ESQNews.id - Pada 16 Januari 2002, pilot Abdul Rozaq berhasil mendaratkan pesawat Garuda Indonesia di atas Bengawan Solo.
Pesawat jenis Boeing 737-QB itu mengalami mati mesin ketika dalam perjalanan dari Mataram menuju bandara Adisucipto, Yogyakarta. Berikut adalah petikan pernyataan Kapten Abdul Rozaq dari wawancara berbagai media :
Dalam ketinggian 23.000 kaki (7km) pada saat itu, saya masuk di cuaca yang sangat buruk. Kemudian tiba-tiba kedua mesin saya mati. Setelah mati kemudian saya restart kembali sampai tiga kali dia tidak mau.
Kemudian kami masih punya standby generator, kemudian saya nyalakan ternyata itu kemudian mati semua. Jadi komunikasi mati, elektrik mati, semua jadi gelap. Waktu itu terpikir hanya pasrah saja karena semua prosedur yang sudah ada di dalam standard operation procedure itu sudah kami lakukan. Akhirnya kita pasrahkan pada Allah saja. Saya ikhlaskan waktu itu.
Pada saat kami keluar kurang lebih 8.000 kaki (2,4 km) saya bisa keluar dari awan, kemudian kami masih diskusi. Co-pilot saya menyarankan ke sawah, tapi saya sarankan bahwa di sawah itu memang banjir pada saat itu. Saya tidak tahu di bawahnya itu banyak obstacle (rintangan) kemudian saya sarankan bahwa kalau saya di sawah memang luas, tetapi kemungkinan korban lebih banyak.
Pada saat itu saya memikirkan penumpang bagaimana saya bisa menyelamatkan penumpang sebaik mungkin. Begitu keluar dari awan, saya hanya cuma bisa melihat antara sungai dan sawah.
Jadi, akhirnya saya putuskan bahwa kita menuju ke sungai itu. Kemudian disetujui (co-pilot), akhirnya pesawat saya arahkan ke sungai itu. Pada saat itu saya hanya cuma pasrah. Saya cuma ikhlas. Saya hanya cuma katakan dengan co-pilot.
Pada saat itu, dia sempat mengambil mic kemudian dia, "Mayday, mayday..". Kemudian saya katakan bahwa, "Mas, mayday-mayday sama siapa? Sekarang sudah mati semua." "Kita sudah tidak ada komunikasi, listrik sudah mati semua. Tolong ditaruh, mari kita berdo'a."
Akhirnya saya Takbir. Kemudian co-pilot saya berdo'a. Setelah selesai berdo'a kemudian kita konsentrasi lagi. Akhirnya atas izin Allah Subhanahu wa Ta'ala, pesawat Garuda Indonesia mendarat dengan selamat di Bengawan Solo.
Dalam kurang lebih 10 menit dari diskusi, mengambil keputusan, hingga mendaratkan pesawat darurat di atas sungai Bengawan Solo.
Keseluruhan penumpang yang berjumlah 54 orang selamat. Beberapa mengalami luka ringan dan berat. Namun di antara 6 awak pesawat, ada 1 pramugari yang terhempas ke sungai dan meninggal ketika pesawat mendarat.
Sumber : Smithsonian Channel, Cordova Media, Kick Andy, Wikipedia, Viva, Kompas, Tribunnews.