Selasa, H / 19 Maret 2024

Memimpikan Kampung Quran di tengah Keterbatasan

Jumat 26 Oct 2018 15:53 WIB

Singgih Wiryono

Mumtaz Education Center

Foto: ESQ Media

    ESQNews.id, Special Report - Mumtaz Education Center


LOMBOK, NTB - Sebuah desa di lereng perbukitan Lombok Utara, ada sebuah gubuk kecil berukuran 4x2,5 meter. Tepatnya di Desa Pemenang Timur, Kampung Terengan. Gubuk kecil itu terlihat penuh sesak oleh anak-anak berusia Sekolah Dasar yang sibuk berhadapan untuk menyimak kawannya menghafal ayat suci Alquran. Gubuk kecil itu riuh rendah dengan suara hafalan anak-anak.

Kegiatan menghafal tersebut menjadi rutinitas mereka. Selain menjadi tempat menghafal Alquran, gubuk kecil itu menjadi tempat mereka memperdalam ilmu-ilmu Alquran dan agama Islam.

"Ini buah dari kegalauan, energi potensial yang saya miliki dan itu sudah tumbuh sedari saya kecil, saya ingin berkontribusi untuk kampung saya," kata Mahsan Hasyim, Founder Mumtaz Education Center kepada ESQMagz beberapa waktu lalu.

Ada potensi yang terkungkung, itulah yang dirasakan Sarjana jebolan Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram itu. Berpuluh tahun budaya pendidikan Alquran di kampungnya tumbuh, tapi dia merasa tak cukup kuat untuk menjadi benteng pelindung masyarakat di era globalisasi.



Seiring berkembangnya Pulau Lombok sebagai destinasi pariwisata andalan Indonesia, bahaya akulturasi budaya juga mengintai generasi muda di sana.

Kegelisahan itu Hasyim aplikasikan dengan membentuk lembaga belajar untuk anak-anak dan remaja di sana. Berawal dari dirinya dan sepupu yang mengajar dengan sukarela di gubuk kecil milik keluarganya.

"Awalnya hanya tiga orang, itu anak tetangga semua, kemudian bertambah dan semakin bertambah."

Ketika siswa-siswa semakin bertambah, Hasyim mulai kekurangan tenaga pengajar. Dia mencoba untuk menggerakkan pemuda setempat untuk ikut berkontribusi dalam pembangunan lembaga belajar tersebut.

"Ada tiga hal yang kita dasari dan itu terinspirasi dari ESQ dan Ary Ginanjar. Saya ingin penduduk kami di sini bisa memiliki ketiga kecerdasan yang didengungkan di Menara 165 di Jakarta sana,"

Mumtaz sendiri berarti nilai sempurna. Sempurna dalam tiga hal ada potensi Emosional, Spiritual, dan Intelektual. Untuk potensi spiritual, ada TPQ dan rumah tahfiz. Untuk potensi intelektual ada rumah baca, agar bisa membaca. Emosional ada kegiatan di masyarakat, seperti kegiatan wirausaha dan gotong royong.



Berkembang menjadi lebih besar, itulah yang diimpikan pemuda berusia 27 tahun ini. Mumtaz Education Center kini menyentuh seluruh lapisan masyarakat, bukan hanya anak-anak dan remaja, tetapi juga bentuk pemberdayaan perempuan dan masyarakat di sekitar kampung Terengan tempat MEC didirikan.

Suatu saat, dia berharap MEC bisa menjadi wadah yang mengakomodasi  potensi yang sudah ada di desa tersebut agar dikelola dengan maksimal, baik dari sektor ekonomi, maupun pendidikan.

Cita-cita mewujudkan Kampung Alquran.

Lingkungan pendidikan Alquran yang sudah kental, semangat belajar anak-anak dan juga dukungan dari beberapa orang tua menjadi pemantik semangat Hasyim untuk mewujudkan kampung Alquran tersebut. Walaupun sekedar dukungan moril, semangatnya untuk menjadikan kampungnya destinasi wisata Kampung Alquran terus bergelora.

