Jumat, H / 29 Maret 2024

Asal Mula Lingsir Wengi, Mengapa Terkesan Menyeramkan?

Rabu 13 Nov 2019 14:08 WIB

Reporter :Endah Diva Qaniaputri

Ilustrasi

Foto: Youtube

Sunan Kalijaga menciptakan kidung Lingsir Wengi menggunakan pakem gending Jawa. Kidung Lingsir Wengi biasa dinyanyikan Sunan Kalijaga setelah shalat tahajud, dimaksudkan sebagai media perenungan hidup, ketabahan dalam menghadapi cobaan serta doa penolak bencana. Kini kidung Lingsir Wengi mengalami pembelokan makna, karena malah dianggap sebagai pemanggil kuntilanak dan terkesan menyeramkan.

ESQNews.id, JAKARTA – Apa yang terpikirkan dibenak kalian setelah mendengar kata “Lingsir Wengi” atau “Lengser Wengi”? Horror? Menakutkan? Identik dengan pemanggilan makhluk halus. Bukan begitu? Sampai-sampai film yang ber-genre horror pun menggunakan backsound atau kidung tersebut. Namun apa makna sebenarnya dalam kidung ciptaan Sunan Kalijaga itu? 

Lingsir Wengi, Doa Munajat Sunan Kalijaga penggunaan lagu Lingsir Wengi ini sebagai lagu latar dari film hantu Indonesia membuat makna lagu ini menjadi salah arti, sampai-sampai lagu lingsir wengi ini dianggap sebagai lagu yang bisa mengundang kedatangan mahluk halus jika diputar tengah malam.

Sebenarnya lagu Lingsir Wengi ini biasa dinyanyikan oleh ibu-ibu untuk menidurkan anaknya di kala malam yang sunyi, yang berfungsi agar si anak diberikan perlindungan oleh Tuhan, sedangkan nama lain dari Lingsir Wengi yaitu kidung Rumekso Ing Wengi.



<more>

Berikut, beberapa hal yang berkaitan dengan makna lagu lingsir wengi ini menurut @buku.massa pada (10/11):

1. Sunan Kalijaga

Sunan Kalijaga yang mempunyai nama kecil Raden Said ini memiliki nama-nama lain seperti Lokajaya, Syekh Malaya, Pangeran Tuban, dan Raden Abdurrahman. Beliau-lah yang menciptakan lagu atau kidung Lingsir Wengi tersebut. Nama Kalijaga diperoleh karena beliau menyukai berendam di sungai pada saat beliau berada di Cirebon. Namun menurut pengamat lainnya, menyatakan bahwa kata Kalijaga berasal dari bahasa arab yaitu “Qadli Dzaqa” yang berarti penghulu suci kesultanan.

2. Sarana Dakwah

Sunan Kalijaga sangat menyukai kesenian, sehingga beliau memaknai kesenian sebagai alat untuk menyebarkan agama Islam pada masa itu. Sunan Kalijaga menggunakan seni ukiran, wayang, gamelan, serta nyanyian dalam dakwahnya. Salah satunya yang beliau gunakan adalah kidung Lingsir Wengi tersebut yang berisi doa kepada Tuhan. Selain itu, ia juga menciptakan baju takwa, perayaan sekatenan di Yogyakarta, dan lain-lain.

3. Lagu Gending Jawa

Sunan Kalijaga menciptakan kidung Lingsir Wengi dengan memakai pakem gending Jawa yaitu Macapat. Pakem Macapat ini terdiri dari 11 macam pakem yang salah satunya yaitu pakem Durma yang dipakai dalam Lingsir Wengi. Lagu-lagu yang memakai Pakem Durma harus mencerminkan suasana yang keras, sangar, suram, kesedihan, bahkan bisa mengungkapkan sesuatu yang mengerikan dalam kehidupan. Oleh sebab itu, lagu Lingsir Wengi dilantunkan dengan perasaan yang lembut, tempo pelan, dan sangat menyayat hati.

Dapatkan Update Berita

BERITA LAINNYA