Jumat, H / 29 Maret 2024

Belajar Besar dari Semut Kecil

Sabtu 26 Aug 2023 10:38 WIB

M. Nurroziqi

ilustrasi.

Foto: terro.com


Oleh : M. Nurroziqi

ESQNews.id - “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih ber-gantinya malam dan siang, terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Mahasuci Engkau. Maka, peliharalah kami dari siksa neraka.” (Q.S. Ali ‘Imran: 190-191).


Tidak sedang hendak membeda-bedakan. Atau, mencari kenistaan yang satu demi meninggikan kemuliaan yang lain. Tidak. Tetapi, lebih pada upaya menemukan setiap kemuliaan yang dititipkan Allah Swt. Bukankah kepandaian yang sejati adalah kesanggupan menemu hal baik di setiap keadaan? Yang kesemuanya, dimulai dari mengenal diri sendiri dengan sebaik-baiknya. Selanjutnya, mengenal segala yang di luar diri. Sehingga, masing-masing bisa dengan sangat lapang dada untuk saling menerima, saling melengkapi, dan saling memuliakan satu sama lain.


Sebagai media dan sarana belajar bagi manusia, Allah Swt menganugerahkan hamparan kehidupan ini. Dan manusia sendiri, dilengkapi hati nurani, berbekal akal. Supaya, memiliki kesanggupan untuk menapaki proses belajar yang tidak pernah boleh berhenti dari buaian sampai ke liang lahat (Uthlubul 'ilma minal mahdi ilallahdi). Belajar untuk apa? Jelas, demi meningkatkan kualitas diri manusia itu sendiri.


Kemudian, di antara sekian hamparan kehidupan ini, ada makhluk kecil nan luar biasa. Saking luar biasanya, sehingga terkisahkan di dalam Al-Qur'an. Bahkan, menjadi salah satu nama surat di dalam Al-Qur'an. Ialah semut (An-Naml). Keren bukan? Hanya sesuatu yang luar biasa tercatat abadi di Al-Qur'an yang harus senantiasa direnungi demi meraup hikmah dan pelajaran berharga.


Dan, apa yang bisa kita pelajari dari kehidupan semut? Yang tentu saja, demi memetik hikmah darinya untuk menjadikan diri ini lebih berkualitas.


Pertama, pernah mengamati semut? Bagaimana jika seekor semut berpapasan dengan temannya sesama semut? Begitulah semestinya hubungan sesama manusia. Saling bertegur sama ketika berjumpa. Beruluk salam, saling menjabat tangan dan saling mendoakan satu sama lain. Ini, adalah pondasi awal untuk membangun peradaban persaudaraan. Senantiasa akrab dalam bingkai kasih sayang.


Kedua, jika mau mengamati semut lebih cermat lagi, kita akan melihat garis teratur yang jika dilihat dengan dekat, garis tersebut merupakan rombongan semut yang tengah berjalan dalam satu baris. Ini, adalah jua pelajaran berharga tentang keteraturan hidup, kedisiplinan dalam menapaki setiap langkah kehidupan. Hanya berpijak dan melangkah di jalan kebenaran yang sudah diatur-Nya. Penuh kehati-hatian. Jangan sampai tersesat jalan dalam kegelapan dunia.


Baca juga : Hidup Bergelimang Ujian


Ketiga, perhatikan pula ketika seekor semut mendapatkan makanan. Maka, tidak lama kemudian, hadirlah semut-semut yang lain untuk turut serta menikmati makanan tersebut. Manusia pun, mustinya begitu. Bisa saling berbagi. Saling melengkapi. Jika ada satu yang berbahagia, maka yang lain turut serta menikmati kebahagiaan itu. Begitu sebaliknya. Ketika yang lain didera dukacita. Maka, yang lainnya pun tidak sekadar turut larut meneteskan air mata. Tetapi, sigap untuk saling meringankan beban. Mengulurkan tangan memberikan bantuan.


Keempat, tahukah kita seberapa kuat seekor semut? Fakta membuktikan, bahwa semut merupakan salah satu spesies serangga yang paling canggih di muka bumi. Hampir tidak ada serangga yang sekuat semut. Ia mampu mengangkat beban sebesar 50 kali lipat dari beban tubuhnya sendiri yang sangat mungil itu. Bagaimana dengan manusia? Sebagai makhluk mutakhir, tentu manusia jauh lebih hebat dari itu. Hati dan akal, sebagai bekal luar biasa yang tidak dimiliki satu makhluk pun di muka bumi ini, maka mustinya manusia bisa benar-benar menjadi makhluk mulia.


Terakhir, segala sesuatu di dunia, ada sisi baik sekaligus sisi buruk. Jadi, ambil baiknya saja. Buang jauh-jauh segala hal yang buruk dan menjadikan diri bertambah buruk. Dan, semut yang kecil itu, sesungguhnyalah terdapat pelajaran sangat berharga bagi umat manusia. Maka, hal-hal luar biasa yang diajarkan Allah Swt dalam kehidupan semut, harus menjadikan diri semakin berkualitas mulia. Hidup di dunia, jangan hanya sibuk bertengkar dan saling menjatuhkan. Jangan suka mensia-siakan waktu hidup di dunia yang sebentar ini, hanya dengan saling berebut untuk menjadi yang paling menguasai dan paling menang sendiri. Hidup, harus benar-benar teratur, sesuai kaidah hidup dari-Nya dan teladan mulia dari kekasih-Nya, Rasul Muhammad Saw.


Bukankah manusia adalah khalifatullah di muka bumi? Maka wajiblah setiap pribadi menjadi "pencipta" kedamaian, kesejahteraan, dan kebahagiaan di muka bumi. Menebarkan Islam yang rahmatan lil 'alamin.

 

M. Nurroziqi. Penulis buku-buku motivasi Islam. Alumnus UIN Sunan Ampel Surabaya.

Ingin tulisanmu dimuat di ESQNews.id? kirimkan ke email kami di [email protected]


Dapatkan Update Berita

BERITA LAINNYA