandingkanlah terlebih dahulu dengan Firaun itu. Kalau cuma menjadi manusia ecek-ecek. Jangan sekali-kali menimbun rasa sombong di dalam diri. Firaun yang tertakdir memiliki banyak hal yang mustinya patut dibanggakan saja, akhir hidupnya sangat tragis penuh kesengsaraan, dipermalukan, dijadikan bahan cemoohan sampai nanti akhir kehidupan dunia. Ini, belum lagi nanti ketika keadilan-Nya ditampakkan di hadapan para manusia.


Firaun, yang dibekali beragam kelebihan, pernah didoakan Nabi Musa lantaran sikap pongahnya yang dilatari kesombongan. Doa Nabi Musa, "Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau telah memberi kepada Firaun dan pemuka-pemuka kaumnya perhiasan dan harta kekayaan dalam kehidupan dunia. Ya Tuhan kami, akibatnya mereka menyesatkan (manusia) dari jalan Engkau. Ya Tuhan kami, binasakanlah harta benda mereka, dan kunci matilah hati mereka, maka mereka tidak beriman hingga mereka melihat siksaan yang pedih." (Q.S. Yunus: 88). Namun, Firaun masih tenang-tenang saja berjalan di muka bumi dengan penuh kesombongan. Bahkan, menurut riwayat Ibnu Juraij, Firaun tetap hidup selama 40 tahun setelah Nabi Musa mengucapkan doa ini. Coba, bagaimana dengan manusia saat ini?


Nah, sekarang mari koreksi diri masing-masing. Jujur dengan diri. Tidak usah sibuk ikut mengurusi hidup orang lain. Jika memang ada terbersit kesombongan. Jika diam-diam masih menyimpan dan ingin menumbuhkembangkan kesombongan. Maka, bercerminlah pada Firaun. Coba, apa yang saat ini dipunyai? Kalau kekuasaannya cuma hasil sogokan dan menjilat sesama. Kalau kekayaannya hanya dari tipu-tipu sana-sini. Jika memang berasal dari keluarga yang tidak jelas. Jika dengan seabrek teori pengetahuan yang dikuasai, ternyata tidak bisa menghalau sakit yang menimpa dan mati yang datang tiba-tiba. Menjadi raja, tidak. Kekayaan masih jauh dari ketercukupan. Terserang angin, pingsan. Punya uang disokong orang. Lantas, mau sisi mana lagi yang hendak disombongkan dari diri yang nyata-nyata tidak berdaya ini?


"Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung." (Q.S. Al-Israa: 37).

Dapatkan Update Berita

BERITA LAINNYA