Selasa, H / 19 Maret 2024

Mengapa Manusia Tidak Pernah Berhenti dari Rasa Khawatir Akan Masalah?

Selasa 31 Jul 2018 15:12 WIB

Nindya Putri Rismayanto

Jika masalah atau bahaya tidak pernah hilang, mungkin karena otak kita terus berubah bagaimana kita mendefinisikannya

Foto: Getty Images

ESQNews.id - Bagi sebagian besar orang, masalah merupakan hal yang seringkali ditemui dalam kehidupan. Namun, seiring dengan usaha menyelesaikan masalah tersebut, satu persatu masalah akan berkurang. Tapi mengapa manusia tidak pernah berhenti dari rasa khawatir akan masalah? Mengapa masalah dalam kehidupan seolah tetap bertahan, tidak peduli seberapa keras seseorang berusaha menyelesaikannya?

Dilansir dari BBC, ternyata kata-kata dalam cara otak manusia memproses informasi berarti bahwa ketika sesuatu menjadi langka, kita terkadang melihatnya menjadi lebih banyak daripada sebelumnya. Hal ini diasumsikan ketika seseorang pernah mengalami katakanlah pencurian sekali dalam hidupnya, maka bayangan dia terhadap ancaman dicuri justru semakin banyak dan bertambah di dalam kepalanya. 

Para peneliti menyebutnya sebagai “creep Concept” yakni dimana seseorang bisa memikirkan banyak situasi serupa di mana masalah tidak pernah hilang karena orang terus mengubah bagaimana mereka mendefinisikannya.

 

Untuk mempelajari bagaimana konsep berubah ketika mereka menjadi kurang umum, peneliti membawa relawan ke laboratorium dan memberi mereka tugas sederhana yaitu untuk melihat serangkaian wajah yang dihasilkan komputer dan memutuskan mana yang tampak "mengancam". Wajah-wajah itu telah dirancang dengan hati-hati oleh para peneliti untuk berkisar dari sangat mengintimidasi hingga sangat tidak berbahaya.

 

Ketika mereka ditunjukkan lebih sedikit orang dan lebih sedikit wajah yang mengancam dari waktu ke waktu, peneliti menemukan bahwa mereka memperluas definisi mereka tentang "mengancam" untuk memasukkan lebih banyak wajah. Dengan kata lain, ketika mereka kehabisan muka yang mengancam untuk ditemukan, mereka mulai memanggil wajah-wajah mengancam yang mereka gunakan untuk menyebut tidak berbahaya.

 

​Penelitian dari psikologi kognitif dan neurosains menunjukkan bahwa perilaku semacam ini adalah konsekuensi dari cara dasar yang memproses informasi otak kita, sehingga kita terus membandingkan apa yang ada di hadapan kita dengan konteksnya baru-baru ini. 

 

Mulai saat ini, mari biasakan diri untuk berfikir bahwa masalah yang kita hadapi akan cepat untuk diselesaikan. Sebab bagaimana kita bisa tahu jika kita membuat kemajuan dalam memecahkan suatu masalah, ketika kita terus mendefinisikan ulang apa itu masalah?

 


Dapatkan Update Berita

BERITA LAINNYA