"Kita ingin seperti kampung Inggris di Pare, terkenal karena belajar bahasa Inggris yang tidak seratus persen warga pare bisa bahasa inggris. hanya citranya naik karena lembaga yang ada dalam kampung itu," jelas dia.

Tidak menutup kemungkinan, kampung Terengan bisa menjadi destinasi tempat belajar Alquran untuk masyarakat. Tak hanya cakupan lokal, tapi juga menjadi destinasi kampung Alquran nasional pertama di Pulau Lombok.

Tentu tidak mudah, Hasyim mengakui sangat sulit untuk mendapat dukungan terutama pendanaan dari pemerintah maupun swasta. Kendala pendanaan ini masih menjadi tantangan mendasar mengapa MEC di usianya yang beranjak empat tahun masih belum memiliki sebuah bangunan yang layak.

Terkait sistem pengajaran yang disusun MEC, akan ada bentuk paket dari lembaga-lembaga yang saat ini sudah terbentuk. Taman-taman Pendidikan Quran (TPQ) akan diajak ikut serta untuk mewujudkan Kampung Alquran ini.

"Kita sudah merancang konsep kampung Quran ini dengan program-program unggulan untuk masyarakat. Seperti program dauroh menghafal dan pelatihan metode-metode dalam belajar Alquran. Kita bisa mengajak semua elemen terutama remaja untuk mensupport konsep ini nanti. Lingkungan Alquran sudah kental, hanya saja kita tinggal modifikasi. Kegiatan Quran sudah puluhan tahun, tapi kita untuk membuat yang lebih besar dan mengundang orang ke sini masih belum bisa,"

Setelah mampu mengumpulkan dana yang cukup dan fasilitas yang mumpuni, Kampung Alquran siap untuk dibuka dengan program-program pengajaran Alquran. Ada beberapa program unggulan seperti tahfiz, hingga belajar membaca Alquran dalam waktu singkat.

"Sekarang kita berusaha dan berdoa agar ada asrama. Sekarang pakai bangunan darurat, dengan berugak (bale bengong khas Suku Sasak) yang dimodifikasi untuk memuat banyak peserta didik."



Mempertahankan Idealisme

Pemuda seperti Hasyim mungkin bisa dikatakan bisa dihitung jari. Pemuda asli Lombok Utara ini bukan tanpa prestasi dan bukan tanpa tawaran menggiurkan berkarir keluar daerah, bahkan negeri. Kesempatannya untuk melanjutkan pendidikan ke Timur Tengah juga pernah dia tolak, alasannya adalah untuk membangun desa.

Hasyim mengatakan, seorang paman dari ibunya pernah mengatakan, jika dia membangun desa ini dari awal jangan pernah berpikir untuk meninggalkannya. Tetapi yang harus menjadi perhatian adalah ketika cobaan seperti tawaran untuk bekerja di luar kampung datang dan menawarkan dunia yang lebih mapan.

"Tapi saya ingat kalimat lanjutannya, ketika saya meninggalkan apa yang baru saya rintis ini, untuk membangunnya kembali sangat sulit mendapat kepercayaan dari masayarakat."

Tidak digaji, dan menjadi relawan selama tiga tahun. Itulah yang dia kerjakan untuk menumbuhkan mimpi Kampung Alquran di desanya. Memang terasa berat, tapi dia yakin, perjuangannya untuk menjaga Alquran di kampungnya sekaligus menumbuhkan perekonomian masyarakat di sana, suatu saat usahanya akan berbuah hasil yang manis.


Untuk pembaca yang tertarik memberikan donasi bisa melalui Rekening Yayasan Mumtaz Education Center. Bank NTB (Kode Bank 128) 5050305424018 an. Mumtaz Education Center


Dapatkan Update Berita

BERITA LAINNYA